10✔

139K 5.8K 157
                                    

Happy reading💕

❣❣❣

Sebulan berlalu, hari-hari Juna dan Icha terus mengalami perubahan. Tapi bukan perubahan baik, justru perubahan yang semakin memburuk. Juna seakan menjauhi Icha, tak pernah bicara pada Icha sekalipun Icha sedang bertanya, jarang pulang, bahkan Icha sering memergoki Juna yang sedang berpacaran dengan perempuan-perempuan berbeda. Setiap ingin tidur Icha selalu menangis, Icha sadar bahwa dirinya sudah membuka hati pada Juna saat pertama kali bertemu dengan Juna yang tak sengaja menabraknya dulu. Ya, Icha sudah mencintai Juna.

Tristan yang sudah mengetahui status Juna dan Icha semakin dekat dengan Icha, Tristan merasa prihatin dengan keadaan istri sahabatnya itu. Ia juga tau Juna jarang pulang dan masih mengembangkan hobi playboy-nya itu. Tristan selalu merasa ingin memberi bogem pada Juna karena menurutnya Juna adalah laki-laki pengecut yang mengabaikan istri sebaik Icha, tapi niatnya selalu terhalang oleh Icha yang melarangnya menyakiti Juna padahal Juna sering membuat Icha sakit hati. Seperti saat ini Tristan sedang bersama Juna di salah satu cafe milik Juna. Juna memiliki cafe ini dari Ayahnya sebagai hadiah pernikahan. Jadi, dari sinilah Juna mendapatkan uang tambahan selain dari orang tuanya setiap bulan.

"Ngapain sih lo di sini?!" Tanya Juna sewot.

"Pulang gak lo, kasian si Icha sendirian. Lo jadi cowok gentle dikit kek, lo itu udah jadi suami, lo harus bertanggung jawab." Balas Tristan sampai bibirnya lelah mengucapkan kalimat ini. Entah sudah keberapa kali ia ucapkan ini pada Juna.

"Bawel banget sih lo kayak cewek! Gak capek apa lo ngomong gitu terus? Gue yang dengar aja capek." Ucap Juna seraya menyeruput kopi miliknya.

"Gue gak akan pernah capek buat mengingatkan lo, gue kayak gini karena gue sahabat lo. Gue juga kasian sama Icha yang lo acuhin. Icha bukan tipe cewek yang banyak nuntut ini itu, dia juga sabar. Kurang apa coba?" Jelas Tristan berusaha menahan emosinya.

Juna hanya diam tak peduli sambil menyesap rokoknya, Juna tak perlu risau dengan pelanggannya yang akan terganggu karena sekarang ia berada di ruang pribadi miliknya.

"Jun, gue kayak gini karena gue peduli sama lo dan Icha. Hubungan kalian itu beda dari remaja lain yang kalau bosen tinggal putus. Hubungan lo ini sakral, lo gak ingat waktu di akad? Meskipun gue gak datang karena gak lo undang, tapi gue tau apa aja yang ada di acara akad. Lo ijab qobul itu udah buat janji sama Allah, lo janji buat jadi suami untuk Icha yang bisa menafkahi lahir dan batin. Tapi apa? Gue gak liat itu semua dari lo! Mungkin lo bisa ngasih Icha duit berapa pun Icha mau, tapi Icha gak butuh itu semua. Gue cuma ingetin aja Jun dunia itu berputar, mungkin sekarang lo lagi di atas tapi gatau besok kalau lo tiba-tiba jatuh miskin. Siapa yang bakal temenin lo saat itu? Cewek-cewek yang lo jadiin pacar belum tentu mau, tapi Icha gue yakin dia bakal nemenin saat lo susah maupun senang. Dan ingat! Karma itu berlaku, mungkin sekarang lo yang acuhin Icha, tapi liat suatu saat nanti lo yang bakal diacuhin!" Jelas Tristan panjang lebar, sedangkan Juna menulikan telinganya tak mau mendengarkan.

Tristan hanya menggeleng-geleng kepala melihat tingkah Juna.

Sampai akhirnya terdengar bunyi ponsel Tristan yang menandakan ada panggilan. Tristan mengernyit saat melihat nama Icha yang tertera di layar ponselnya.

"Halo, Assalamualaikum."

"Wa'alaikumsalam ada apa Cha telpon aku?" Tanya Tristan.

"Hmm... Tristan kamu lagi sama Juna gak?"

"Iya aku sama Juna, kenapa emangnya?" Tanya Tristan lagi sambil melirik Juna. Juna pun menaikan sebelah alisnya karena Tristan menyebutkan namanya tadi.

Imamku Badboy (SUDAH TERBIT) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang