4

223 39 1
                                    

Seungkwan kini menatap sebal senior di depannya. Raut wajah gadis gembul itu sedatar meja di depannya. Seungkwan sebal setengah mati dengan Jihoon gara-gara Dosen Kim mengeluarkan mereka dari kelas. Sebenarnya hanya Jihoon saja yang diusir, namun Jihoon menarik tangan Seungkwan untuk keluar kelas. Ketika ditanya kenapa oleh Dosen Kim, Jihoon hanya balas,

"Seungkwan yang membuat saya teriak, sir. Saya juga ada urusan pribadi dengannya."

Urusan pribadi apanya kalau hanya melihat Jihoon yang menelungkupkan kepalanya di atas meja kantin dan mengabaikan ponsel gadis mungil itu yang bergetar di atas meja.

"Eonni, angkatlah! Siapa tau penting." Seungkwan jengah juga melihat Jihoon yang uring-uringan seperti ini.

"Tidak penting, Kwan. Itu dari Soonyoung," balas gadis mungil itu malas-malasan. Seungkwan merotasi kedua matanya sebelum beralih pada ponselnya yang bergetar.

"Eonni, Hansol ke sini ya." Seungkwan bersuara kemudian. Memecah keheningan diantara mereka selama beberapa menit. Jihoon hanya membalas dengan bergumam tanpa merubah posisinya.

Lima belas menit kemudian, Hansol datang menghampiri mereka dengan dua kantong plastik di tangannya. Langsung saja Hansol medudukan bokong di sebelah Seungkwan, lalu menaruh plastik bawaannya di meja.

Merasa terganggu dengan suara berisik plastik milik Hansol, Jihoon segera mengakat kepala lalu menatap tajam Hansol. "Kenapa kau bisa ada di sini?"

"Aku yang bilang kita ada di sini." Seungkwan yang menjawab sambil memainkan ponselnya. Mengabaikan Jihoon yang kini menatap tajam gadis gwmbul itu. Sedangkan Hansol hanya terkekeh melihat keduanya.

"Oh iya nuna, ini ada titipan dari Soonyoung Hyung." Hansol bersuara sambil mendorong salah satu plastik yang lebih besar ke Jihoon. Membuat Jihoon menaikan salah satu alisnya, bingung. "Soonyoung Hyung bilang, nuna belum makan tadi hyung titip beli makanan sekalian."

"Soonyoung tau aku di sini?" Jihoon bertanya sambil membongkar isi plastik tersebut. Ada nasi bento favoritnya dan juga jus jeruk. Ah tapi Jihoon tidak bernafsu makan saat ini.

"Iya, tapi tadi hyung ada rapat mendadak." Hansol menjawab sambil membuka plastik hitam satunya lagi, kemudian memgeluarkan minuman pesanan Seungkwan. "Kwanie diminum dulu, jangan fokus pada ponselmu terus!"

Seungkwan hanya bergumam, namun gadis gembul itu masih saja fokus dengan ponselnya tampa menghiraukan Hansol yang hanya tersenyum maklum lalu mendekatkan sedotan ke mulut Seungkwan.

Melihat perlakuan Hansol ke Seungkwan seketika Jihoon mendengus sebal. Gadis mungil itu jadi teringat perlakuan Sooyoung padanya kalau sedang mengerjakan tugas. Makin menghilang saja nafsu makannya.

"Kwanie, makanannya untukmu saja, aku mau pulang." Ucapan Jihoon yang memecahkan keheningan diantara mereka sontak membuat kedua adik tingkatnya menatap senior mungil itu dengan pandangan bingung.

"Makanannya Soonyoung Hyung beli pakai uangnya sendiri, nun, bukan pakai uangku." Hansol menjelaskan. Mengira Jihoon tak enak hati menerima makanan yg dibeli pakai uangnya. Padahal memang pakai uang Soonyoung.

"Aku tau, Soonyoung sudah chat tadi. Aku tidak berselera makan, kalian habiskan saja. Tapi jangan bilang Soonyoung." Balas Jihoon dengan seulas senyumnya. "Aku pulang dulu, Kwanie, Hansol."

Hansol dan Seungkwan tidak menggeleng ataupun menjawab ucapan Jihoon. Keduanya hanya diam melihat Jihoon yang beranjak dari duduknya dan melangkah meninggalkan kantin fakultas.

"Hansol-ah, bagai-"

"Kau makan saja, Kwan, nanti kuganti uang Soonyoung Hyung." Hansol menatap wajah khawatir Seungkwan. Laki-laki setengah bule itu tersenyum kecil berusaha mengatakan kalau semuanya akan baik baik saja.

"Maksudku-"

"Kita harus beritau Jeonghan Nuna juga Wonwoo Nuna, supaya mereka bicara pada Jihoon Nuna. Kurasa Jihoon Nuna lebih mendengarkan mereka berdua ketimbang kita."

Lagi-lagi Hansol memotong ucapan Seungkwan. Namun bukannya kesal, Seungkwan malah tersenyum kecil seraya menganggukkan kepalanya beberapa kali. Menyetujui ucapan Hansol yang selalu bisa menjawab setiap pertanyaan di kepalanya tanpa perlu Seungkwan ungkapkan dulu.

Berpisah Itu Mudah [Soonhoon GS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang