17+ yang dibawah umur jangan baca ya udah aku kasih tau, nanti aja bacanya pas umur kamu udah mencukupi yaa, jadilah pembaca yang bijak.
***
Kepala (namakamu) yang awalnya terfokus dengan layar televisi—dia sedang menyaksikan sebuah drama—perlahan mendongak, lantaran mendengar ketukan suara sepatu pantofel di lantai. (Namakamu) mengalihkan kembali pandangannya ke layar televisi, dia masih kesal dengan laki-laki itu yang seenak nya saja mengajak gadis lain menginap di rumah ini.
Apalagi Iqbaal belum meminta izin kepada (namakamu), memangnya dia sudah tidak menganggap (namakamu) sebagai istrinya lagi. Dan yang membuat (namakamu) semakin kesal adalah tadi pagi, Iqbaal dengan ngototnya memaksa agar sih Jessica tinggal di sini selama dia berada di Indonesia.
Iqbaal sudah lengkap dengan seragam kantornya, hanya saja, tuksedo hitam yang biasanya menutupi kemeja putihnya itu tak dia pakai melainkan tersampikan di bahunya. Dia berjalan menghampiri (namakamu) sambil membenarkan simpul dasinya, mengancing lengan baju dan lehernya.
(Namakamu) yang semula memandang ke arahnya buru-buru memalingkan wajah. Gadis itu masih marah.
Cara duduk dan tingkahnya yang tidak sopan masih di tunjukkan. Memangnya apa salahnya? Dia hanya mengajak Jessica temannnya—mantan kekasihnya—untuk tinggal disini selama beberapa hari. Lagipula Jessica itu yatim-piatu, dia tidak punya keluarga lagi. Apasalahnya membantu.
(Namakamu) masih terfokus dengan drama yang sedang di tayangkan, sementara Iqbaal sudah duduk di sebelahnya masih membenarkan simpul dasi. Memangnya wanita itu tidak ada niat sedikitpun untuk membantunya?
”Aku mau ke kantor sebentar, mau buat surat cuti,” kata Iqbaal menjelaskan kepada (namakamu) soal dirinya yang sudah berpakaian rapi, walaupun (namakamu) tidak bertanya, tidak ada salahnya kan dia memberitahu.
Tapi (namakamu) tidak merespon. ”(Namakamu), kamu masih marah?”
Tidak ada jawaban, (namakamu) malah menguap sekenak jidatnya.
Menghela napas, Iqbaal harus sabar menangani tingkah (namakamu) yang ke kanak-kanakan.”Oemji!” (Namakamu) tersedak, dia agak mencondongkan wajahnya ke arah televisi agar bisa melihat dengan jelas adegan di drama yang sedang berlangsung.
(Namakamu) terkekeh mesum. ”Lee Minho.” Gumamnya sambil memasang puppy eyes, belum sempat imajinasi (namakamu) melambung tinggi layar televisi yang semulanya memperlihatkan scene kissing dalam drama mendadak menjadi gelap.
Dan itu terlihat menyebalkan!
(Namakamu) memutar wajahnya perlahan, dengan rahang yang mengeras dia melihat Iqbaal baru saja meletakan remote tv di meja.
Berarti laki-laki itu yang dengan sengaja mematikan televisi. Oh! Shit!
”Kamu denger gak, aku bicara apa sama kamu?”Mengerucutkan bibirnya, (namakamu) memalingkan wajah songongnya kembali menatap televisi, dia sedikit merayap ke dekat televisi untuk menekan turn on dan televisi kembali menyala.
Iklan.
”Sialan.” Umpat (namakamu) pelan, tapi dia tidak mengalihkan wajahnya dari televisi.
Kemudian (namakamu) menggeser meja agar lebih dekat dengan televisi, lalu (namakamu) menopang dagunya dengan tangan. Dia merasa nyaman dengan posisi seperti ini.
”Ssshh, (namakamu) nontonnya jangan deket-deket. Gak baik buat mata kamu.” Kalau tadi televisinya yang menjadi gelap, sekarang pandangan (namakamu) yang menggelap. Laki-laki itu menutup penglihatan (namakamu) dengan tangannya.
(Namakamu) menepis tangan Iqbaal. ”Lo masih peduli sama gue?”
Tubuh Iqbaal agak bergetar mendengar kalimat tidak sopan (namakamu) dan nada dalam kalimat itu naik dua oktaf.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pinocchio
Mystery / ThrillerRepost cerbung Muhammad Aryanda. Udah tamat ya, jangan lupa votenya ❤