SEMBILAN BELAS

2.6K 143 9
                                    

"Tunggu sebentar Al, aku akan mengangkat teleponku diluar. Kau makanlah lebih dulu." kata Clarissa sambil berjalan keluar.

"Awas kau Maliq, jangan kau apa-apakan Alena!" ancam Clarissa setelah menutup pintu kamarnya.

Maliq membetulkan letak jasnya sebelum masuk kedalam kamar itu. Maliq membuka pintu itu seraya memasang tampang dinginnya.

Ceklek.

Terdengar suara pintu dibuka.
Alena membalikkan tubuhnya lalu duduk di kursinya begitu saja tanpa melihat siapa yang masuk ke kamarnya.

"Clarissa aku sudah lapar! ayo ma......" tiba-tiba lidah Alena menjadi kelu. Nampaknya sejuta kosakata telah dicabut dari kerongkongannya hingga ia tak bisa mengeluarkan sepatah katapun. Badannya mulai bergetar dan bulir-bulir keringat muncul di dahinya saat melihat seseorang dibalik pintu itu.
😖😖😖😖

Badan Alena tiba-tiba kaku tak bisa digerakkan. Matanya menatap tajam lelaki yang mulai berjalan menghampirinya. Tangannya terlihat menggenggam erat pisau dan garpu. Semua orang pasti tahu jika Alena sedang bersiap-siap untuk menusuk seseorang melihat caranya memegang pisau.

"Relax babe. Aku hanya ingin menemanimu makan, itu saja" kata Maliq saat duduk dihadapannya.

"Atau kau sedang berharap yang lebih" bisiknya sambil menunjukkan seringai khasnya.

"Jangan sampai pisau ini menancap di dadamu!" kata Alena sambil mengarahkan pisaunya ke wajah Maliq.

Alena meletakkan sendoknya karena tiba-tiba nafsu makannya hilang. Dia lebih memilih melihat pemandangan indah dibaik kaca itu.

 Dia lebih memilih melihat pemandangan indah dibaik kaca itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kriiukk

"Oohh perut, napa lu ngga mau diajak kerja sama sih. Jadi tengsin kan gue!!!" rutuknya dalam hati.

(Malu ni ye😜😜😜)

"Nampaknya perutmu berkata lain nona," sindir Maliq.

"Aku tidak akan memakannya. Siapa yang tahu kalau makanan ini sudah kau beri obat tidur. Aku tidak akan tertipu kali ini!" jawab Alena dengan nada ketus.

"Ooo aku tahu apa yang ada dipikiranmu. Kau menuduhku menaruh obat tidur dimakanmu?? Kalau kau mau dengan suka rela aku akan melanjutkan malam panas kita yang sempat terputus." kata Maliq dengan senyum menggodanya.

Wajah Alena sudah benar-benar marah saat mendengar ocehan demi ocehan lelaki itu. Sudah beberapa menit berlalu, nampaknya Alena tidak main main dengan ancamannya. Akhirnya Maliq mengambil sendok lalu mencicipi makanan yang ada dipiring Alena yang belum disentuhnya sama sekali. Alena melihat Maliq memasukkan makanan itu sambil mengunyahnya dan memastikan bahwa makanan itu tertelan kedalam kerongkongannya.

"1 sendok belum bisa membuktikan makananku aman!" sindir Alena.

Maliq memasukkan sendokan kedua ke mulutnya dan mengunyahnya kembali. Ia mencicipi semua makanan itu demi mematahkan kecurigaan Alena.

Assalamualaikum My Beloved (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang