Hari ke-4

28 10 0
                                    


  Hari ini adalah hari dimana para semua anak sekolah yang di tunggu-tunggu, apalagi kalau bukan HARI MINGGU.

  Hari kemerdekaan mereka untuk bermain, merefreshing otak-otak yang selalu di penuhi dengan hapalan, dan mengalihkan dari pandangan guru-guru yang menyeramkan.

  Tapi tidak untuk sekolah SMA KENANGA, hari libur yang di beri tugas menumpuk. Membuat semua para siswa selalu mengucapkan 'sabar.'

  "Innalillahi ini tugas apa cucian?! Numpuk banget!" Bilca yang sudah frustasi melihat buku-buku yang sudah berserakan di lantai kamar nya.

  Cekrek...

  Pintu kamar gadis itu terbuka dan memperlihatkan manusia yang sangat menyebalkan menurut Bilca, siapa lagi kalau bukan abang nya. Yang akan siap bertarung mempertahankan debat terhebat.

  Cowok itu menongolkan kepala nya dan tersenyum mengejek. "Dah bangun lo?" Davin abang Bilca yang masuk ke dalam kamar adiknya itu.

  Bilca yang melempar wajah malas nya, dan berdiri dari kasur nya. Ia tidak menggubris ucapan abang nya itu.

  "Lo mulai conge?" kesal abang nya karena di hiraukan.

  "Apa peduli lo?"

  "Laknat!"

  "Bodo!"

  "Najis!"

  Bilca yang menghela napas kasar nya dan masuk ke dalam kamar mandi nya.
"DASAR BILCO!" teriak Davin.

   "ABIS GUE SELESAI MANDI GUE CABIK TUH MULUT LO!"

******

   "Woi! Sarapan pagi dulu! Baru main game!" teriak Sisi kakak perempuan Izal.

  Izal yang hari libur menghabiskan bermain game, dia tidak peduli dengan tugas-tugas dari sekolah nya. Karena itu sangat gampil menurut nya, seperti melempar upil ke sembarang arah.

  "Bodo!" sahut Izal yang masih fokus di layar ponsel nya.

  "UNTUNG SABAR!"

   "Sudah-sudah masih pagi udah berantem aja," ucap Kasih ibunda Izal, dan Sisi.

  Kasih adalah wanita yang sangat Izal dan Sisi sayangi. Semenjak papa nya meninggal dunia, Kasih adalah satu-satunya yang tersisa yang harus mereka jaga dan bahagiakan.

  Wanita yang berumur tiga puluh tahun itu harus membanting tulang demi kedua anak nya, yang harus memberi nafkah. Izal yang masih sekolah duduk di bangku kelas 3 SMA, dan sedangkan Sisi anak tertua nya yang masih kuliah semester 5.

   Tapi wanita itu tidak mengeluh dan sedih, karena ini hidup demi masa depan anak-anak nya.

   "Izal ayok nak sarapan dulu." panggil Kasih yang duduk di meja makan.

  Izal tidak bisa menolak panggilan ibunda tercinta nya, dia langsung mematikan ponsel nya dan berjalan menghampiri kedua wanita yang ada di meja makan itu.

  "Katanya males sarapan?" Sisi yang tersenyum sinis pada adik nya itu.

  "Perasaan gue tadi gue gak bilang males deh," Izal yang duduk di samping ibunda nya itu.

  "Jangan-jangan telinga lo mulai gangguan lagi." lanjut Izal yang membuat wanita di hadapan meja makan itu menatap marah.

   Kasih yang melihat kedua anak nya ini yang tidak pernah akur, hanya geleng-geleng saja.

******

   "SLAMLIKUM!" ucap seseorang yang masuk ke dalam rumah Izal sambil memain-mainkan kunci motor nya.

   "Waalaikumsallam, nak Angga." tangan Kasih yang di raih oleh Angga dan mencium punggu tangan itu sambil tersenyum.

   Izal dan Sisi melihat manusia kunyuk itu ingin rasa nya mereka menendang cowok itu sampai menghilang. Tidak aneh, dan tidak heran lagi. Setiap hari libur Angga selalu datang ke rumah Izal, alasan nya karena kangen tante Kasih. Ck.

  "He! He! Ko natap gue kek gitu?" Angga yang menunjuk dengan jari telunjuk nya ke arah Izal dan Sisi.

  "Napa lo gak suka?!" sahut Sisi nyolot.

  Ya begitulah Sisi kakak kandung Izal, tidak pernah kalem-kalem nya sama seperti Nazwa sahabat nya itu. Dan sudah tidak asing lagi jika Sisi dan Angga akan beradu bacot yang membuat isi rumah itu selalu menjadi perbincangan tetangga.

  "Kalau gue gak suka, mau apa lo?!" Angga tak kalah nyolot nya, dasar tidak tau malu.

  Kasih yang melihat nya ia meninggalkan anak-anak muda itu ke dapur.

"Dasar tayi!" kesal Sisi.

"Dasar tayo!"

"Dasar  tayu!"

"Dasar tay-" Angga yang akan siap membalas terpotong saat Izal memotong omongan nya.

  "DASAR GAK WARAS!"

   "KAYAK LO WARAS AJA!" jawab dua manusia itu, yang membuat Izal bungkam.

   Kakak nya yang tidak pernah berpihak, dan sahabat nya yang tak pernah waras.

   Angga mulai duduk di sofa sambil mengambil cemilan yang ada di meja dengan langsung menyantap nya. Cowok itu tidak akan pernah meminta izin terlebih dahulu karena izin atau tidak pasti di perbolehkan, jika tidak di perbolehkan Angga tetap mengambil nya.

   Tapi Kasih, Izal dan Sisi tidak pernah mempermasalahkan nya karena Angga sudah seperti keluarga mereka sendiri. Walaupun Angga seperti itu Kasih tetap menyukai Angga dan selalu menganggap anak kandung nya yang bungsu.

   "Silahkan tuan," sindir Izal.

   "Lo nyindir?" sinis Angga.

   "Lo rumasa?" timpal Sisi.

   "Ko lo sewot?!" Angga yang merasa tersudutkan.

   "Ko lo nyolot?" Izal semakin sinis.

   "BACOT."

   Angga yang benar-benar tidak tau malu.

_____________________________________

Tbc^^
Intinya hargain. Hehe:)

FRIENDS [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang