Dari semalam sampai sekarang aku masih memakai infusan dan selang oksigen. Itu pun di rumah, tidak pergi ke rumah sakit.
Tidak tahu penyebabnya apa, belum ada yang memberi tahuku. Aku sampai sekarang tidak bisa berbuat apa-apa sendiri. Aku terlalu lemas sampai berbicara pun rasanya sangat sulit.
Semalaman aku sakit. Chan sampai tidak tidur, dia terus mejagaku, mengompresku, terus mengecek suhu badanku karena takut terjadi apa-apa padaku.
Nenek Bella bukan hanya khawatir, dia bahkan sampai ikut menemaniku dan Chan. Dan untungnya aku sedang sakit, jadi Chan tidak satu ranjang bersamaku. Aku sempat khawatir akan satu ranjang karena ada nenek Bella. Juga, beruntungnya aku saat itu nenek Bella tetap tidur di kamarnya. Jadi, yang menjagaku semalaman adalah Chan.
.
.Chan datang ke kamar sembari membawa bubur, dia yang menyuapiku. Padahal membuka bibir pun aku kesulitan, namun dia tetap memberiku makan.
Aku duduk setengah berbaring, itu pun dibantu Chan, "Dewi, makannya yang benar," ujar Chan karena makanannya tidak aku telan dan malah belepotan kemana-mana.
Chan membersihkan bubur yang belepotan di bibirku menggunakan jarinya. Aku hanya mampu meliriknya dengan lemas.
Aku ingin menangis, karena aku malah jadi menyusahkan orang seperti ini. Chan yang sering aku juteki dan jarang mendapatkan respon bagus dariku tetap saja menolongku dan menemeniku di saat aku seperti ini.
Aku merasa bersalah, aku yang sudah menyalah-nyalahkan semua hal yang sudah aku alami selama ini pada Chan, ia malah memperlakukanku dengan baik. Aku merasa jadi manusia paling hina.
Mata Chan balas menatapku, "Kenapa?" tanyanya padaku dengan lembut.
Mengapa yang harus menolongmu itu aku? Mengapa tidak orang lain saja? Mengapa harus tersesat, bahkan terjebak seperti ini bersamaku? Mengapa harus aku? Mengapa tidak orang lain saja, yang memang penggemar garis keras EXO? Mengapa?
Aku tidak suka tatapan itu, tatapan lekat seorang Park Chan Yeol. Aku tidak suka. Rasanya tatapannya itu akan berujung sebuah penyesalan besar bagiku.
"Kamu ingin aku cium?" tanyanya masih melihatku sambil tertawa ringan.
Aku mengerutkan keningku kesal, "Tidak, aku bercanda," ujarnya setelah melihat ekspresiku.
"Lanjutkan makannya, ya?" ujar Chan lalu menyuapiku lagi.
Dia melihatku sambil tersenyum, "Orang yang awal pertemuannya denganku suka mengomel-ngomel, ketika sekarang seperti ini ... rasanya aneh, ya?" ujar Chan santai.
Lalu aku harus mengomel? Aku kan sedang sakit, mana bisa aku mengomelinya? Apakah dia tidak berpikir?
"Jangan mengomel di dalam hati Dewi. Aku bisa mendengarnya," ujarnya sembari menyuapiku.
Aku melihatnya tidak percaya. Bagaimana bisa dia tahu aku mengomel di dalam hati.
"Kamu pasti penasaran, mengapa aku bisa tahu isi hatimu dari mana, 'kan?"
Tentu aku penasaran, aku bahkan tidak berbicara sedikitpun dan hanya berekspresi biasa saja. Tapi kenapa Chan bisa tahu?
"Aku tahu karena aku ada di dalam hatimu," ujarnya sembari tersenyum puas, "Aku tinggal di dalam hatimu karena setiap saat kamu pasti memikirkanku, karena itu aku bisa tahu."
Ya Tuhan, jika aku sedang tidak sakit aku akan memukul Chan sampai dia tidak akan pernah bisa menggombaliku lagi.
"Jangan mengumpat dalam hati, Dewi. Kamu sedang sakit, beristirahat saja. Jangan terus menggerutu seperti itu," ujarnya sembari tertawa ringan.

KAMU SEDANG MEMBACA
D&C: What Is Love? || Park Chanyeol ✅
Fanfiction[17+] Kabur dari perjodohan biar gak jadi istri dari seseorang yang gak diinginkan, tapi pas kabur malah .... Kuy, baca ceritanya, Guys! Seru! Tujuan cerita hanya untuk hiburan semata. Tidak bermaksud untuk menyinggung, merugikan, atau menyudutkan...