-SEVEN-

23 7 5
                                    


"Gue tau Lo bohong," Lavia segera membersihkan air matanya dan berbalik kearah sumber suara itu

"Zra," ucap Lavia kaku

"Kalo ada masalah jangan dipendem sendiri berat," sahut Vano yang berjalan di belakang Ezra

Lavia hanya tertunduk lemah, keberadaan nya sekarang di ketahui oleh teman-temanya

"Gue udah tau semuanya dari Cheysa" tambah Vano

"Sorry, Lav gue nggak bisa biarin Lo sedih terus," ucap Cheysa yang berada di belakang Ezra juga

Cheysa segera memposisikan duduk di sebelah lavia, sedangkan Vano dan Ezra memilih berdiri di depan Lavia

"Kita masih sahabat Lo kan?"

Lavia tidak menjawab, ia benar-benar terbungkam. Matanya mulai memanas, ia berusaha keras untuk tidak menjatuhkan air matanya.

"Lav, kita ini sahabat lo. Kita bakal terus support lo. Kita bakal selalu ada buat lo.  Kita bakal dengerin apapun cerita lo, Lav" Lavia tetap membungkam mulutnya dan semakin menundukan kepalanya. Melihat reaksi Lavia, Cheysa menghembuskan napas kasarnya
"Lav, lo denger gue gak sih! "

Air mata yang tadi Lavia bendung, sudah tidak tertahan lagi. Lavia menggigit bibir bawahnya, menahan suara isakan agar tidak terdengar. Air matanya jatuh mengenai celana yang Lavia kenakan.

" Chey! " ucap Ezra sedikit membentak

Cheysa lantas menatap Ezra, lalu beralih menatap Lavia. Cheysa memeluk erat Lavia
" Maaf, Lav" lirih Cheysa sambil mengelus lembut punggung Lavia

Ezra mengangkat dagu Lavia, membuat Lavia menatap ke arahnya.

"Gak usah nangis lagi, " Ezra menghapus air mata Lavia dan dibalas anggukan oleh Lavia. Cheysa mulai melepaskan pelukannya lalu menatap Lavia dengan senyuman indah yang terlukis di bibirnya.

" Lav, lo punya kita. Jangan pendem sendiri. Badan lo itu ringan. Jadi, jangan pendem yang berat-berat, nanti lo malah ketimpa, kan males gue nolonginnya kalo lo udah ketimpa" kata Vano asal sembari merapikan rambut Lavia yang berantakan.

Lavia tersenyum simpul. Perasaannya mulai tenang. Ia menarik napas panjang berusaha menetralkan kembali tubuhnya

" Makasih yah, gue gak akan pendem  masalah sendirian lagi" Lavia tersenyum lebar.

***

Ini sungguh hal yang menenangkan. Duduk di bangku panjang bersama dengan sahabat yang selalu menemani, sambil menatap kearah laut menikmati indahnya sunset. Hembusan angin sepoi-sepoi yang membuat tubuh menjadi rileks pun membuat suasana menjadi semakin menenagkan.

Perlahan Lavia mulai melupakan kesedihannya

" Pemandangannya bagus yah? Beruntung gue bisa liat pemandangan seindah ini bareng kalian, " ujar Cheysa menatap matahari yang mulai tenggelam

" Chey, Van, Zra, makasih yah buat semuanya, " Lavia beralih menatap sahabatnya

Suasana seketika hening. Lampu jalan mulai melaksanakan tugasnya untuk menerangi jalan ketika langit mulai meredup. Di tengah suasana yang hening

Brrrtttttt

" Wehh, gas udah keluar nih! Lama gue nunggu lo keluar bro, " ujar Vano asal setelah kentut

" Woy, Vano! Lo gak tau suasana banget sih!" Cheysa beranjak dari bangku lalu memukul punggung Vano dengan kesal

" Sakit cuy! " ringis Vano.
" Kenapa lo nyalahin gue, salahin kentut gue dong yang keluar gak bilang-bilang dulu " kata Vano sewot

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 17, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

4JSVRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang