"Will you be all right?"
Semua orang seakan khawatir karena waktu keberangkatanku untuk berlibur ke tempat asing yang belum pernah kukunjungi semakin dekat. Wajar tentunya. Aku pun merasa sama khawatirnya. Tapi bepergian ke tempat asing, sendirian as backpacker sudah ada dalam bucketlist-ku sejak lama.
"Things that should be happened before I reach 30"
Sekarang waktunya. Aku berangkat. Semuanya! Sampai jumpa.
~
Penerbangan selama tujuh jam akhirnya selesai. Aku tiba di negara yang belum pernah kukunjungi sebelumnya. Tempat asing. Ya! Sesuai dengan kriteria dalam bucketlist-ku.
Okay. Sekarang saatnya mulai berpetualang.
Satu tas tenteng berukuran sedang dan ransel berukuran besar menemani perjalananku kali ini. Tidak lama. Tujuh hari aku rasa cukup. Terlebih lagi, aku tak punya banyak bekal atau istilah akrabnya, ongkos. Haha.
Untuk menghemat pengeluaran, aku naik bus bandara untuk menuju pusat kota. Perjalanan aku lanjutkan lagi dengan naik kereta.
Walaupun masih kagok. Aku menikmatinya. Sibuk memastikan tak salah naik kendaraan itu yang utama. Dan ketika sampai tujuan dengan benar. Kepuasan yang dirasa sangat berbeda.
Aku sampai ke penginapan yang sudah aku sewa melalui aplikasi penyewaan. Sekarang travelling keluar negeri sekali pun bisa direncanakan dengan mudah. Dari penerbangan sampai penginapan semua siap bahkan sejak beberapa pekan sebelum aku berangkat.
Aku menyewa satu tempat berbentuk apartemen studio. Tempatnya bagus dan tidak mahal. Lokasinya pun berada di pinggir kota. Aku pikir itu lebih menyenangkan. Aku memang mencari suasana berbeda. Tidak melulu berhadapan dengan kesibukan pusat kota.
Setelah selesai merapikan barang bawaanku yang tak banyak. Aku memutuskan untuk keluar dan mencari tempat makan malam. Karena jam sudah menunjukkan pukul lima sore.
~
Kare, kare, kare, kare...
Sepanjang jalan ini dipenuhi restoran kare. Seperti spesialisasi wilayah ini saja. Aku memutuskan masuk salah satu dari belasan restoran yang ada.
Restoran yang kupilih tidak besar. Dari luar tampak sangat tradisional. Pintu masuk terbuat dari kayu khas rumah tradisional negeri ini dengan kanopi putih yang sudah tampak menguning karena usia.
Di bagian depan juga dihiasi satu pot berwarna coklat tua dengan pohon bambu yang hanya setinggi kira-kira 150 sentimeter. Di sebelahnya terdapat papan seperti papan tulis hitam kecil berisikan beberapa pilihan menu istimewa, "Chef's Choice Today" yang ditulis menggunakan kapur putih. Imutnya.
Saat memasuki restoran, langsung terlihat tiga meja dengan masing-masing empat kursi. Tersedia pula tiga kursi tinggi bagi mereka yang memilih makan di counter berbentuk bar. Counter itu langsung berhadapan dengan dapur, tempat koki memasak dan langsung menghidangkan masakannya.
This small restaurant has it.
Quality over quantity.
Salute!
~
"Oh jadi kamu juga liburan di sini. Aku pikir kamu tinggal di sini. Eh, enggak. Malahan aku pikir kamu orang sini," kataku sambil menyendok nasi kare terakhir dari mangkok.
"Hahaha enggak. Aku juga liburan."
"Kamu fasih ya bahasa asingnya."
"Ah gak juga. Cuma pernah sedikit belajar waktu SMA."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ephemeral
Short Story(adj) Lasting for a very short time It was short yet memorable. The moment I met you and you met me. We exchanged the same gaze. But.. That's all? ------ This work might be filled with some stories, short stories. Not only, one title.