2

116 83 190
                                    

Semester awal masuk kuliah, lumayan membuat tubuh Eesha remuk. Bagaimana tidak? dari mulai jadwal OSPEK yang cukup padat, para dosen yang selalu hilang entah kemana, belum lagi, pelajaran pengantar awal yang sebenarnya membuat Eesha bersusah payah untuk beradaptasi.

Eesha tahu bahwa pelajaran kuliahnya masih pengantar. Tapi bagi Eesha, ia tetap harus beradaptasi terlebih dahulu.

Jam lima lewat lima menit.

Sudah empat jam lewat sejak Eesha berkutit pada layar laptop di perpustakaan kampus. Dia memutuskan untuk menyudahi kegiatannya itu dan langsung menuju hall kampus.

"Halo, lu dimana?" Tanya Eesha pada panggilan telephone sambil berjalan memebelah kepadatan mahasiswa.

"Depan kampus lu." jawab orang di seberang sana.

Pandangan Eesha menuju ke segala arah. Mencoba mencari seseorang yang berada di lautan manusia. Takala seseorang memanggil namanya, spontan Eesha mencari sumber suara tersebut.

Laki-laki bertubuh sedang dalam artian tidak gendut ataupun tidak kurus, memakai kaos polos maroon dengan jeans hitam melambaikan tangannya dan berlari kearah Eesha.

"Lama banget sih. Suntuk nih gue." Ucapnya berdesis sebal

"Ih lagian, gue suruh dateng jam berapa, malah dateng jam berapa." balas Eesha.

"Yakan gue gamau biarin lu nunggu." Ucapnya dan tidak dibalas oleh Eesha.

"Oh iya, nih." Ucapnya sambil menyodorkan es krim di genggamannya.

"Baik banget sih lu." Ucap Eesha siap mengambil es krim di genggaman lelaki itu.

Saat hendak mengambilnya laki-laki itu memberi ucapan yang mengujinkesabaran hati Eesha di tenagah panasnya hari, "Apaan sih lu. Orang gw minta tolong pegangin. Ga liat apa? Tali sepatu gw ga bener. Makanya jadi orang jangan geer."

"Anjir lu, Zra." balas Eesha.

"Au ah!" Tambah Eesha sebal sembari melangkah pergi meninggalkan Ezra.

Dengan tangan gesitnya, Eesha berhasil menyambar kunci mobil Ezra yang diletakkan di saku belakang celananya.

Tak heran Eesha dapat mengambilnya dengan mudah. Setengah bagian kunci mobil itu terjuntai keluar dari saku. Bahkan, Eesha yakin, anak kecil pun dapat dengan mudah mengambilnya.

"Ish!" ucap Ezra berlari kecil menyusul dan mencoba mengimbangi langkah Eesha.

Tiba-tiba yang dikejar Ezra berhenti. Eesha memutar balik dengan tatapan berfikir.

"Lu—naek mobil apa hari ini?" tanya Eesha sedikit ada jeda disana.

Ya beginilah Ezra. Karena kekayaan yang berlimpah, Ezra mampu mengganti-ganti mobilnya setiap hari. Bukan setiap hari beli, tetapi dia mengoleksi semua jenis mobil. Tak heran kalau Eesha sampai menanyakan hal ini.

"Biasa." ucap Ezra yang mendapatkan tatapan bertanya dari Eesha.

"Merci," ucap Ezra lalu ditinggalkan lagi oleh perempuan itu karena Eesha merasa sudah tau mobil apa yang akan ia cari.

Eesha menyalakan mobil dan menunggu Ezra masuk. Bukannya masuk, Ezra malah membuka pintu kemudi Eesha.

"Ngapain lu?" tanya Ezra menatap Eesha tajam.

"Ngapain lagi kalo bukan nyupir. Gece masuk atau gue tinggal?" Jawab Eesha.

"Ish, sana keluar. Gue yang nyupir, gue ga pernah ngebolehin lu nyupir." ucap Ezra.

"Gue yang nyupir. Sekali-sekali. Udah ish sana!" Jawab Eesha sambil mendorong tubuh Ezra untuk mundur agar ia dapat menutup pintu kemudi.

Tapi nihil. Ia lupa, bahwa yang ia dorong adalah lelaki, berarti tenaganya pasti lebih besar dari dirinya.

Cerita // slow updateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang