Part 12

1.6K 110 7
                                    

Nico menatap nanar ke arah papan pengumuman. Ia mengutuk dirinya yang sangat terlambat mengetahui info yang ternyata sudah di pampang di papan itu sejak lebih seminggu yang lalu. Reguler malam, mulai minggu lalu, minggu pertama semester ini reguler malam di berlalukan. Memberi keleluasaan lebih pada mahasiswa dan dosen untuk mengatur jam kuliah.
Seperti biasa setiap awal semester, para siswa akan membuka website universitas nyaris setiap menit untuk sesegera mungkin mengontrak mata kuliah yang diinginkan. Dengan tujuan tak lain dan tak bukan adalah agar mendapat kelas dengan dosen terbaik (baca : murah nilai). Saking semangatnya berhasil mengakses website beberapa saat setelah dibuka, Nico langsung mengontrak semua mata kuliahnya di kelas reguler biasa.

Reno memilih semua kelasnya pada reguler malam semester ini. Nico semakin frustasi, semua dilakukan tanpa sepengetahuannya. Sudah terlanjur di kontrak secara online, jadi tak bisa di ganti lagi.

"Co!" Nico menghempas pantasnya dengan lemas ke sisi bangku disamping Marco. Wajahnya dibenamkan ke atas ranselnya, lupa bahwa ia belum lama ini membeli sebuah gantungan berbentuk pin besar yang terbuat dari besi putih.
"Aw!" Ringis Nico kesakitan, benda itu tepat membentur dahinya.
"Ckck, bodoh."
"Marco! Lo tau udah ada kelas reguler malam mulai semester ini?"
Marco menjawab setelah menelan sendokan bubur ayamnya.
"Iya lah, gua juga kontrak beberapa di malam. Kenapa emang?"
"Gua telat taunya. Ish..." Wajahnya kembali dibenamkan di atas tas, kali ini dialasinya dengan jaket milik Marco.
"Woy, itu jaket gua kena iler lo. Haha, bukannya lo kontrak hari pertama ya? Kan di tulis juga di portalnya, dudul. Ada pilihan reguler pagi sama malam."
"Ya gua nggak sempat baca, habis buru-buru kan."
"Emang kenapa lo ngebet banget pengen ngambil reguler malam?"
"Hah? Oh... Eh... Ya nggak apa-apa, pengen aja."
Marco agak mengernyit aneh, "Hmm, udah di tutup sih portalnya... Tapi..."
"Tapi apa?"
"Sini deketan... Ehm, Gua kenal senior di pusat TI kampus. Dia bisa ngatur lah kalau cuma soal itu."
Nico kembali semangat, "Bener Co? Tolong dong? Bantuin lah."
"Emang mata kuliah apa aja yang lo pengen pindah, Nic."
"Semua. Hehe, bisa kan?"
"Hah? Hmm, bisa sih. Yaudah gua hubungin dia langsung sebentar, ini gua udah harus masuk kelas. Kalau udah fix, gua hubungin lo. Eh iya, detail dosennya? Bebas?"
"Ah iya, beda ya sama dosen yang paginya."
"Pasti ada yang beda lah."
"Ya udahlah, lo atur aja. Asal jangan yang serem-serem ya."
"Hmm gini aja, kalau ada dosen yang sama gua suruh dia ambil yang itu aja. Kalau beda nanti disesuain aja, ok?"
"Ok, makasih banyak my friend!"
"Yo." Sahut Marco seraya bergegas pergi dari kantin.

Marco mengiyakan walau masih penasaran kenapa Nico begitu kekehnya ingin pindah ke jadwal malam. Ia masih punya penyakit yang tak bisa di sembunyikannya sejak dulu, rasa penasaran. Ia akan mencari tau.

Keesokan hari nya...

Pukul empat sore. Nico tersenyum menatap layar ponselnya, kelasnya sudah berhasil di pindah oleh kenalan Marco tersebut. Meski harus sedikit kecewa beberapa kelasnya berdosenkan grim reaper, karena memang hanya dosen itu yang mengajar mata kuliah tersebut. Ada tiga dari enam mata kuliah yang ia kontrak yang demikian. Tapi ia senang, ia ingat Reno juga harus mengontrak ketiga mata kuliah tersebut semester ini. Artinya, mereka akan sekelas.

Benar saja, matanya langsung menangkap sosok yang dicari begitu memasuki ruangan kelas. Sosok yang sudah menjauhinya nyaris sebulan ini. Reno duduk di deret ke dua tepat sejajar dengan meja dosen. Nico segera berlari begitu melihat kursi disamping Reno masih dalam keadaan kosong. Tepat setelah ia duduk, Bu Rahma dosen mereka memasuki ruangan. Reno yang terkejut mendapati Nico disampingnya tak diberi kesempatan untuk berkomentar, lebih-lebih memilih tempat lain.

"Good afternoon class. Welcome to new semester and welcome afternoon regular. You guys know everything is a lot more exciting if we do it after the sunset right?" sapa Dosen cantik itu sambil tersenyum nakal, mendapat seruan girang dari para mahasiswa dan tatapan jengah dari para mahasiswi.

I Think I Love You, Buddy (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang