14

471 27 3
                                    

? Pov

Lo gak tau seberapa sakitnya kita gak ada tempat tinggal. Gua tau. Beberapa dari kalian berpikir kalo gua itu terlalu kejam untuk memanfaatkannya. Apa boleh buat? Kita punya dendam terselubung. Ada yang harus kami habisi selagi orang lain mencoba untuk menghabisi kami.

Silakan tatap gua dengan benci. Gua gak melarang kalian. Kan gua juga gak bakalan ketemu kalian.

Satu hal yang bikin gua tambah panas.

Cewek.

Semakin gua masuk mendekati garis jatuh cinta, semakin gua kejam memperlakukan Kevin. Obsesi? No, i'm not. Jangan menilai gua lebih lanjut. Karena ada hati dan otak yang bisa menilai gua.

? Pov end





"Vin, udah pagi. ayo latihan. Ngebo mulu lo!" Rian menggoyangkan tubuh Kevin untuk membuatnya terbangun.

Kevin langsung terduduk mendengar Rian. "Iya iya. Gue dah bangun," dengan langkah yang gontai, Kevin segera mencuci mukanya, ganti pakaian, lalu mengambil raketnya.

"Loh. Gak mandi?" tanya Rian yang mengernyit. Kevin menggeleng.

"Terserah dah. Ayo ke gor," ajak Rian.

Skip.

"Kak Keviiiiin!" teriak Denisa dan memeluk Kevin erat. Kevin memasang air muka yang kebingungan akan situasi. Menurutnya, ini aneh. Apakah para penjahat ditubuhnya sudah menghilang? Kevin selalu bertanya pada dirinya sendiri akan hal itu.

Kevin melepaskan pelukan erat Denisa, "Nis. Ini gue..."

"Kenapa kak? Maaf kalo tadi aku buat kakak gak nyaman,"

"O-oh. Enggak kok. Gue cuma kebingungan, Nis. Gue latihan dulu ya. Nanti malem kita dinner ya!" Kevin mengecup pucuk kepala Denisa singkat. Denisa tersipu malu.

"Siap kak!"



"Vin, kesiangan banget lo."

"hehe. Maaf ye koh. Ngantuk gue," Kevin menggaruk tengkuknya yg tidak gatal.

"Jangan latihan dulu. Lo makan dulu. Nanti lo ga kuat latihan,"

"Oke. Bentar ya koh," Kevin beranjak pergi ke kantin pelatnas. Dengan melihat masih tersedianya bubur ayam, Kevin mengambilnya dengan porsi cukup, dan tidak berlebih.

"Eh, dek Kevin. Tumben kesiangan?" tanya salah satu teteh kantin yang biasa dipanggil Teh Reni.

"Iya, Teh. Aku kesiangan. Aku ngantuk sih. Aku makan dulu teh," kekeh Kevin.

"Iya, habisin."

"Siap bossku,"


Kevin duduk dibangku dan melahap makanannya. Seketika, Kevin merasa tenggorokannya serat gatal dan panas. "uhuk uhuk!" Kevin terbatuk keras.

"S-sakit!" ringis Kevin.

Buk!

Kevin memukul meja dan meremas tenggorokannya kesakitan. Matanya mulai melemah dan menggelap. "t-tolong,"

Bruk.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 06, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Paradox | Kevin SanjayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang