Five

1.2K 242 6
                                    

Someone here, quietly.

➣ Yang Jeongin mengerang kesakitan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

➣ Yang Jeongin mengerang kesakitan. Sedari tadi ia terus memijat kepalanya. Seungmin yang duduk di depannya sedikit cemas. Beberapa kali ia tertangkap tengah melirik Jeongin dengan khawatir.

"Hei, apa kamu tidak apa-apa?" Seungmin berujar dengan cepat ketika seorang guru meninggalkan ruangan kubus itu. Badannya ia putar seratus delapan puluh derajat agar menghadap Jeongin secara langsung.

"Tidak apa-apa. Hanya sedikit pusing," Jeongin berujar pelan. Jemarinya memijat kedua pelipisnya selagi mulutnya mengeluarkan erangan kesakitan.

"Ayo ke ruang kesehatan," ujar Seungmin.

Jeongin menggeleng sebagai jawaban. "Tidak terimakasih. Aku dapat menahannya hingga pulang sekolah," murid laki-laki itu berkata selagi melemparkan sebuah senyuman lemah ke Seungmin.

"Baiklah. Lagi pula ini adalah pelajaran terakhir. Jika kamu butuh apa-apa, panggil saja aku," Seungmin berkata sebelum kembali membelakangi Jeongin.

Sebuah senyuman terbit di wajah kusut Jeongin. "Terimakasih."

Kemudian, kelas yang awalnya hening itu dipenuhi teriakan ketika Yang Jeongin terjatuh dengan keras dari tempat duduknya. Kepalanya terbentur ke dinding dan ia pingsan.

Seungmin dengan panik mendekati Jeongin. Ia memangku kepala murid laki-laki itu kemudian berteriak. "Seseorang bantu aku membawanya ke ruang kesehatan!"

Tiga orang murid laki-laki — termasuk Seungmin — menggotong Jeongin ke ruang kesehatan. Dalam hitungan menit, kedua murid laki-laki lainnya kembali ke kelas setelah dokter ruang kesehatan datang. Sementara Seungmin ditunjuk untuk menunggu Jeongin hingga ia bangun.

Seungmin menggenggam tangan Jeongin dengan cemas. "Jeongin, ayo bangun."

Walaupun dokter ruang kesehatan itu telah berkata bahwa Jeongin tidak mengalami luka berat — kepala belakangnya sedikit membengkak — Seungmin tidak peduli. Ia benar-benar mengkhawatirkan teman barunya itu.

"Kim Seungmin, silahkan kembali ke kelasmu. Yang Jeongin memiliki tunangan yang akan menjaganya," sebuah suara mengagetkan Seungmin. Murid laki-laki itu menoleh ke arah daun pintu ruangan balok itu kemudian tersenyum tipis dan mengangguk.

"Baiklah, aku pergi, permisi," ia berujar ketika seorang perempuan menatapnya tajam. Seungmin melepaskan genggamannya pada tangan Jeongin kemudian tersenyum kikuk ketika jemari Jeongin menggenggam tangannya erat.

"Jangan pergi. Aku mohon," Jeongin berbisik lirih. Seungmin yang mendengarnya dengan cepat menghadap Jeongin kemudian mengusap dahinya.

"Jeongin? Kamu sudah sadar? Ah, Dokter Kim!" Seungmin bertindak dengan cepat. Dokter itu pun ikut bertindak dengan cepat.

"Kim Seungmin, pergi. Aku adalah tunangan Yang Jeongin dan aku adalah satu-satunya orang yang berhak untuk menjaga Jeongin dalam waktu seperti ini," perempuan yang tadi menatapnya tajam bersuara.

"Oh, maaf, tapi tadi Jeongin menahan tanganku," Seungmin tersenyum tipis. "Aku permisi."

"Siapa bilang kamu boleh pergi?" Jeongin bersuara dengan cepat. "Kim Seungmin, jangan pergi. Jeon Heejin, enyahlah."

Dalam kurun waktu lima menit, Jeongin dan Seungmin kembali ditinggalkan berdua di dalam ruangan itu. Hening melanda keduanya. Seungmin menyibukkan dirinya dengan telepon pintarnya sementara Jeongin menyibukkan dirinya dengan menatap Seungmin intens.

"Jeongin, aku harus kembali ke kelas," Seungmin bergerak dengan gelisah di kursinya. "Ada tes aljabar jika kamu lupa."

"Tidak," Jeongin berkata dengan tegas. "Kamu tidak akan meninggalkan ruangan ini, Kim Seungmin. Soal tes aljabar itu, kamu bisa mengambilnya ulang esok hari denganku."

Seungmin tersentak kaget ketika jemari Jeongin meraih telepon pintar miliknya dan meletakkannya ke atas nakas.

"Permisi, Jeongin, itu teleponku," Seungmin berkata dengan tidak percaya.

"Fokus hanya denganku ketika aku berada di hadapanmu, paham?" Jeongin berkata dengan nada perintah yang jelas membuat Seungmin meneguk ludahnya gugup.

"O-oke," batin Seungmin langsung memukuli dirinya sendiri setelah berujar seperti itu. Kenapa ia menurut?

"Baguslah," Jeongin tersenyum nyaris menyeringai. "Mulai hari ini hingga akhir hidupku, kamu adalah pembantuku."

Seungmin memiringkan kepalanya bingung. "Maksudmu?"

"Kamu akan membantuku menjadi seperti Ayahku," Jeongin berkata dengan santai.

"Hah?"

Jeongin terkekeh pelan. "Ayah bilang ia adalah sosok pria yang paling sempurna di dunia ini dan aku harus menjadi sepertinya. Kamu, Kim Seungmin, akan membantuku untuk menjadi seperti Ayahku."

"Kamu gila?" Seungmin menatap Jeongin tidak percaya.

"Tidak. Aku akan membayarmu, tenang saja," Jeongin berkata dengan santai. Ia tersenyum miring.

"Tidak terima kasih. Aku sama sekali tidak tertarik, Tuan Yang," Seungmin mendengus kesal.

"Aku tidak menerima penolakan, Sweetie,"

Seungmin meneguk ludahnya gugup. Ia paham. Ia sangat paham apa yang batu saja terjadi padanya. Ia tahu apa yang akan Jeongin lakukan padanya. Ia tahu semuanya tentang murid laki-laki yang membuatnya tertarik sejak awal kedua bola matanya menangkapnya.

Yang Jeongin akan membuat Kim Seungmin menjadi miliknya, untuk sekarang dan selamanya.

— — — — —

No shit, Jeongin

Hero's Soup ft. JeongminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang