Tiga hari kemudian
"Yak yahhh!!! Gas gaaass aduh itu liat ke depan, ah.. AHH! aduh asli ampir, awas awaass!!"
Bu Rahmi hanya bisa menggelengkan kepala melihat Pak Michael suaminya menonton siaran ulang MotoGP tadi subub di ruang keluarga mereka yang besar dan dilengkapi dengan Home Theatre. Alhamdulillah kebiasaan satu ini tidak menurun ke anak semata wayang mereka, walaupun ketika mengandung Tami dia hampir bosan dicekoki nama-nama peraih podium sepuluh tahun terakhir di GP Assen, Valencia, Motegi dan entah apalah itu namanya.
Tami baru saja keluar dari kamar sambil membawa laptop. Gadis peranakan Belanda dengan kulit sangat putih dan bola mata hitam itu memghempaskan dirinya di sofa ruang keluarga dan mulai menyelesaikan proyek dari kantornya yang harus diselesaikan paling lambat minggu depan.
"Beresin kerjaan, Neng?" Ayahnya
bertanya ketika masuk sesi iklan sepeda motor,"Iya Yah, deadline minggu depan," Tami terlihat stress, "Harusnya udah beres dari minggu kemarin, tapi ada temen yang mendadak sakit, jadi aku yang kerjain bagian dia."
"Jangan diforsir, ntar malah jadi beban sendiri, YAAHH KOK KESUSUL??!!" Seru Pak Michael sambil menghentakkan kaki,
"Iiih Ayah bikin kaget aja deh," Protes Tami, lalu dia melanjutkan mengetik di laptopnya,
Bu Rahmi membawa mangkuk berisi gorengan dan teko susu ke ruang keluarga dan bergabung menonton TV. Tami langsung mengambil sepotong mendoan dan mengambil cabai rawit dari dasar piring. Untuk sesaat, dia bisa sedikit melupakan proyek kantor yang banyak menyita waktu,
"Ngomong-ngomong, ada yang ngedeketin kamu lagi gak Neng?" Ayahnya bertanya sambil menuangkan susu ke gelas kesayangannya,
Tami berhenti mengunyah mendoan, "Yaaa yang mau ta'aruf udah ada sih Yah," Tiba-tiba dia terpikir dengan sosok Razi di pernikahan Julia, "Sebenernya gini, ada yang ngajakin Ta'aruf sama Tami, kemaren gak sengaja juga ketemu sama orangnya."
"Terus?" Giliran Ibunya yang bertanya ,
"Yaaa kalau dari CV sih sebenernya biasa Bu, IPK nya gak bagus-bagus amat, kuliah delapan tahun baru beres, tapi bu, dia deket banget sama anak kecil, terus kata Cece Ling orangnya baik banget." Sengaja Tami tidak menceritakan perihal Razi memberikan jatah siomaynya,
"Hmm boleh juga, eh tapi gini, kalau semisal kamu mau, Ibu sama Ayah kemaren ketemu pemuda mantep di acara peresmian gedung pesantren. Anaknya sopaaaan banget, udah gitu bisa bahasa belanda" Promosi Pak Michael, teringat tutur kata Razi yang lancar berbahasa negeri Ratu Beatrix dengan dialek Vlaams yang bersih,
"Ah Ayah mah segala sesuatu yang nyangkut sama kampung halaman Opa pasti suka" Seloroh Tami, "Tapi Tami mau minta izin dulu, boleh gak yang ini maen ke rumah buat kenalan?"
Sebenarnya Pak Michael masih ingin memperkenalkan anak Kyai Anshar kepada putri satu-satunya itu, namun dia juga tidak ingin memaksakan kehendak, mau bagaimanapun, Tami yang akan menjalani rumah tangganya sendiri,
"Yaaa gapapa, suruh aja dia maen ke rumah, tapi kalau bisa sih minggu ini mumpung Ayah dapet sisa cuti, ngomong-ngomong siapa namanya?"
*******
Pelelangan Ikan Pelabuhan Ratu, dua hari kemudian,
Razi sedang membantu menaikkan puluhan kotak styrofoam berisi berbagai jenis ikan laut ke dalam mobil bak L300 milik pesantren. Dia dibantu Sarda, salah satu santri senior yang juga bisa menyetir. Mereka berdua baru sampai di Pelabuhan Ratu ketika masuk waktu subuh setelah bergantian menyetir selama kurang lebih lima
jam. Di samping mobil berdiri Pak Cholil, pemborong ikan tangkapan nelayan berperawakan pendek gemuk dengan kacamata lebar. Dialah yang menyumbang seluruh ikan untuk pesantren Ar-Rayah.