Next Door (Park Jaehyung)

346 30 10
                                    

"Sesuatu yang hilang, setidak penting apapun itu, akan selalu berefek di kemudian hari"

---

Pukul sebelas malam, tubuhku yang seharian ini belum beristirahat, kupaksa untuk duduk di depan meja belajar sambil menghadap laptop.

Jari-jari tanganku terus menari diatas keyboard, sementara mataku yang sudah tinggal lima watt terus kupaksa untuk melotot.

Sungguh, aku merasa sangat lelah. Aku menguap lebar. Kalau saja Profesor Yoon tidak memberiku tugas dadakan seperti ini, aku pasti sudah bergelung dengan selimutku dan menikmati mimpi indah sekarang.

Tidurlah! Lima menit saja tak masalah, bukan?

Sebuah usulan tiba-tiba melintas di otakku. Jari-jari tanganku berhenti mengetik dan tatapanku mulai berubah menjadi sendu. Benar, tidur lima menit saja tak masalah. Aku akan langsung melanjutkan tugas ini begitu bangun.

Perlahan, aku meletakkan kepalaku ke atas meja dan mulai memejamkan mataku. Rasanya sangat nyaman. Andai aku punya banyak malam-malam tenang seperti ini, aku pasti sudah-

"EVERYBODYYY! LET'S START THE PARTYYY!"

JRENGGG~

Belum ada sepuluh detik, mataku kembali terbuka lebar. Aku menghela napas panjang. Seketika, aku menyesal berharap memiliki malam-malam yang tenang.

Dengan kekesalan memuncak, aku keluar dari flat-ku dengan langkah besar-besar. Aku menatap sebuah pintu flat yang tepat berada di depan flat milikku.

Aku mulai mendekatinya lalu mengetuk pintuㅡah, menggedor lebih tepatnyaㅡdengan tidak sabaran.

"Ya, Park Jaehyung! Bisakah kau kecilkan suara gitarmu itu?!"

Aku tahu ini percumaㅡteriak-teriak sambil menggedor pintu flat-nya beginiㅡkarena aku pernah melakukannya bahkan lebih dari ratusan kali. Dan dia masih terus melanjutkan kebiasaannya memetik gitar hingga larut malam.

Setelah hampir dua tahun, kupikir aku mulai terbiasa dengan kehadiran tetangga abstrak seperti dia. Tapi, di beberapa keadaan yang sangat melelahkan seperti saat ini, aku merasa benar-benar tidak betah tinggal di depannya.

Jaehyung belum membuka pintu flat-nya. Ketika tanganku mulai menggedor untuk ketiga kalinya, pintu di hadapanku akhirnya terbuka dan tanganku nyaris memukul dada miliknya.

Aku mendongak untuk menatap wajahnya. Seketika, mataku langsung bertemu dengan dua mata sipit dibalik kacamata bulat milik Jaehyung. Oh, dan jangan lupakan senyum tanpa dosa yang tercetak di bibirnyaㅡastaga, bolehkah aku memukulnya sekarang?

"Waeirae?" tanyanya santai, seolah tidak terjadi apa-apa. (Ada apa?)

Aku menarik napas dalam sambil menyilangkan kedua tanganku di depan dada. "Kau tahu ini sudah hampir tengah malam, bukan?"

Jaehyung tidak memudarkan senyumnya, lalu mengangguk.

"Kau tahu orang-orang harusnya sudah tidur di jam segini?"

Lagi, Jaehyung mengangguk dengan senyum yang sama.

"KALAU BEGITU, KENAPA KAU MENYANYI SAMBIL BERMAIN GITAR SEPERTI ORANG TIDAK JELAS DI JAM SEGINI?!" teriakku tepat di depan wajahnya.

An Ending SceneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang