Part 11

825 39 0
                                    

Cahaya matahari mulai terik ketika Razi dan Tami turun untuk sarapan pagi itu. Aula resepsionis hotel Ravindra yang berinterior kayu nampak ramai oleh puluhan turis dari Asia Tengah yang baru saja sampai. Petugas hotel berwajah Tata Young kemarin menyambut mereka di pintu masuk restoran. Mereka berdua mengambil tempat duduk di samping jendela yang menghadap ke pantai. Razi mengambil beberapa potong roti, omelet, keju dan tomat, sementara Tami mengambil sereal dan salad sayur.

"Jadi ke Silverlake kan?" Tanya Tami sambil menuangkan minyak zaitun ke piring saladnya, hari itu dia memakai setelan gamis serba putih.

"Jjjhadi" Razi bergumam tidak jelas, mulutnya penuh dengan potongan roti,

"Kalau makan ditelen dulu, baru ngomong," Tami mengambil tisu dan membersihkan mulut suaminya yang belepotan omelet,

"Maap hehe" Kata Razi sambil menggigit sebuah tomat cherry, yang sayangnya sudah agak terlalu matang sehingga sarinya muncrat kemana-mana, membasahi T-shirt biru navy yang Razi pakai,

"Duuhh udah sini." Tami
menggeser kursi supaya bisa duduk di sebelah Razi, dia lalu menyusun roti dan omelet dengan rapi, memotongnya kecil-kecil lalu menyuapi suaminya dengan garpu, sesekali Razi pun menyuapi dirinya dengan salad.

"Makasih sayang" Razi menggesek-gesek kepalanya ke bahu Tami seperti kucing,

"Ihh maluu depan umum" Tami mencubit pinggang suaminya,

Sepuluh menit kemudian, Razi dan Tami sudah menyusuri Sukhumvit Road menuju Silverlake Vineyard, perkebunan anggur besar yang hanya berjarak tiga belas kilometer dari hotel. Di tengah perjalanan, Razi memarkirkan mobil mereka tepat di depan Sevel yang berdiri dekat jembatan penyeberangan.

"Mau beli apa?" Tanya Tami,

"Beli cemilan sama minum," Razi menjawab sambil melepas sabuk pengaman,

"Kita kan baru sarapan tadi?" Tami keheranan, jika dijumlahkan, tadi suaminya sudah menghabiskan lima belas lembar roti dan dua piring omelet,

"Sejak kapan sarapan roti bisa kenyang? yuk turun," Razi membuka sabuk pengaman Tami dan langsung keluar dari mobil. Dia menuntun Tami keluar sambil menyingkirkan sampah yang menghalangi jalan istrinya.

Suhu pagi itu sudah menggelora. Mereka berdua  bergegas masuk ke Sevel yang dingin ber-AC. Seorang pria menyambut mereka berdua ramah,

"Sawaddi Krap" Dia menangkupkan kedua tangannya sampai ke wajah, Razi membalas salam pria itu dengan cara yang sama. Tami mengambil keranjang belanja, dia lalu membuka kulkas dan mengambil Thai tea dan beberapa minuman dingin lainnya. Razi mengambil Matcha pancake, kue Fui Thong, onigiri dan nasi goreng kepiting dalam kemasan. Lima menit kemudian, mereka sudah keluar dari toko sambil menjinjing kantong belanjaan yang lumayan penuh.

"Bukain dong, Yang," Razi menyodorkan onigiri isi ikan yang baru dibelinya tadi sambil menstarter mobil dan memasang sabuk pengaman, tak lupa juga dia memasangkan sabuk pengaman istrinya. Tami mengerti maksud Razi, dia membuka bungkus onigiri itu dan menyuapi suaminya yang konsentrasi menyetir.

Mereka tiba di Silverlake Vineyard setengah jam kemudian. Razi memasukkan belanjaan tadi ke tas punggungnya dan menuntun Tami
ke pintu masuk yang bergaya italia dan bertuliskan Silverlake Villagio.

Pemandangan spektakuler dibalik gerbang itu membuat mereka berdua lupa akan suhu yang panas. Sejauh mata memandang terlihat hamparan kebun anggur yang begitu luas dengan danau cantik yang memantulkan cahaya matahari. Dari kejauhan terlihat Laser Buddha  yang juga menjadi salah satu tujuan wisata di Pattaya.

Razi memutuskan untuk membeli jus anggur di kedai souvenir sebelum mereka berdua menjelajahi perkebunan anggur. Mereka berkeliling sambil berfoto narsis berdua di beberapa tempat. Di danau Silverlake, mereka meminta turis yang lewat untuk mengambil foto mereka berdua di tugu yang bertuliskan love.

Love of My LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang