Chapter 8

32 13 0
                                    

"Xaveeen!" teriakan ini lebih kencang daripada sebelumnya.

"Oh, sudah dulu ya."
Aku dan Winter hanya meangguk angguk.

.
.
.

Dengan perasaan khawatir kami pun masuk.

Memang dari luar rumah ini tampak kumuh dan tak terurus.
Tapi..

"Waah,ini rumah apa istana! GILAAK!!" sifat kekaguman gue kambuh, biasa..

"Kotak p3k mana si??" tanya gue lagi.

"Emang disini ada p3k?" tanya Winter balik.

"Ya kali ada gitu.."

Gue memutuskan untuk mencari..dari lantai 1 sampe lantai 10, itu pun naik tangga.. Kagak ada juga.

Akhirnya gue menyerah, dan balik lagi ke lantai 1.

"Nter,kagak ada p3k.. Terus lo gi-"

"Loh, cewek yang ada disamping Winter siapa??" gumam gue, dengan nada kesel.

Gue akhirnya mendekati mereka berdua.

"Eh, Ra.. Disini tuh emang kagak ada p3k, mereka ngobatin nya pake kantong ini, keren tau Ra..ini tuh kayak semacam apotek, segala macam obat ada. " jelas Winter.

"Lo siapa?" tanya gue agak sinis ke cewek itu, berani banget dia deketin Winter tanpa sepegetahuan gue.

"Oh, saya Vaxran adik Xaveno yang tadi menolong kalian." jawab dia dengan lembut.

"Oo, lo adiknya Xaveno.. Biar gue aja yang ngobatin Winter..gue bisa ko." jawab gue dengan sinis.

Dia pun langsung pergi dengan perasaan kecewah.

Gue pun duduk di sofa, disamping Winter.

"Lo ngapa sih, PMS??" tanya Winter.

"Nggak, nggak papa.." jawab gue, singkat.

"Lo cemburu yaa?" ledeknya ke gue.
"Nggak lah, ngapain gue cemburu.." jawab gue sambil memalingkan wajah.

Tapi iya juga ya kenapa tadi gue sewot amat ama si vaxran, secara dia kan dah bantuin si Winter tadi.

Masa iya gue cemburu, nggak banget gak si.
Aah tau ah.

"WOY! Lu ngapa jadi bengong." ucapnya, untung jantung gue kagak copot.

"Oh, nggak ko." ucap gue membalut perbannya.

"O, iya luka pisau lo dah kering belom?" ucap gue sambil membuka bajunya untuk mengecek.

"Dah,ko tenang aja.. Gue kan strong gak kayak lo weak."

"Serah lu dah!"

"Eh, dua anak siapa Xaven!" tanya seseorang dari belakang.

Gue sontak nengok ke belakang, ternyata Wanita cantik, berambut panjang, gue yakin laki laki kalo liat dia udah melongo kayak si jangkung Wintek.

Tuh mata biasa aja nape!!

"Ah, ini lo bun, ini tuh temen Xaven.. Mereka tersesat di hutan terlarang tadi." ucap Xaven.

"Oh, gitu duduk dulu nak, mau bunbun siapin apa? Mau minum? Makan? Nggak usah sungkan.Saya Bunbun Xaveno dan Vaxran. " kata Wanita cantik itu dengan lembut.

"Oh, nggak usah repot repot tante.." ucap gue.

"Tante? Apa itu tante? Disini nggak ada makanan yang namanya tante." balas nya.

Gue pengen ngakak, tapi takut.

"yang cantik ini namanya siapa? Kalian ini darimana? Kok bisa sampai tersesat di hutan terlarang itu. "

"Oh, saya Rain dan ini teman saya Winter. Kami dari bumi, dan kami tidak tahu ingin kemana, karena kami kesini hanya dibawa oleh gelang ini."

Gue sambil memperlihatkan gelang yang ada di tangan gue.

"Apa! Mengapa gelang Gavernos bisa ada di kalian! Apa kalian?" ucap Bunbun.

"Gelang ini tak hanya ada di kami, masih ada 6 teman kami yang tertinggal di padang rumput tengah tengah hutan itu." sambung Winter.

"Mereka harus segera dicari, kalau tidak mereka akan diserang oleh Hormes." kata Bunbun.

Gue hanya bisa diam mendengarkan, mereka berada dalam bahaya. Gue harus cari mereka.

"Hormes? Maksud anda mahluk yang bertubuh besar, sangat panas, dan berhidung panjang itu?" tanya Winter yang sangat penasaran.

"Iya, darimana kalian tahu?"

"Ah itu, kami sempat menyerang mereka."

"Winter ayo kita kembali, teman teman kita membutuhkan kita, sekarang mereka berada dalam bahaya, Winter." ucap gue dengan pipi yang sudah basah karena air itu.

"Sabar Ra, lo inget kan tadi kita hampir diserang sama ular campuran badak itu."

"Ular campuran badak? Maksud kalian Zeronex? Zeronex memang memiliki kulit seperti ular, Zeronex adalah salahsatu hewan berbahaya di seluruh dunia meski tempatnya hanya di hutan terlarang,apalagi air liurnya, bisa bisa kalian mati keracunan karena air liurnya."
Jelas Bunbun.

" Eh, Ra kenapa kamu nangis? Perasaan tadi baik baik aja.. " ucap Xaveno yang tiba tiba nongol.

" Sebaiknya kalian mencari mereka besok saja, ini sudah hampir malam.. Bunbun mau menyiapkan makan malam untuk kalian berempat." ucap bunbun sambil beranjak dari sofa.

" Sebaiknya aku memasak apa ya? Ah, makanan di bumi ada apa saja coba ku cari di gugel ah.. "ucap bunbun berbicara sendiri.

" Mm, Ven bunbun itu apa ya? Gue gak ngerti.. "tanya Winter.

" Bunbun itu kalo bahasa bumi nya kayak ibu. "

" Oh, jadi bunbun itu ibu lo! Ko kayak masih muda.. Hehe, lebih muda dari Rain malah. "sambung Winter.

"Lo ngomong apa tadi." bales gua dengan menjitak jidatnya.

"kagak, maksudnya lo tua tapi cantik gituh.." sambungnya.

"Serah lu dah.."

"Cieee udah gak nangis lagi.. Senyum dong.." ujar Winter sambil mencubit pipi gue.

"ih sakit tau, rese lu!"

"Ni pipi Pa bakpao sii.. Emesh degh."

"Iih jijik gua.." ejek gue.

"Jijik tapi suka kan??"
Gue cuma diem aja. Ntar kalo ngomong salah lagi.

"O iya itu kamar kalian di lantai 5,Rain di lorong sebelah kanan, Winter sebelah kiri.
Kalian terserah mau ngapain, nanti kalo dah jam makan malam, saya panggil lagi kalian." ujar si Xaven.

"Sebelumnya makasih banyak ya ven!" ujar Winter.

"Iya gpp."





Bersambung

The Electman And The Zarperos CityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang