"Ya? Ayolah," bujuk Seokjin sembari memainkan surai merah si bungsu Kim. Mereka berdua tengah berbaring telungkup di atas kasur Taehyung, sementara si lelaki cantik yang sejak dua jam yang lalu ditatap Seokjin itu cuma membolak-balik halaman dalam buku pelajarannya.
"Ada apa sih, Seokjin-ah? Kau ribut sekali dari tadi." Wanita paruh baya muncul di ambang pintu. Seokjin membenarkan duduknya agar mudah menatap ibunya saat menjawab.
"Ada perayaan ulang tahun kantor sebelum natal. Seluruh karyawan di undang. Perayaannya di sebuah resort di Pulau Jeju, ada pemandian air panasnya juga. Karyawan boleh mengajak satu orang keluarga. Jadi aku ingin mengajak Taehyungie," jelas Seokjin sambil melirik Taehyung masih dengan penuh harap.
"Lalu? Taehyungie tidak mau ikut, hm?" Sang ibu bertanya lembut. Taehyung menatap ibunya sembari cemberut.
"Acaranya minggu depan. Itu minggu ujian, aku tidak bisa membolos cuma untuk ikut liburan," gumam Taehyung.
"Wah, sayang sekali. Kau pergi sendiri saja, Seokjin-ah. Kita bisa pergi bersama kalau Appa, kau dan Taehyungie sudah libur," ujar sang ibu, Seokjin menghela napas, "sudah, jangan memaksa Taehyung. Biarkan adikmu itu belajar. Jangan diganggu terus." Setelah berkata, wanita paruh baya itu menutup pintu kamar Taehyung dan melenggang pergi menjauhi ruangan.
Seokjin merebahkan dirinya di samping Taehyung. Menatap paras ayu adiknya dari bawah, sedangkan Taehyung kembali fokus pada buku pelajarannya.
"Kapan kau libur?" tanya Seokjin tanpa mengalihkan tatapannya. Tangannya terulur mengelus pipi Taehyung dengan lembut.
"Setelah ujian. Sebentar lagi," jawab Taehyung, pun tanpa mengalihkan perhatiannya.
"Benar-benar tidak bisa ikut denganku?" tanya Seokjin memastikan lagi.
"Tidak," lalu Taehyung menatap sekilas si pemilik bahu lebar itu, "jangan macam-macam di sana."
Seokjin terkikik kecil, "Tenang saja, kamar pria dan wanita dipisahkan, kok."
"Di luar itu 'kan bisa saja," Seokjin menguarkan tawa saat mendeteksi kecemburuan Taehyung, "dia ikut 'kan?"
"Ya, dia juga diundang. Aku tidak tahu dia ikut atau tidak. Bukan urusanku, 'kan?" Seokjin mengembangkan senyum di wajah. Berusaha mereda kecemburuan Taehyung sekaligus meyakinkan adik tersayangnya itu bahwa di luar sana dia tidak akan macam-macam.
"Menginap berapa hari?" tanya Taehyung lagi.
"Tiga hari, dua malam," jawab Seokjin.
"Jadi tidak bisa antar-jemput aku, ya? Ah, aku akan beritahu Jimin untuk mengantar-jemputku selagi kau liburan," ucap Taehyung lalu dengan segara meraih ponsel di dekatnya.
"Kenapa harus Jimin, sih!?" ketus Seokjin, yang mengundang tatap heran Taehyung.
"Lho? Memangnya kenapa? Dia yang suka aku mintai tolong kalau kau tidak bisa."
"Apa!?" Seokjin geram. Dia mendorong Taehyung hingga si surai merah terang itu terguling dan jadi merebah menatap langit-langit kamarnya. Lalu Seokjin mengambil posisi di atas adiknya itu.
"Apa-apaan?" cicit Taehyung. Tak berani menatap Seokjin yang setengah emosi.
"Bisa tidak jangan minta tolong pada Jimin?" bisik Seokjin penuh penekanan.
"Jimin masih lebih baik daripada aku minta tolong pada Namjoon. Dia lebih mesum ketimbang Jimin."
Seokjin membolakan matanya. Lalu memajukan wajahnya untuk membungkam bibir tipis semerah cherry itu dengan bibir tebalnya. Memagutnya kasar dan berantakan hingga Taehyung sendiri kepayahan untuk mengimbangi permainan kakaknya kali ini. Bahkan lidah tak bertulang itu berhasil mengobrak-abrik isi mulutnya hingga menghasilkan lenguhan tertahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
You're My Fear
FanfictionCinta itu buta. Buktinya Kim Taehyung dan Kim Seokjin yang notaben adik-kakak bisa saling mencintai. Tentu saja, cinta sendiri adalah gabungan dari berbagai emosi. Bagaimana jika kisah mereka dibumbui keegoisan dalam cinta? Coba pilih, melepas atau...