Razi mencari-cari sandalnya di teras masjid As-Shaf selepas shalat subuh. Ternyata jamaah subuh disini lebih banyak dibanding antrian diskon tupperware, membuat Razi takjub. Dia melangkahkan kaki di keremangan subuh perumahan Emerald View yang terletak sekitar dua ratus meter dari masjid.
"Assalamualaikum" Razi menoleh, di belakangnya ada seorang bapak berwajah teduh usia lima puluhan dengan gamis hijau dan peci putih,
"Waalaikumsalam" refleks Razi meraih tangan bapak itu dan menciumnya sebagai bentuk penghormatan, kebiasaan mutlak khas santri,
"Nak Razi ya? menantunya Pak Michael di View?" Tanya bapak itu,
"Betul pak" Jawab Razi, "Maaf, kok bapak tau saya?"
"Lah saya juga kemarin hadir di walimah kamu sama Tami, tapi yaa mungkin kamu nggak merken" bapak itu menepuk pundak Razi dan minta izin untuk bergegas, meninggalkan Razi yang sedikit merasa bersalah, ya iyalah oon, gerutu Razi, bukannya semua orang di komplek Emerald diundang? aahhhh.Memasuki komplek View, kebanyakan rumah sudah menunjukkan aktivitasnya masing-masing. Semuanya menyapa Razi hangat, membuat dia sedikit kikuk.
Bu Rahmi sedang menyapu teras ketika Razi membuka pintu pagar rumah besar bertingkat dua yang ada diujung kompleks. Dia menyalami (cium tangan of course) ibu mertuanya takzim.
"Eeh udah pulang, kirain tadi bareng bapak" Bu Rahmi mengelus kepala menantunya,
"iya tante, eh.. bu, tadi banyak yang ngajakin ngobrol dulu" Razi permisi masuk ke dalam kamar. Dilihatnya Tami baru saja melipat sajadah, ya Allah, mimpi apa gue dapet bidadari kayak gini...
"Kok bengong mas? sini masuk" Razi geragapan, baru sadar kalau sedari tadi dia hanya berdiri di depan pintu. Tami meraih tangan suaminya dan menciumnya dengan takzim. Dia menutup pintu kamar dan menguncinya, dia lalu membuka baju koko dan sarung yang Razi pakai, yang tersisa sekarang hanya celana basket semalam dan kaos Real Madrid KW made in Indramayu. Dia mendudukkan suaminya di pinggir kasur dan mengambil nampan diatas meja yang sudah terisi dengan semangkuk ketupat sayur, segelas teh manis hangat dan semangkuk kecil bubur kacang hijau,
"Sarapan dulu ya" tawar Tami,
"Makasih" Razi baru saja mau mengambil mangkuk ketupat ketika Tami mencegahnya,
"Udah mas diem aja, aku suapin ya" Tami tersenyum simpul sambil
mencubit pipi suaminya, dia mulai mengaduk isi mangkuk ketupat dan menyuapi Razi dengan penuh rasa sayang. Entah memang Ketupat itu rasanya enak atau karena perlakuan spesial dari Tami, Razi sangat menikmati sarapan pertamanya sebagai seorang suami. Sambil mengobrol ringan, mereka berdua menghabiskan sarapan di nampan.Setelah sarapan, mereka berdua duduk di tengah kasur sambil
menonton berita di TV dalam diam. Razi merasakan bahunya sedikit sakit, ketike bersandar pada tembok, mungkin karena bekas terjengkang tadi malam, tanpa sadar dia mengaduh,
"Kenapa mas?" tanya Tami,
"Eh, nggak, agak pegel aja, tapi gapapa kok" Razi membetulkan posisi duduknya,
"Kasian, sini aku pijitin" dia membuka kaos Razi dan menyuruhnya telungkup di kasur. Razi hanya bisa diam, Tami mengambil minyak zaitun di meja rias lalu memijat punggung suaminya. Razi terkesima dengan kemampuan Tami memijat, lebih terkesima lagi ketika dia menoleh ke belakang dan melihat Tami hanya memakai kimono putih transparan."Mmm Tami, boleh minta sesuatu gak?" Tanya Razi sambil telentang,
"Minta apa?" Tami meraih tangan Razi dan memijat telapak tangan dan jari-jarinya,
"mmmm.. boleh minta kayak tadi malem gak?" agak malu Razi bertanya, Tami tertawa cekikikan,
"yang mana? yang kamu loncat dari kasur?" tanya Tami dengan senyum menggoda,
"Bukan hehhee, sebelumnya" Razi cengengesan, membuat Tami gemas dan menjatuhkan tubuhnya ke pelukan Razi.bersambung