EMPAT (Bagian 1)

76 7 4
                                    

            Setahun kemudian, pukul 19

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setahun kemudian, pukul 19.00. Hall tempat pesta pernikahan Rachel Knight, sosialita sekaligus putri pengusaha terkenal dilangsungkan.

Val baru saja datang saat menyaksikan siapa yang ada di seberang. Pria itu alasannya untuk pulang. Pria tegap dengan kulit kecoklatan terbakar sinar, berambut ikal melewati kerah leher, mengenakan jas rapi, dengan wajah diliputi cambang lebat yang sepertinya sudah lama tidak bertemu pisau cukur.

Ia lupa kapan tepatnya menyukai pria itu. Ralat, jatuh cinta padanya. Yang jelas lima belas tahun lalu saat ia melihat Preston Bailey untuk pertama kali di rumah Liz, ia sudah terpesona. Ia memiliki pembaawaan menyenangkan. Baik, ramah, dan jelas–jelas tampan. Kata Liz, kakaknya disukai banyak gadis. Tapi sang kakak sepertinya acuh-acuh saja. Tidak terlampau meributkan perhatian yang tertuju padanya.

Val tersenyum membayangkan hari ketika ia menekan bel pintu rumah Liz dan melihat pria itu membukakan pintu untuknya.

"Halo, kau mencari siapa?"

Val mendengarnya namun ia terlampau terpesona. Berdiri mematung, ia menatap pemuda yang menjulang di depannya. Ia seperti pangeran yang selama ini kerap masuk ke dalam mimpi-mimpinya. Pangeran yang akan membawanya pergi berkeliling dunia, berdua saja. Tidak ada lainnya. Dan mereka akan hidup bahagia selamanya. Happily ever after!

Otaknya masih diselimuti oleh khayalan manis itu kala pemuda itu berkata untuk kedua kalinya ,"Halo? Kau mencari siapa?"

Val geragapan, malu-malu ia menyahut ,"Liz."

"Oh, masuklah," balasnya lalu menoleh ke belakang dan berteriak keras ,"Liz, ada temanmu disini!"

"Siapa?" teriak seorang gadis muda, terdengar tidak sabar.

"Taylor!"

Mendengar nama pertama cowok yang disukainya disebut Liz segera meluncur dari sudut membaca kesukaannya, dekat jendela dimana siapapun yang duduk disana bisa melihat taman samping rumah yang apik.

Liz segera tahu sang kakak hanya menggodanya begitu mengetahui siapa yang ada di depan pintu rumah mereka. Dengan muka sebal ia mendengus melewati sang kakak, lalu tersenyum manis pada Val.

"Hai, Val! Ayo masuk!" Liz menarik tangan gadis jangkung dengan mata biru besar itu ke dalam rumahnya.

Val menurut saja. Sementara matanya diam-diam mengekori pria muda yang tadi.

"Siapa dia?" tanya Val ketika sampai di kamar milik Liz. Kamar itu bernuansa klasik dengan seluruh perabotan berwarna putih.

Liz mengerutkan kening, kurang paham siapa yang Val maksudkan.

MAGALI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang