Musim Gugur 1873
Musim demi musim kembali berlalu begitu cepat. Datang dan pergi begitu saja. Secepat mekarnya bunga Daffodille yang tumbuh subur di taman mansion besar milik Lord Carlos. Atau juga secepat pusaran angin yang berputar mengangkat gaun sutra Lady Arabella- sang Duchess of Parme- pelan, sementara wanita muda itu menyesap tehnya sembari menatap sendu langit biru bak aksara tanpa awan.
Musim demi musim kembali datang dan pergi begitu cepat. Tak terasa sudah hampir sembilan bulan berlalu sejak ia mengarungi bahtera pernikahannya dengan sang Duke. Acap kali ia melintas di jalan-jalan desa atau bahkan ketika mengunjungi pesta dansa, semua wanita akan menyebutnya sebagai lady yang bahagia karena ia satu-satunya gadis yang berhasil merebut perhatian dan hati sang duke. Sang maestro si playboy monarki yang tidak menginginkan pernikahan.
Namun apakah benar ia bahagia? Entahlah.... Semenjak peristiwa terakhir yang terjadi sembilan bulan yang lalu, ia dan Lord Carlos tidak pernah bertukar kata sedikit pun. Selama ini Arabella telah berusaha mengikuti saran Lady Irene untuk meminta maaf kepada Lord Carlos dan berbaikan kembali dengan suaminya. Tetapi setiap kali Arabella berhasil menemui Lord Carlos, sang Duke of Parma itu selalu berhasil mendapatkan cara untuk menghindarinya.
Belum lagi ditambah berbulan-bulan saat musim semi Lord Carlos mendapat tugas di Nederlandsch-Indie. Sekalinya ia pulang pun, Lord Carlos selalu memiliki alasan entah sibuk, dipanggil oleh Raja Willem dan sebagainya sehingga seringkali Madam Loo atau Zovich lah yang menjadi perantara untuk menyampaikan pesan Lord Carlos kepada Arabella dan juga sebaliknya. Akhirnya karena tidak tahan Arabella memutuskan untuk menyudahi usahanya memperbaiki hubungan mereka. Sehingga akhirnya mereka jarang bertemu apalagi berbicara selama bebulan-bulan.
"Sarapan telah siap, my lady. His Grace telah menunggu Anda di ruang makan." Suara Madam Loo yang khas di telinga Arabella menggaung memenuhi indra pendengarannya.
Dengan malas Lady Arabella beranjak dari lamunannya dan mengekori Madam Loo di belakangnya. Seperti biasa porselen mewah dengan berbagai makanan yang telah ditata apik langsung menyambutnya. Dan di ujun meja panjang itu, yang sangat jarang terjadi, Lord Carlos menunggunya. Melakukan ritual sarapan dalam hening seperti biasa. Keduanya tampak enggan memulai satu percakapan singkat sekalipun meskipun pada bulan December mendatang mereka akan merayakan anniversary satu tahun pernikahan mereka.
Lady Arabella menyesap camomile tea-nya pelan yang baru dituang oleh Madam Loo, membiarkan rasa hangat dan harum semerbak bunga camomile memenuhi esofagusnya. Camomile adalah bunga favoritnya. Dan camomile tea adalah teh kesukaannya. Disaat bangsawan lain mungkin akan lebih memilih barley tea dibandingkan teh murahan sekelas camomile tea yang diminumnya.
Meskipun semurah-murahnya teh tetap saja masih merupakan komoditi ekspor mahal yang hanya mampu dibeli kaum berdarah biru. Tidak seperti saat di Nederlandsch-Indie dimana teh merupakan rempah-rempah yang dapat ditemui di kalangan manapun. Dan mengenai rempah-rempah....
Lady Arabella menggeleng frustasi. Dia telah menikah, Ya Tuhan! Tidak seharusnya bayangan pemuda itu masih menghantui otaknya siang dan malam. Sudah hampir beberapa bulan Arabella tidak bisa tidur setiap malam karena memikirkan mengenai hukuman mati para inlander yang direncanakan oleh vadernya. Menurut perkataan Lord Carlos di waktu perbincangan terakhir mereka, hukuman mati itu akan dilaksanakan pada musim gugur. Sementara waktu semakin dekat, bulan September akan berakhir beberapa hari lagi, lalu Oktober.
Apakah Lord Carlos masih akan membantunya setelah mereka bertengkar hebat mengenai hukuman mati para inlander itu? Seharusnya ia tidak mempedulikan para inlander itu bukan? Seharusnya ia belajar mencintai 'suami' nya bukan? Tetapi bagaimanapun Lord Carlos berubah menjadi pemuda paling dingin yang pernah ditemuinya setelah mereka bertengkar seminggu setelah mereka menikah. Bertolak belakang seratus delapan puluh derajat seperti saat mereka belum menikah dimana Lord Carlos adalah manusia penggoda paling ahli yang sempat membuatnya bingung atas perubahan sikap sang Duke yang acap kali berubah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chase The Bliss [Completed]
Ficción histórica#1 from The Overseas Tetralogy Kejarlah kebahagiaanmu! Karena kaulah yang menentukan takdirmu sendiri.... Arabella Gualthérie Van Weezel, seorang Lady muda dari wangsa Weezel. Seorang noni muda Belanda. Trauma masa lalu menghantuinya ketika ia jatuh...