Author's pov
Shain ditemani cahaya rembulan yang temaram berdiri diatas balkon sambil menghisap dalam nikotin ditangannya, meresapi rasa candu yang menjalar nikmat dari gabungan rasa manis dan rasa pahit.
Setelah dirasa cukup memenuhi rongga mulutnya, Shain perlahan menghembuskan asap di udara menciptakan rasa tenang membuat beban yang ia emban sedikit berkurang.
Malam ini Shain memutuskan untuk tidak menyentuh minuman favoritnya karena perkataan Elsya sebelumnya dengan ajaib merasuk perlahan menahan hasrat dan keinginannya.
Karena hawa dingin yang merambat dari kulit hingga ke tulang semakin terasa, Shain lalu beranjak meninggalkan balkon dan kembali memasuki kamarnya.
Shain kini merebahkan tubuhhnha diranjang king size miliknya sambil menatap langit-langit atap kamar dengan pikiran kacau yang berkeliaran memenuhi isi kepalanya.
Cukup lama Shain bergulat dengan pikirannya itu.
Kret..
Tiba-tiba pintu kamar Shain terbuka membuat perhatian Shain teralihkan pada suara yang membuatnya terhenyak dari lamunan.
Dibalik pintu yang perlahan terbuka memunculkan sosok wanita dan pria paruh baya, yang semakin mendekat menghampiri Shain.
Pupil mata Shain sontak terbuka karena keterjutannya melihat kedua sosok yang selama ini ia rindukan.
Kedua sosok tersebut sudah disamping ranjang, menatap Shain dengan mata sendunya mememancarkan kasih sayang yang begitu dalam.
Tangan wanita paruh baya itu terulur, membelai lembut pipi Shain seraya tersenyum haru. "Kami merindukanmu nak.."
Mata Shain kini sudah berkaca-kaca siap meluncurkan air mata yang ia tahan sejak sosok keduanya muncul. "Aku juga merindukan kalian.. bahkan sangat.." ucap Shain lemah
Meskipun sentuhan tangan dari wanita paruh baya dipipinya terasa dingin, tapi hal itu mampu membuat hati Shain menghangat dalam perasaan kelabunya.
Shain mencium lembut tangan ibunya yang tengah memegang pipinya itu dengan penuh perasaan.
Pertahanan Shain luruh, air matanya pecah begitu saja membasahi kedua pipi tirusnya.
Rasa rindu yang selama ini ingin ditumpahkan membuat dada Shain sesak bukan kepalang, seperti ada ribuan benda tajam yang menghujam jantungnya.
Ibu Shain tersenyum haru menatap putri kecilnya yang kini sudah tumbuh dengan pesat. "Semakin dewasa wajahmu sangat mirip dengan ayah.. kau adalah duplikatnya, mewarisi sifat dan fisik sama persis sepertinya.." ucap dan jelas ibu Shain
Ayah Shain tak kalah terharunya, ia tersenyum bangga melihat duplikatnya. "Kau benar.." sahut ayah Shain mengiyakan
"Jangan pergi, aku mohon"
Suasana haru dan pilu tercipta secara bersamaan, Shain tak bisa menggambarkan perasaannya saat ini karena bisa bertemu dengan ayah dan ibunya.
"Waktu kami tidak banyak Shain, jaga dirimu baik-baik"
Kedua sosok tersebut memeluk Shain bersamaan, Shain dengan senang hati kenyambut dan menikmati pelukan tersebut.
Ada rasa tak rela saat pelukan ayah dan ibunya mulai merenggang.
Ayah dan ibunya perlahan menjauhi Shain.
"Aku mohon tetap disini.. Ayah! Ibu!" teriak Shain dengan histeris
Shain seketika terjaga dari tidurnya dengan deru nafas yang sudah memburu beserta peluh yang menghiasi dahinya.
Shain mengusap rambutnya frustasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
You're My Destiny Gxg ✔
Любовные романыCinta bisa meleburkan sosok yang dingin menjadi hangat, menghilangkan kehampaan serta menuntunmu ke jalan kebahagiaan. Jika sebaliknya, maka itu bukanlah cinta.