BAB 1

149 13 0
                                    

Sialan Roro, bagaimana mungkin aku menyetujui idenya untuk menjadi wanita simpanan. sekarang aku berada di sebuah cafe untuk bertemu dengan temannya yang seorang mami-mami. iya mami dalam tanda kutip. Ingin rasanya aku membatalkan niatku untuk melakukan dosa besar ini. Tapi sialan Roro sepertinya tau niatku yang ingin berubah pikiran.

"Pokoknya ya Vil.  Kamu tenang aja.  Temen aku ini udah terkenal banget dikalangan para om-om gadun.  Semua pelanggannya itu orang-orang besar yang banyak duit.  Kamu ga bakalan nyesal lah kerja sampingan kayak beginian.  Nanti kalau kamu udah ngerasain enaknya punya banyak uang.  Kamu bakal ketagihan deh.  Percaya sama ku." Ini nih salah satu ucapannya yang membuat aku tidak jadi mundur.  Di iming-iming bakal dapet duit banyak.

Kelihatan seperti mendewakan uang.  Tapi memang seperti itu adanya.  Aku memang sangat butuh uang sekarang.

Aku anak pertama dari empat bersaudara.  Ibuku hanya seorang janda yang kerjanya cuma jualan kue keliling kampung.  Aku punya seorang adik laki-laki yang sebentar lagi tamat SMA. Namanya Randy. Adikku ini setiap menelpon selalu menagih janji untuk bisa di kuliahkan.  Sebelum merantau kejakarta aku memang berjanji padanya akan membiayai kuliahnya. Kalau mengandalkan gajiku di perusahaan tentu aku tidak akan bisa menepati janjiku.  Adikku dua lagi berjenis kelamin perempuan. Mereka kembar.  Masing-masing namanya Rara dan Riri.  Mereka masih duduk d bangku SMP.  Dan sebentar lagi masuk SMA.  Aku pusing memikirkan biaya sekolah mereka. Berapa duit yang aku butuhkan untuk membayar biaya masuk SMA.  Belum lagi untuk membeli seragam dan lain-lain.

Sebenarnya aku bisa saja bersikap masa bodoh dan lebih mementingkan hidupku.  Toh biaya pendidikan anak itu seharusnya menjadi tanggung jawab orang tua kan.  Tapi aku tidak bisa melakukannya. 

Ketika ayahku meninggal dia meninggalkan warisan berupa uang pertanggungan asuransi.  Tidak banyak.  Hanya 70 juta.  Dan semua uang itu sudah habis untuk membiayai kuliahku dari mulai masuk kuliah sampai selesai.

Kalau aku bersikap masa bodoh.  Adik-adikku akan mengungkit-ungkit tentang uang asuransi itu. Ujung-ujungnya kami akan bertengkar.

Kalau kami bertengkar ibuku juga yang akan sedih.  Dan mungkin ayahku dialam sana juga akan menangis.

***

"Lu masih perawan?" Tanya wanita sexy didepanku.  Ketika aku bertatap muka dengannya aku benar-benar terkejut.  Dia masih sangat muda.  Dia bahkan masih kuliah.  Namanya Mia.

"Begitulah" Jawabku datar.  Mendapati dia masih begitu muda membuatku sedikit rileks.

"Sebenarnya gue punya pelanggan baru yang kakap.  Tapi dia ga nyari wanita simpanan.  Dia nyari istri yang masih perawan.  Lu mau?" Tanya Mia yang membuatku sedikit terkejut.

"Enggak" Jawabku tegas. "Aku belum siap nikah.  Gak mungkin juga aku nikah dengan orang yang gak aku kenal" Jawabku lagi.  Mia mengangguk mengerti.

"Pernikahan ini ga selamanya.  Hanya sementara. Dia cuma butuh kamu untuk satu alasan penting.  Tapi kamu tidak perlu tau alasan itu. Selama menikah dengannya kamu akan diberi uang bulanan sebesar 30 juta. Plus kamu akan diberi fasilitas rumah,  mobil,  dan seluruh biaya hidup akan ditanggung olehnya."

"Kenapa lu ga nawarin gue?" Tanya Roro sengit

"Emang lu masih perawan?" Tanya Mia dengan alis terangkat.

"Sialan" Umpat Roro dengan wajah memerah.  "Beruntung banget lo.  Kalau gue jadi lo ga bakalan gue nolak.  Lebih baik gue ngelayani satu laki-laki daripada banyak laki-laki" Ucapnya kepadaku.

"Tidak perlu terburu-buru menjawab.  Lu bisa pikirin baik-baik.  Gue kasih waktu seminggu. Tapi ingat, kalau lu Terima tawaran ini, gue minta fee. Gue mau 15 % dari uang bulanan yang lu Terima setiap bulan" Ucap Mia sambil menyalakan rokok.

Setelah memikirkan baik buruknya akhirnya aku mantap menerima tawaran Mia.

Iyaa aku memang sedang berputus asa.

****
Setelah menerima tawaran Mia.  Selama seminggu aku hidup bagaikan ratu.  Setiap pulang kerja aku punya jadwal treatment,  facial,  bahkan sampai massage. Mia bilang aku harus bisa merubah penampilan menjadi lebih cantik dan modis. 

Seluruh tubuh dan wajahku di permak habis.  Bulu-bulu di sekujur tubuhku di cukur hingga menjadi mulus. 

"Pada dasarnya lu emang udah cantik.  Body lu juga oke.  Tapi sayang lu kurang modis dan wajah lu kusam tanpa perawatan." Ucap Mia sambil mendandani wajahku.  Hari ini aku akan bertemu dengan om gadun yang akan menikahiku. 

"Gimana mau tampil modis. Punya uang aja pas-pasan" Jawabku jutek. Mia hanya tersenyum tipis.

"Makanya itu semingguan ini gue permak lu.  Tapi ini gak gratis ya.  Lu harus bayar setelah lu dapat duit dari suami lu nanti" Ucap Mia,  aku hanya memutar bola mata. 

"Yaelah,  duitnya belum dapet udah dipotong ini dan itu." Mendengarnya Mia terkekeh pelan.

"Makanya lu jangan mau cuma dikasih uang bulanan doang.  Lu harus pinter ngerayu suami lu biar dikasih duit tambahan" Ucapnya dengan mengedipkan mata.  Bocah sialan.

"Memangnya sekaya apa sih calon ku nanti?" Tanya ku penasaran

"Lu pernah denger Orchid Group?" Mia malah balik bertanya dan aku mengangguk.  Orchid Group adalah Group raksasa yang memiliki perusahaan-perusahaan besar yang bergerak di bidang infrastruktur,  hotel,  dan perkebunan.  Kabarnya Group ini merajai perkebunan sawit di Kalimantan dan Sumatera.  Group ini sangat terkenal karena pemiliknya dikabarkan merupakan orang terkaya nomor 1 di Indonesia. Aku seketika merinding membayangkan kekayaan pemiliknya.

"Calon lu cucu dari pemilik Orchid Group" Jawaban Mia seketika membuatku tercengang.

Suck LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang