# 14

1.4K 243 84
                                    

Annyeong^,^

selamat membaca, sudah satu minggu berlalu ternyata 

***

Lee Seul mengintip dari balik jendela yang menghadap ke samping rumahnya. Dia hanya ingin tahu apakah tetangganya sudah meninggalkan rumah atau belum. Mobil berwarna biru yang mencolok masih terparkir di halaman tapi Lee Seul masih tidak melihat sekelebat bayangan penghuni rumah.

Tadi pagi ponselnya sudah dipenuhi dengan balasan pesan dari Dae Hwan yang meminta maaf. Tapi Lee Seul menolak untuk menjawab agar Dae Hwan berpikir kalau dirinya sedang marah. Dia berniat untuk mengabaikan Dae Hwan, tapi memang hal itu hanya niatan saja, nyatanya dia tidak bisa benar-benar marah padanya, sekarang saja dia memikirkan Dae Hwan. Kenapa Dae Hwan belum juga muncul? Karena kalau Dae Hwan ada di sana Lee Seul bisa mencari sedikit informasi darinya.

Tapi saat memikirkan hal ini Lee Seul tidak tahu bahwa di belakangnya ada orang yang ikut-ikutan mengamati ke luar jendela. Orang itu berusaha mencari tahu apa yang sedang menjadi pusat perhatian Lee Seul sampai gadis itu terlihat serius celingukan seperti maling.

"Dia sudah pergi atau belum ya?" gumam Lee Seul.

"Siapa?"

Suara Dae Hwan di dekat telinga mengejutkan Lee Seul sampai dia melompat ke samping. Jantungnya melonjak karena terkejut. Kemunculan Dae Hwan sudah seperti penampakan hantu di siang bolong. Lee Seul sampai mengumpat dan kata-kata binatangnya keluar tanpa dia sadari.

Wajah Dae Hwan yang gembira berubah masam dengan dahi berkerut. "Apa ibumu tahu kau sering berbicara sampah seperti itu?"

"Bicaramu bahkan lebih sampah daripada aku."

"Tapi disini tidak akan ada yang memukul kepalaku kalau aku berbicara begitu." Dae Hwan tersenyum diakhir kalimatnya.

Lee Seul mengumpat sekali lagi dengan kata-kata binatangnya.

"Kenapa pagi-pagi sudah kemari? Kenapa aku tidak melihatmu datang?" Lee Seul bertanya dengan nada dingin.

"Aku mengambil jatah sarapan dan aku datang lewat pintu belakang. Lalu, sedang apa kau berdiri disini? Siapa yang sedang kau intip?"

Lee Seul berdehem, mendadak gugup karena dia seperti tertangkap basah sedang mengintip tetangga. Tapi untungnya Dae Hwan terlalu bodoh untuk menebak.

"Aku hanya sedang melihat cuaca."

Setelah mengatakan itu, Lee Seul menyingkir dan mengambil tas yang tadi diletakkan di kursi meja makan. Ibunya sedang ada di kamar mandi jadi Lee Seul berpamitan dengan suara lantang — yang dijawab oleh ibunya dengan suara air yang mengucur, dan gumaman yang tidak terdengar jelas.

"Mau kemana pagi-pagi?" Dae Hwan bertanya sambil mengunyah apel yang dia curi dari meja dapur dan tangan kirinya sudah membawa sekotak lauk pauk.

"Kerja part time," jawab Lee Seul saat memakai sepatu di depan pintu. Dia mendongak, menatap Dae Hwan dan merasa dunia ini sangat tidak adil. "Hey, apa kau yakin akan menjadi orang sukses dengan kemampuanmu yang seperti ini?"

"Kenapa kau tanya begitu?"

"Aku hanya ingin mempersiapkan diri. Tapi kalau kau bernasib sama sepertiku, aku tidak akan terlalu frustasi."

"Sialan. Aku tidak sama sepertimu. Aku sangat yakin dan percaya diri, karena dengan begitu aku baru bisa melakukan pekerjaan dengan bersungguh-sungguh. Apa kau tidak pernah mendengar, orang yang bekerja keras tidak akan berakhir dengan sia-sia."

Lee Seul mendengus. Tapi dia tetap membenarkan ucapan Dae Hwan. "Benar. Bahkan jika kau tidak menjadi orang sukses, hidupmu masih akan terjamin. Begitukan?"

✔ Host Club #2 - The Golden TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang