Chapter 3

2.4K 61 8
                                    

“Tempat asal..?”

“Iya, tempat asalku adalah disini. Aku dulunya adalah salah satu anak dari panti asuhan ini.”

“Ap..apa?!” Tanya Remi terbata, seolah tak percaya dengan yang didengarnya.

“Kau pasti tidak menyangka kan?! Setiap anak di panti asuhan pasti akan sangat senang saat tau ada seseorang yang akan mengadopsi mereka, tidak terkecuali aku. Saat itu aku sangat bahagia saat tau sebuah keluarga berniat mengadopsiku, aku sangat bangga karna sudah memiliki orangtua. Tapi aku lupa kalau dalam hidup ini seseorang tidak selalu dapat merasa bahagia. 2 tahun setelah aku berada di keluarga tersebut, kedua orang tua angkatku bercerai dan aku ikut dengan Ayah. Awalnya semuanya baik-baik saja, Ayah sangat menyayangiku dan selalu ada saat kubutuhkan. Sampai saat itu tiba, dimana ia sudah menjadi pengusaha besar. Ayah tidak pernah lagi menghubungiku apalagi terlihat berada dirumah. Rumah yang begitu besar tapi serasa tak berpenghuni...”  Kris menghentikan ucapannya sesaat, Remi bisa mendengar nada suara pemuda itu mulai aneh.

“Kau tau? Sejak saat itulah aku selalu kembali ke tempat ini. Karna aku merasa bahwa aku...sudah kembali menjadi anak yatim piatu saat ini.” Tepat setelah mengatakan itu Kris menundukkan kepalanya. Remi bisa melihat tubuh Kris yang kini gemetar. Pemuda itu sedang menangis.

Remi menatap dalam kearah Kris yang masih tertunduk. Ia sama sekali tidak menyangka kalau ternyata perjalanan hidup pemuda itu sampai seperti ini. Apa yang dialami Kris hampir sama dengan dirinya, sejak 2 tahun lalu Mamanya juga mulai jarang berada di rumah karna kesibukannya. Tapi beruntung karna sang Mama masih sering menelpon dan menanyakan keadaannya. Berbeda dengan Kris yang sama sekali sudah hampir tidak pernah melihat Ayahnya, ditambah lagi kenyataan bahwa ia adalah seorang anak yatim piatu. Semua ini pasti terasa begitu sulit dan menyakitkan baginya. Ternyata seperti inilah pemuda itu, dibalik sikap dingin dan seriusnya terdapat seorang Kris yang kesepian dan juga rapuh.

Melihat Kris seperti sekarang ini entah kenapa membuat tubuh Remi seolah tergerak dengan sendirinya hingga perlahan memeluk Kris. Remi bisa mendengar isakan kecil sekaligus merasakan tubuh Kris yang masih gemetar. Tanpa disangkanya airmata gadis itu kini ikut menetes. Remi tau apa yang dirasakan pemuda itu saat ini, dan ia hanya dapat berharap hal itu bisa segera berhenti.

♥:♥:♥

Hari sudah malam saat Kris dan Remi sampai di rumah. Keduanya nampak cukup lelah setelah bepergian seharian ini.

“Remi~ya!!” Tegur Kris saat Remi baru saja berniat berjalan masuk kedalam rumah.

“Waeyo?” Tanya Remi seraya berbalik

“Lay itu..pemuda yang kau sukai, kan?!”

Remi menatap Kris cukup lama lalu akhirnya mengangguk pelan. “Benar. Dia adalah orang yang kusukai. Aku menyukai kekasih sahabatku sendiri.” Tuturnya

“Sejak kapan..?”

“Sejak awal masuk SMA. Aku, Lay dan Sani adalah sahabat sejak SMP. Tapi aku baru menyadari perasaanku padanya saat masuk SMA. Hanya saja waktu itu aku tidak berani mengatakan yang sebenarnya padanya, aku takut jika nanti aku menyatakan perasaanku dan ternyata dia tidak menyukaiku yang ada itu malah bisa merusak persahabatan kami bertiga. Jadi aku memilih untuk terus memendamnya. Hingga kemarin saat aku berniat pulang ke rumah Sani tiba-tiba saja mengatakan sesuatu. Sesuatu yang membuatku begitu terpukul hingga tidak mampu mengatakan apa-apa saat mendengarnya. Sani mengatakan kalau dia dan Lay sudah resmi pacaran sejak seminggu yang lalu. Hanya saja mereka baru berani mengatakannya saat ini padaku. Sani bilang kalau dia yang pertama kali menyatakan perasaannya dan Lay ternyata bersedia menerimanya. Apa kau tau? Seperti apa yang kurasakan saat mendengar semua itu..?Aku..” Remi menghentikan kalimatnya, gadis itu sulit melanjutkannya.

3 Days for Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang