Chapter 2

28 1 0
                                    

          Rrrgghhh
    Penyakit ini kembali menyerangnya. Setiap saat setiap waktu parahnya, disaat yang tidak tepat.

"Sudah minum obat ?"

    Tidak ada jawaban,  laki-laki itu hanya memegang kepalanya yang berdenyut kencang, ada sesuatu yang berbisik di telinganya.

   Beberapa saat ,laki-laki itu menatap tajam pria yang berada dihadapannya,dan hanya dibalas senyuman. Tidak ada rasa takut dalam diri pria itu.

"Theo?"

   Pria itu mengernyit namun tidak merasa terkejut. Ia sudah terbiasa menanggapi kondisi seperti ini, yang harus ia lakukan sekarang adalah bersabar dan menyadarkannya.

"Jangan lakukan itu. Itu membunuh dirimu sendiri bukan membunuhku. Percayalah, atau kau akan menyesal." Ucap pria itu dengan tenang

   Suara lembut pria itu berdentum kencang dan memberi pengaruh besar kepada laki-laki yang sedang memegang erat pisau. Kalian pasti sudah tahu bahwa laki-laki gila itu ingin membunuh sosok yang ada dihadapannya.

    Tidak. Dia tidak gila.
Dia hanya butuh sandaran dan seseorang yang bisa membimbingnya saat penyakitnya kambuh.

"Dengarkan aku, jangan dengarkan orang lain. Kau akan menyesal. Menyesal." Pria itu memberi penekatan di akhir kata.

    Perlahan laki-laki itu menurunkan pisaunya dan kembali memegang erat kepalanya yang berdengung. Ia berusaha menetralisir sesuatu  yang datang dan membuatnya bingung.

"Aku mendengarkanmu. Ya, aku mendengarkanmu." Ucapnya sambil terengah-engah pada pria yang ada dihadapannya.

    Pria itu mendekat dan merangkul bahunya "Kau ingin sesuatu? Ah, ya. Kau belum menjawab pertanyaanku, kau sudah minum obat?"

"Aku tidak membutuhkannya, aku ingin pergi keluar sebentar saja." Laki-laki itu pergi begitu saja meninggalkan kekacauan yang telah ia buat.

"Berjanjilah kau tidak akan menyakiti siapapun."

    Ia hanya mengangguk dan melenggang keluar  begitu saja.

.
👀

Selama diperjalanan pulang Alana tidak bisa berhenti memikirkan kejadian yang menimpanya tadi. Dipermalukan 2 temannya itu. Bukan teman, tepatnya musuh. Jangan anggap Alana itu sabar, jauh di dalam hatinya ia ingin sekali menampar kedua perempuan itu dengan kursi.

"Kamu kenapa bengong?" Tanya ibunya sambil membuka semua barang-barang yang telah Alana beli.

      Alana menghela napas "Lana ga yakin akan kuliah di Yogyakarta, apa Lana gausah ambil aja ya dan sekolah di Jakarta aja?"

    Ibunya membisu

    Ia berharap ibunya tetap mendukungnya untuk kuliah di tempat idamannya ,walaupun ia sedikit merasa kasihan terhadap keluarganya. Penolakannya tadi tidak sepenuhnya ia katakan dengan ikhlas , ada 85% keraguan dalam dirinya dalam mengatakan bahwa ia ingin kuliah di Jakarta.

"Delisa sakit."

    Alana mengernyit "Sudah keluar hasilnya?"

     Selama ini Alana tahu bahwa adiknya sakit-sakitan, namun belakangan ini adiknya sering pingsan dan pendarahan di hidung, hm bisa dikatakan mimisan. Ia berharap adiknya hanya kelelahan karena rajin belajar untuk persiapan olimpiadenya nanti.

"Leukimia." Jawab ibunya dengan singkat namun memancarkan kesedihan yang dalam di matanya.

   Alana terdiam.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 24, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Guardian Angels Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang