Aku tenggelam dalam rasa yang ku biarkan memenuhi ruang hatiku. Tenggelam dan membiarkan diriku jatuh ke dasar cintanya. Tak perlu waktu lama untuk jatuh cinta padanya. Ya, ia pandai membuat wanita jatuh dalam peluknya, dan ku harap hatinya benar ia jatuhkan hanya untukku, sama hal nya seperti aku yang menjatuhkan hatiku padanya. Saling menangkap, dan menggenggamnya dengan erat.
Lautan hatinya begitu dalam, akan ku selami semampuku dan terus menyelaminya hingga ke dasar, melihat berapa banyak luka yang ia alami, tak peduli bahaya apa yang ada didalam sana, aku ingin terus menyelam, mengobati setiap luka yang ia alami, mengisi setiap ruang kosong, menerangi gelap di setiap sudut hatinya.
*****
Waktu terus berlalu, begitu cepat. Mereka bilang dalam hubungan kurang lengkap rasanya jika tak ada pertengkaran. Jika sudah bertengkar, tandanya kau benar-benar berada dalam ikatan hubungan yang lebih dari sekedar teman. Aku menikmatinya, setiap keributan yang kita alami. Meski ku sadari, semakin lama semakin waktu tak berpihak padaku lagi.
Sesekali ia melukaiku dengan goresan-goresan kecil, namun selalu berhasil ia obati setelahnya. Aku menyadari, begitu rentan hatiku terluka karenanya, dan begitu besar peluangnya melukaiku. Terkadang ia mengeluh bosan dan jenuh, padahal kita belum lama menjalani hidup bersama. Tak ada yang ku lakukan selain mengerti dirinya. Untuk saat ini, terluka terkadang lebih baik daripada harus kehilangannya. Karena selagi dia selalu ada disampingku, luka yang ia buat akan selalu dapat terobati.
*****
Aku merindukan selalu rengekannya ketika ia juga merindukanku. Tawanya yang pecah tiap kali bercanda sambil sesekali mencuri pelukan, dan tatapannya yang mendamaikan hatiku. Aku juga rindu erat genggamnya yang tak ragu, hangat tangannya yang sesekali ku curi di sela-sela film yang kita tonton, dan kecup bibirnya yang mendarat mesra dikeningku setiap kali hendak berpisah.
Setiap waktu, meski ia mengeluh bosan, aku selalu menikmatinya. Aku tak ingin mengeluh bahkan sedikitpun tak ingin merasa bosan melihatnya, sebab waktu terus berlalu, dan aku tak tahu kapan tawa yang kita ciptakan ini akan berakhir. Aku tak tahu apakah pelukan hari ini menjadi pelukan terakhirnya untukku. Yang ku tahu, melukiskan ribuan kenangan bersamanya, hingga aku lupa bahwa suatu saat nanti aku akan kehilangannya.
*****
Sebenarnya, aku tak pandai menyelam. Namun tidak untuk menyelami hatinya, aku cukup berani melakukannya. Menyelami hatinya adalah pekerjaan yang tak selalu menyenangkan. Terkadang aku menemukan banyak ruang gelap yang tak mudah ku pahami, namun hangat hatinya membuatku lupa bagaimana cara untuk naik ke permukaan.
Semakin jauh ke dasar, semakin dalam, aku menyadari kejanggalan jalan yang ku lalui. Samudera hangat yang ku selami itu semakin dingin dan pekat. Ironisnya aku tak bisa menghentikan diriku yang sekuat tenaga bertahan meski nafas semakin sesak.
Samudera yang ku selami itu hilang, berubah menjadi tempat asing yang menakutkan. Dan akhirnya aku menyadari, diriku yang meyelam kini telah tenggelam, tersesat di samudera hatinya dan tak tahu jalan pulang.
*****
Beberapa bulan berlalu. Bersamanya mungkin tak selalu indah. Warna kisah antara aku dan dirinya hanya tersisa kelabu. Padma , yang harus pergi mengejar mimpinya, berpamitan dalam bahasa yang tak semestinya, memastikan diriku untuk terbiasa tanpanya mulai saat itu, memastikan diriku untuk tetap bisa melakukan apapun tanpa dirinya lagi. Ku pikir, ini terlalu berlebihan untuk sebuah perpisahan sepasang kekasih yang hendak di tinggal pergi bekerja beberapa minggu saja. Ku pikir, ini terlalu sedih untuk perpisahan sepasang kekasih yang hanya terpisah jarak beberapa waktu saja. Namun, ternyata perpisahan itu memang bukan tentang jarak, tapi tentang hatinya yang takan lagi pulang. mimpinya ternyata bukan lagi tentang diriku.
Ku rasa, jarak tak akan jadi masalah. Aku tak pernah membayangkan sebelumnya,ia pergi bukan untuk diriku. Dan pulang juga bukan untuk diriku lagi.
*****
Sebagaimana luka menahun dahulu sebelum takdir membawa kita pada garis temu. Tersaruk-saruk aku berjalan menujumu. Andai saja kau tahu susah payahku pulih dari masa lalu. Andai saja kau harunya sujud syukurku menemukanmu, kau pasti takan sampai hati melukaiku sedalam ini. takan sampai hati melepaskanku seperti saat ini.
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
Senandika (Dialog-dialog Hati)
Romansajika ingin bertanya tentang aku, berdialoglah dengan setiap tulisan-tulisanku. Sebab aku bisu sejak hari kau anggap perasaanku bukan hal penting untukmu. Inilah diriku, selepasmu.. . Sebuah diary - Di adopsi dari kisah sepasang kekasih yang kini sal...