Sejauh kaki ini melangkah, selama apapun diri ini menyembunyikan diri dari kenyataan dunia, kau tetap masih membayangi disetiap batas antara terang dan gelap kehidupan yang ku lewati selama lebih dari sepuluh tahun ini.
Aku sangat yakin seyakin-yakinnya bahwa kau tidak tahu. Ya tidak tahu menahu tentang penderitaan dan rasa sakit yang kian membusuk didalam dadaku tanpa henti selama ini. Aku terjebak diantara usia itu. Disaat kau memberiku sebuah senyuman dari bibir tipis yang melengkung seperti sabit purnama, namun mengalahkan terangnya mentari kala pagi.
Kau seolah-olah malaikat pencabutnyawa yang membiarkan jiwaku terjebak diantara ruang hampa. Tak sanggup pergi kemana-mana, menggapaimu adalah ketidak mungkinan yang sudah pasti tak bisa ditawar-tawar lagi.
Waktu yang kulalui tanpa sadar sudah menunjukan angka satu dekade. Kau kian menua, namun aku masih sama saja. Aku masih seorang gadis kecil yang berjalan dengan kaki mungilnya mengikutimu dari belakang dibalik bayang-bayang cahaya lampu jalan yang temaram mencekam.
"Bagai mana kabarmu?." Ingin rasanya kutanyakan itu pada mu.
"Apa kau mengingatku?"
"bagai mana rupamu sekarang?"
Satu dekade ini aku bersembunyi agar perasaanku tak melompat keluar. Aku bersembunyi dari seseorang yang ada dalam diriku yang sialnya mendeklarasikan perang padaku bahwa sannya ia ingin bicara padamu. Bahwa kau adalah cinta pertamanya, cinta pertamaku.
Sudah kukatakan berkali-kali padanya bahwa seperti cinta pertama setiap orang, ia ditakdirkan hanya untuk jadi pemanis namun tidak abadi. Seperti setiap cinta pertama ia diciptakan untuk tak terungkapkan. Seperti setiap cinta pertama, ia ditakdirkan untuk jadi luka pertama dan tak terealisasikan. Namun ia masih menolak, ia berontak padaku, ia ingin berlari padamu disetiap kesempatan. Ia ingin berteriak mengungkapakan perasaannya. Pada cinta pertamanya.
Untuk saat ini aku berhasil menahannya, membekapnya jauh di bawah jiwa, membiarkannya kesepian dalam kedinginan. Membiarkannya kian membisu, hingga tertunduk lesu. Agar ia tidak lagi berlari padamu.
"Ah.... aku rindu."
Rindu menghirup udara yang sama bersamamu, rindu berdiam diri dengan teh hangat ditanganku dan kau yang terduduk di sampingku. Meski tanpa kata-kata, aku menikmatinya. Menikmati ruang yang sama, menikmati pemandangan yang sama, meski dalam diam.
Hai cinta pertama, semoga kau baik-baik saja.
Pulanglah bila kau punya waktu, akan ku tunggu kau di meja itu.
Doaku tahun ini masih sama. Bila kau ditakdirkan untuk bersmaku, kuharap kita bertemu tanpa janji disebuah tempat yang tidak pernah kita datangi. Kuharap dapat melihatmu diantara ribuan orang yang lalu lalang. Saling bertatap lalu berbagi sepotong senyum yang menghangat hingga kehati. Aku menggenggam kemungkinan kecil yang sangat mustahil. Tapi, bila Tuhan memutuskan begitu, siapa yang mampu menyangkal. Aku bertaruh pada-Nya lewat peruntungan kecil yang mendekati mustahil itu.
YOU ARE READING
Kau
RomancePerempuan yang jatuh hati pada seorang yang selalu terlihat di depan mata. Namun ia terasa jauh bagaikan berada di lintas benua. Ia belajar menulis dan kian mengumpulkan catatan-catatan tentang perang batin yang tak kuasa ia ungkapkan. Ia laksana ma...