[12]

639 76 0
                                    

Jangan lupa klik bintang jika kamu mendukung karya saya. Terima kasih.
.
.
.
.

"Noonaaaaaa..." panggil Daniel bersemangat pada gadis yang sibuk menata kotak penuh aksesoris. Eunbi melihat siapa yang memanggilnya langsung mendesah. Lagi-lagi namja itu menghampirinya. Daniel selalu menjadi member pertama yang mengantri pada Eunbi. Ia menolak didandani siapapun kecuali Eunbi. Dan Eunbi tak punya alasan apapun karena memang itulah pekerjaannya sebagai stylisth utama menggantikan Park Joo yang berhenti karena melahirkan.

"Hyung, aku dulu ya..." kata Jihoon langsung duduk di sebuah kursi yang berhadapan dengan cermin rias. "Noona, tolong pasangkan anting baru di telingaku. Aku ingin terlihat lebih keren lagi." Jihoon menyilangkan kakinya, menyerahkan sebuah anting dari kotak aksesoris yang baru ditata Eunbi.

"Tidak boleh! Noona, aku yang akan pertama selesai kau dandani. Minggir kau Park Jihoon!" perintah Daniel segera menarik lengan Jihoon.

"Heiii... Akan aku dandani kalian berdua. Astaga kalian benar-benar berisik," omel Eunbi menatap galak Daniel. Jihoon nyengir lebar berhasil menjahili Daniel. Daniel mengerucutkan bibirnya seperti anak kecil.

"Arasseo." Daniel mengalah dengan perasaan lesu, lalu duduk di sofa tunggu di tak jauh dari Eunbi. Menunggu Jihoon selesai didandani untuk persiapan CF baru.

"Noona, kau menyukai Daniel Hyung tidak?" tanya Jihoon berbisik pelan ketika Eunbi membungkuk untuk memasukkan anting silver dengan motif skeleton.

Eunbi mengangkat bahunya acuh tak acuh. Diam-diam melalui cermin, ia mengawasi sosok Daniel yang lesu. Bibirnya berkedut pelan menahan senyum. Ternyata Daniel lucu kalau manyun seperti anak kecil. Jihoon yang usianya empat tahun lebih muda dengan Daniel terkadang lebih dewasa daripada hyung-nya.

"Noona, kau tak menjawab pertanyaanku. Yya, kenapa kau tersenyum melihat Daniel Hyung?" selidik Jihoon menahan tangan Eunbi.

"Ye?" tanya Eunbi gugup. "Siapa yang tersenyum?" Eunbi menjawabnya dengan galak, cepat-cepat memasang anting-anting.

"Jihoon-ah, rambutmu cukup panjang. Apakah kau tak ingin mengubah style baru?"

"Aniya, aku suka gaya ini. Lebih baik kau memermak penampilan Daniel Hyung yang kusut pagi-pagi ini."

"Itu sudah bagus," kata Eunbi melirik ke arah Daniel, enggan untuk mendandani Daniel. "Wajahmu terlihat berjerawat. Diam di sana, akan kusamarkan jerawatmu agar bersih."

Eunbi mulai mengambil peralatan make–up dan berkonsentrasi untuk merapikan wajah Jihoon.

"Oh Daniel-ah, kau kenapa? Sakit??" tanya Jisung tiba-tiba menghampiri Daniel yang tak bertenaga itu. Seolah-olah habis disesap drakula. Terdengar helaan napas berat berulang kali menunggu Jihoon selesai didandani.

"Di sini Hyung, sakitnya membuatku seperti ingin mati saja," gumam Daniel meremas dadanya dan menatap ganas pada Jisung. Jisung terkesiap melihat tingkah Daniel.

"Maksudmu?"

"Tahukah kau Hyung, soal cinta yang dibakar rasa cemburu? Kau lihat Jihoon mengganggu momen pagi yang aku nantikan pagi ini? Kau tahu siapa yang dilihat Eunbi Noona? Jihoon, Hyung... Jihoon... " bisik Daniel menahan suaranya agar tak berteriak.

"Eishhhh.." Jisung kesal melihat tingkah berlebihan dari center-nya. Siapapun bisa terlihat menyebalkan jika diserang penyakit yang namanya jatuh cinta. Jisung menggelengkan kepalanya sementara Woojin diam melihat sikap Daniel.

Melihat reaksi Daniel yang seperti ini membuat hatinya seperti dilempari pecahan kaca yang langsung menembus seluruh jiwa raganya.

"Lihat, ada apa dengan sikap dua orang ini? Kenapa semuanya menjadi muram," gumam Seongwoo menyikut Jaehwan, mendapati Daniel dan Woojin menunduk lesu.

"Lee Chaeyeon, mianhae. Aku tak bisa menjagamu," bisik Woojin menatap kosong pada wallpaper ponselnya yang menampilkan sosok Chaeyeon membaca buku di kelasnya. "Aku merindukanmu, kau tahu itu."

***

Malam itu, begitu Woojin selesai syuting CF yang melelahkan, Eunbi menyuruh Woojin datang menemuinya di café tak jauh dari apartemen yang menjadi asrama W1.

"Minumlah, aku baru saja memesankan minuman kesukaanmu," kata Eunbi mengangsurkan segelas coklat panas. Uap panasnya mengundang selera Woojin. Pemuda itu mengambilnya, disesapnya penuh kehausan sampai tandas setengah gelas.

"Noona, ada apa kau menyuruhku ke mari?"

"Park Woojin, aku mungkin terlalu ikut campur dalam urusan kalian. Aku tahu banyak hal menyangkut hubungan antara manusia yang saling menyukai. Apalagi yang kau cintai adalah adikku. Mianhae, kalau nantinya kata-kataku ini menyakiti perasaanmu."

"Noona, apa yang kau bicarakan? Aku tak mengerti." Woojin menggeleng pelan di balik kacamata dan topi serta syal yang menutupi seluruh wajahnya walau waktu menunjuk angka 11 malam.

"Chaeyeon mungkin sudah menyukai namja lain." Eunbi mendesah, tak ingin sekali mengucapkan kata-kata itu. Hanya saja Eunbi takut jika nantinya Woojin lebih terluka lagi.

"Noona..." Woojin mengangkat bibirnya, ingin membantah kata-kata yang baru saja masuk dalam telinganya. Tapi ia tak tahu harus bicara apapun selain hanya diam. "Kau tak bohong kan?" tanya Woojin berusaha mencari kebenaran di balik kata-kata itu.

"Jangan berharap lebih Woojin. Aku rasa kau menyatakan perasaan dengan tidak jelas. Chaeyeon menanti kapan kau mengajaknya kencan, atau setidaknya menyatakan status kalian seperti apa. Hal ini yang membuat Chaeyeon bosan menunggumu."

"Tapi aku memanggilnya Chagiya kemarin!"

"Panggilan seperti itu tak terlihat istimewa jika tak ada ikatan apapun Woojin. Kau membuat adikku terlibat dalam perasaan yang tak jelas."

"Mianhae Noona."

"Jangan minta maaf padaku. Seharusnya kau minta maaf pada Chaeyeon. Bicaralah padanya. Aku tahu kau sangat sibuk, tapi setidaknya berikan kesempatan untuk Chaeyeon agar bisa mengungkapkan perasaannya dengan jujur. Dia terlalu takut untuk mengakui perasaannya."

"Baiklah Noona. Gomawo, untuk saranmu."

Woojinmenyesap coklat panas itu sampai habis, memberikan efek menenangkan untukmeredam otaknya yang bergemuruh. Chaeyeon menyukai namja lain? Kata-kata Eunbi terasa seperti bom atom yangmenghancurkan semesta yang dibuat Woojin.    

With You || Park Woojin x Lee Chaeyeon [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang