½ Cinta ♥ - 2

123 23 0
                                    


"Kamu kenapa? Kok melihatku seperti itu?" tanyaku heran.

"Aku sudah putusin Sana. Cewek itu ternyata cemburu banget sama kamu. Padahal sudah kukatakan kamu adalah teman terbaikku sejak TK. Sayang, dia tidak percaya."

Aku bersorak kegirangan. Hanya dalam hati seperti biasanya. "Apakah kamu sedih?" tanyaku lagi, ingin melihat reaksinya.

"Sedih juga sih, soalnya aku mulai suka dengannya. Diluar rasa cemburunya, Sana itu jempolan loh. Ngobrol sama dia juga asik banget."

"Lantas kenapa kamu putusin dong? Anehh..!" Olokku.

"Pusing aku mendengar suaranya yang ngomongin kamu terus. Padahal kalau aku mau, dari dulu juga kita bisa pacaran kan? Iyah tidak?"

Aku melotot tak terima "Sok tahu kamu. Siapa juga yang mau pacaran sama Playboy cap serangga macam kamu!!? Aku sih ogah pacaran sama orang yang punya pengangum segudang. Bisa-bisa dihianati di belakang."

Mendengar cerocosanku, Daniel agak terbelalak. "Jadi seperti itu penilaianmu terhadapku, Jeong? Aku tidak menyangka sama sekali. Kupikir kamu senang-senang saja mendengar semua ceritaku selama ini. Lagipula semua kujalani berdasarkan nasehatmu kan? Kalau kamu bilang jangan pacaran sama si A, aku nurut, begitu juga sebaliknya."

"Memang kamu pikir aku aneh? Masa orang minta input terus aku yang memutuskan pacaran atau tidak? Itu semua kan kembali kepada keputusanmu sendiri," Ujarku balik bertanya. Padahal dalam hati aku deg-degan setengah mati. Pasalnya aku juga tidak menyangka kalau Daniel bakalan bicara dengan nada serius seperti tadi.

"Kupikir kamu ikut senang dengan petualanganku karena katanya bisa menambah ide menulis cerpen-cerpenmu."

"Hehh! Cewek-cewek yang kamu pacarai itu juga berjenis kelamin sama denganku, Niel! Aku juga merasakan kesedihan mereka kalau diputusin sama kamu, meskipun hanya lewat Cerpen-cerpenku. Kalau aku sih mana sudi kalau diberi cinta tapi cuma setengah kayak begitu!"

Sungguh aku tidak pernah menduga kalau perkataanku tadi bisa mengubah Daniel.

Sejak saat itu dia tidak pernah lagi bercerita tentang siapa saja cewek yang naksir padanya. Kami tetap berteman, kami tetap jalan sama-sama. Tetapi setiap kutanyakan tentang pacar, dia berusaha menghindar.

"Ganti topik aja ah! Aku takut kamu mengira aku selalu mempermainkan cewek seperti yang sudah-sudah."

"Yaah.. Daniel. Begitu saja kok tersinggung sih. Aku kan hanya bercanda waktu itu. Mau pacarmu sepuluh atau seratus kek, itu terserah kamu kok.."

"Tidak Sejeong. Aku yakin waktu itu kamu sungguh-sungguh."

Aku terhenyak mendengar ketegasan dalam nada bicaranya. Apakah itu berarti Daniel sudah lebih dewasa sekarang? Sepertinya aku jadi tidak mengenalnya.

"Maaf, Je. Aku hanya berusaha menjadikan diriku lebih baik didepanmu."

Nah, aku lebih terkejut lagi mendengarnya. "Kamu tidak sedang sakit kan, Niel? Sarapanmu tadi banyak kan? Kepalamu tidak terbentur aspal kan!?"

"Memang kenapa?" tanyanya heran.

"Ngomongmu seperti bapak-bapak sih, tumben aja!"

Daniel hanya senyum-senyum tanpa membalas ucapanku.

Aku jadi rindu pada ceritanya mengenai pacar-pacarnya. Daniel selalu membuatnya menjadi lawakan yang bikin aku terpingkal-pingkal. Tetapi sekarang,? Mana Daniel yang dulu? Di sekolahpun dia sudah tidak pernah mencolok diantara cewek-cewek di kantin misalnya. Atau kalau jam istirahat terlihat main gitar bersama beberapa pengagumnya.

"Niel, lagi ngapain?" tanyaku.

Perpustakaan sepi sekali. Peminat buku makin lama makin sedikit saja. Padahal katanya buku adalah cendela dunia, nyatanya orang-orang malah sibuk dengan gadgetnya masing-masing ketimbang nongkrongin di perpustakaan. Kalau aku sih senang kemari karena memang hobi baca novel. Lumayan kan, gratis.

"Ssst, ya lagi baca dong, masa lagi masak? Memangnya kamu! Baca buku lebih sering ketidurannya!"

Kuambil tempat di sampingnya. Tidak terlihat ada buku yang tengah dia baca. Berarti Daniel lagi ngibul. Tumben.

"Jangan bohong, apa yang kamu baca? Bukunya saja tidak dibuka."

Ketika Daniel menoleh, aku kaget sekali. Matanya menghujam tepat ke manik mataku. Ada yang aneh disana. "Lagi intropeksi diri nih. Jangan ganggu ya. Sana jauh-jauh"

"Tidak, sebelum kamu memberi tahu ada apa?"

Daniel nampak ragu, tampak jelas tergambar di matanya, "Aku sedang naksir cewek, tapi dia tidak suka padaku. Mangkannya aku bingung setengah mati."

Tiba-tiba aku ingin menangis sekencang-kencangnya. Jadi ini masalahnya. Seperti biasa, dia akan kembali menjadi Daniel yang dulu lagi. Menyesal aku mendekatinya siang ini, karena berarti aku akan menjadi penasihat setianya lagi.

"Jeong, bagaimana dong?"

"Cewek mana sih yang tidak mau sama kamu. Kamu kan populer, Niel. Anak mana sih!"

"Ada deh. Aku sudah janji pada diriku sendiri untuk tidak melibatkanmu seperti dulu. Habis, kamu dulu pernah meninju harga diriku."

Aku yakin Daniel pasti marah ketika dulu pernah kubilang tidak suka dengan petualangannya yang mempermainkan cewek-cewek.

"Ya, sudah. Kalau tidak mau bilang, terserah. Tapi ngomong-ngomong, cantik nggak?"

Mata Daniel menerawang langit-langit. "Menurutku sih biasa-biasa saja. Tetapi lama-lama terlihat manis dalam penglihatanku. Mungkin kali ini aku jatuh cinta beneran, Jeong."

"Loh, selama ini bohong-bohongan terus toh," ledekku untuk melelehkan suasana ketegangan di antara kami. Rasanya Daniel bukan seperti yang ku kenal baik selama ini.

"Jangan begitu dong, Je. Aku serius kali ini"

"Ya sudah, bilang saja padanya. Ditolak atau diterima kan itu resiko penumpang. Kalau kamu bengong-bengong saja, mana tahu dia suka atau tidak padamu," bujukku. Aku sendiri jadi penasaran sama cewek yang sedang di jatuhi cintanya Daniel kali ini.

"Aku takut ditolak, Jeong."

"Masa? Kok kamu jadi minderan gitu, Niel. Memang ayahnya cewek itu jendral ya? Heheehehe.."

Ketika kami pulang sekolah bersama, Daniel lebih banyak diam. Dia juga tampak tidak suka kalau aku menggelendot di tangannya. Mungkin dia takut kepergok cewek yang sedang ditaksirnya. Ada-ada saja. Aku sendiri merasa sisi hatiku yang paling dalam mulai basah oleh kesedihan.

****

TBC

***

Haii..
Terimakasih sudah mampir
Semoga suka
Walaupun banyak kekurangan.

Trimakasih juga buat yg kasih 🌟
Semoga sehat selalu..
🤗

✔️All About ❤ Godcouple ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang