[14] End

1K 65 8
                                    

Woojin segera mengaktifkan panggilan video pada Chaeyeon. Namun gadis itu seperti yang diduganya tak mau menerima panggilan itu. Otak Woojin menjadi tak terkendali memikirkan yang tidak-tidak. Berulang kali dia bolak-balik di depan pintu apartemennya, ragu ingin keluar dan pergi ke Busan saat ini juga.

"Park Woojin, bisakah kau tetap diam?" tanya Jihoon, terganggu karena pandangannya pada TV terhalang. Sedari tadi Woojin mondar-mandir tak jelas sambil berpikir cukup lama di depan TV yang menayangkan acara sepak bola.

"Eo?" sungut Woojin tetap terpaku di depan TV, membelakangi layar TV.

"Hyung, bisakah kau minggir?" Daehwi melempar bantal sofa ke wajah Woojin. Woojin mengalah, ikut duduk di salah satu kursi yang tak menghadap ke layar TV.

"Apa yang kau pikirkan Woojin-ah?" tanya Jisung menyadari kegundahan Woojin. Namja itu tak seceria sebelumnya. Dahinya selalu berkerut terlalu memikirkan sesuatu yang tak diketahui olehnya.

"Hyung, bisakah aku pergi ke Busan malam ini?" pinta Woojin menatap lurus Jisung. Kemudian seisi ruang yang ramai mendukung jagoan masing-masing terdiam.

"Pergi ke Busan, kapan?" tanya Jisung tak lagi terpaku pada layar TV.

"Ada sesuatu yang harus aku urus malam ini juga."

"Apa itu?" tanya Guanlin penasaran.

"Ini adalah tindakan manusia yang sejati mendapatkan cintanya dengan sepenuh hatinya." Woojin menekankan setiap katanya dengan intonasi rendah.

"OHOOO Park Woojin... Jadi kau menyukai yeoja?" balas Sungwoon membelalakkan mata tak percaya. Woojin mengangguk sekali dan berdiri, mondar-mandir tak jelas di depan TV.

"Pergilah!" usir Daehwi jengkel, ia tak bisa menonton sepak bola kalau salah satu hung-nya mengganggu penglihatannya.

"Baiklah Hyung, aku pergi ke Busan." Sebelum Woojin membuka pintu apartemen, Jisung menarik kerah bajunya.

"Apa kau gila? Besok kita ada wawancara. Dan aku yakin Manajer Kang akan marah besar."

"Jangan khawatir, kalau kondisi Daniel masih belum sehat aku yakin wawancara itu akan ditunda. Dan kalau pun Daniel baik-baik saja, besok jam 12 siang aku sudah kembali ke Seoul." Woojin bersikeras dengan pemikirannya.

"Bagaimana kalau ada yang mengenalimu dan terjadi sesuatu?" cegah Jisung masih menyakinkan Woojin agar tetap tinggal di asrama.

"Kalaupun ada yang mengenaliku, dengan senang hati aku akan minta tolong pada mereka untuk mengantarkanku ke Busan tanpa dipungut biaya." Woojin tersenyum menyebalkan. Dilihatnya Jihoon maupun Daehwi terpana memandang keluguan dari Woojin. Jisung menggelengkan kepala sebal.

"Aku pergi dulu Hyung. Annyeong," kata Woojin dengan gesit kabur dari apartemen, menghindari deathglare milik Jisung.

"Yaaaaa... PARK WOOJIN !"

***

Chaeyeon sedang membaca novel klasik ketika Yulhwa memasuki kamarnya dengan wajah serius. Perempuan yang bekerja sebagai dosen itu berdiri di depan pintu kamar.

"Chaeyeon-ah, ada apa selarut ini temanmu menemuimu?"

"Siapa Eomma?" tanya Chaeyeon ingin tahu dan melipat ujung lembar buku yang dibaca. Diletakkannya buku tebal yang ditulis oleh Shakespeare dan ikut keluar dari kamar mungilnya. Yulhwa menggelengkan kepalanya tak tahu, karena dirinya tak mengenal laki-laki muda di halaman rumahnya. "Baiklah akan aku temui dia."

Chaeyeon menuruni tangga spiral rumah dan memakai mantel tebal yang tergantung di tiang khusus pakaian tak jauh dari rak sepatu. Tangan mungilnya dimasukkan ke dalam saku mantelnya, mencari kehangatan di antara malam yang terus dingin. Bibirnya langsung kering dihantam angin dingin.

With You || Park Woojin x Lee Chaeyeon [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang