Author POV
Zayn pergi dari kantin dan meninggalkan keempat temannya yang masih asik berbincang di sana. Ia menenangkan pikirannya di ruang musik. Ruang musik dimana Elra pernah bersamanya untuk beberapa waktu.
Seperti biasa ia meluapkan emosinya dengan alat musik. Ia mulai menekan tuts piano yang sudah terbuka dari penutupnya.
Bukan sebuah lagu yang ia lantunkan, melainkan sebuah irama musik yang menggambarkan suasana hatinya saat ini. Sebuah lantunan yang sedikit cepat dan berirama naik turun. Zayn memainkannya dengan penuh emosi sehingga ia memainkan piano tersebut dengan lebih cepat.
Zayn memejamkan matanya seakan benar-benar merasakan feel dalam irama yang ia mainkan.
Tanpa Zayn sadari ada seorang gadis yang memperhatikannya bermain piano dari depan pintu. Gadia itu hanya berdiri dan diam terpaku. Ia tak tahu perasaan apa yang ia rasakan, seolah gadis itu merasakan apa yang Zayn rasakan dalam irama yang Zayn mainkan.
Gadis itu tidak lain dan tidak bukan adalah Elra. Ya Elra menyusul Zayn setelah tak lama Zayn meninggalkan kantin. Dan Elra mempunyai feelling bahwa Zayn akan ke ruang musik kalasik itu. Dan benar dugaannya, saat ini ia tengah melihat sosok tegap yang duduk membelakanginya.
Walaupun pria itu membelakanginya, ia dapat mengetahui ekspresi apa yang ada di wajah tampan pria itu.
Seketika alunan piano yang cukup cepat berhenti dan itu pun membuat Elra tak bisa berkutik. Logikanya menyuruh untuk ia beranjak pergi dari tempat ia berdiri tapi hatinya memaksa untuk tetap tinggal.
"Aku tak suka di perhatikan diam-diam." Ujar Zayn tanpa membalikan badannya.
'Mati aku, kau bodoh Elra mengapa sampai ketahuan untuk kedua kalinya sih.' Rutuk Elra dalam hatinya. Dan ia mencoba untuk membalikkan badannya dan mencoba melangkah pergi, tapi satu suara dapat memghentikan langkahnya.
"Jangan pergi." Tahan Zayn yang ternyata kini sudah berada di belakang Elra.
Elra membalikkan tubuhnya dan ia pun dapat melihat sepasang bola mata indah milik Zayn.
"Aku ingin bertanya padamu." Zayn menarik pergelangan tangan Elra dan mengajaknya masuk ke dalam.
Elra hanya dapat pasrah dan diam. Langkah Zayn berhenti di dekat piano yang tadi ia mainkan. Ia mendudukan Elra di bangku kayu yang berada di depan piano tersebut, sedangkan dirinya mengambil bangku lain dan meletekannya tepat di depan Elra.
"Aku harus ke kelas Zayn." Elra mencoba untuk bangkit dari duduknya, tapi lagi-lagi tangan besar Zayn menahannya.
"Siapa Nicholas itu?" Tanya Zayn to the point.
Elra menatap Zayn dengan bingung. Ia bingung atas maksud dari pertanyaan Zayn. 'Ada apa dengan manusia es ini, pertanyaan yang aneh.' Batinnya.
"Maksudmu?" Zayn yang sebelumnya menatap mata Elra dalam kini memalingkan wajahnya hingga tak lagi menatap mata biru milik Elra.
'Apa sih maksud si manusia es menyebalkan ini? dasar manusia es menyebalkan.' Umpat Elra dalam hatinya.
Ia menarik dalam nafasnya karena menghadapi Zayn yang tengah dingin padanya. "Dia temanku, kenapa memangnya?"
Zayn kini memalingkan lagi wajahnya hingga menatap mata biru indah milik Elra.
"Hanya teman? aku tak percaya." Elra membelalakan matanya karena mendengar ucapan Zayn.
'Memangnya apa urusannya dengannya? dasar makhluk menyebalkan, untung saja dia tampan kalau tidak sudah aku cakar wajahnya itu.' Umpat Elra dengan menatap Zayn tajam
KAMU SEDANG MEMBACA
This Must Be Love (Ziall Love Story)
RomanceDua orang yang dapat membuat kalian merasa sangat berarti selain orang tua, ialah sahabat dan seseorang yang kau cintai. Sangat menyenangkan bukan jika kalian memiliki seorang sahabat yang selalu ada untuk kalian? Sangat bahagia bukan memiliki seseo...