Musim Hujan 1873
Paardenkoets baru dengan lambang Wangsa Parma itu melaju pelan, terguncang-guncang di jalanan berlumpur yang basah akibat hujan yang menderu kota terus menerus. Sesaat kemudian paardenkoets tersebut berbelok di sebuah persimpangan jalan yang menghubungkan jalan utama dengan jalan pedesaan menuju rumah baru mereka. Beberapa induk bebek tampak sedang berenang bersama kawanan mereka di kubangan lumpur yang tercipta akibat hujan deras yang mengguyur kota. Di sisi lain jalan beberapa pria dan wanita yang sedang bekerja di ladang dan peternakan tampak heran akan kedatangan mereka. Namun mereka pun cepat-cepat menyingkir ketika melihat bahwa paardenkoets itu adalah milik seorang kolonist.
Akhirnya setelah menempuh jalan yang bahkan tidak layak dibilang sebagai jalanan itu, sampailah mereka di gerbang sebuah rumah kecil dengan berbagai tanaman yang menghiasi halaman rumah tersebut. Jalanan setapak yang terbuat dari batu koral putih menyambungkan dari pagar depan hingga pintu masuk rumah tersebut. Zovich, pelayan setia Lord Carlos yang dibawanya serta dari Nederland segera melompat turun dari paardenkoets lalu dengan sigap membantu sang Duke dan Duchess of Parma itu keluar dari paardenkoets.
Arabella bersyukur akhirnya ia bisa menghirup udara bersih pedesaan kembali setelah terakhir kalinya tiga tahun lalu ia dipaksa pulang ke Nederland. Meskipun harus Arabella akui bahwa perjalanan tiga minggu yang harus ditempuhnya untuk sampai ke Nederlandsch-Indie sama sekali tidak mengenakkan. Ini sudah ketiga kalinya Arabella menyeberang samudera luas yang menghubungkan dataran Eropa dan Asia, namun untuk ketiga kalinya juga Arabella selalu mengalami mabuk laut. Berbanding terbalik dengan suaminya yang kini sudah sibuk mengatur Zovich mengenai apa yang pelayan itu harus kerjakan.
Meskipun begitu Arabella tetap bersyukur dirinya masih bisa hidup saat ini setelah terapung di lautan antah berantah dimana daratan sama sekali tidak terlihat. Arabella bersyukur bahwa perjalanan kali ini hanya memakan waktu tiga minggu bukannya sebulan lebih seperti yang pernah dialaminya ketika berangkat bersama vader waktu itu. Arabella juga bersyukur bahwa kapal mereka tidak sampai karam atau sejenisnya. Dan meskipun mereka berangkat di bulan oktober dimana biasanya cuaca sangat tidak mendukung untuk pelayaran jarak jauh, tetapi kapal mereka tidak sampai diterpai badai hebat yang terkadang sering terjadi.
Arabella menggeleng-gelengkan kepalanya ngeri. Tidak bisa dibayangkan jika semua kejadian itu menimpanya! Arabella bergegas menyusul Lord Carlos menyusuri jalan setapak yang mengantar mereka menuju pintu depan rumah mereka yang terbuat dari kayu jati. Diam-diam Arabella mengagumi arsitektur rumah kecil yang lebih pantas disebut cottage itu. Memang ukurannya jauh lebih kecil dibandingkan mansion megah milik Lord Carlos, namun jika ditilik lebih lanjut Arabella harus mengakui bahwa siapapun arsitek di baliknya sangatlah memperhatikan detail paling kecil sekalipun. Ukir-ukiran yang menghiasi setiap perabot rumah tangga itu sangat mengagumkan hingga tanpa sadar membuat Arabella berdecak kagum.
"Ada apa my lady?" Ujar Lord Carlos heran sembari memperhatikan istrinya yang tengah mengagumi ukiran kayu dan lukisan-lukisan yang dipajang di ruang tamu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chase The Bliss [Completed]
Historical Fiction#1 from The Overseas Tetralogy Kejarlah kebahagiaanmu! Karena kaulah yang menentukan takdirmu sendiri.... Arabella Gualthérie Van Weezel, seorang Lady muda dari wangsa Weezel. Seorang noni muda Belanda. Trauma masa lalu menghantuinya ketika ia jatuh...