•°•{S E L E S A I}•°•
Aku percaya dan yakin jika Kang Daniel akan kembali.
Dia tidak pernah melanggar kata-katanya, maka dari itu aku masih percaya.
Dia menjanjikanku hadiah ulang tahun, dan aku ingin hadiah itu.
Aku menunggu hadiah itu darinya.
Tid...
Seongwoo sedang dalam perjalanan ke rumah Dahyun. Ia tersenyum senang.
Dahyun pasti sedang marah karena insiden tentang Tzuyu dan tentang sangkalan perasaan cemburunya. Lucunya, Dahyun marah sampai tidak mengangkat panggilan dan juga tidak membalas pesannya. Dalam pesan aplikasi LINE-nya, Seongwoo mengancam Dahyun, jika Dahyun tidak membalasnya, maka ia akan datang kerumahnya.
Dahyun tidak membalasnya, ia hanya membacanya. Dan Seongwoo yakin jika Dahyun benar-benar menginginkan dirinya pergi mengunjungi rumahnya.
"Gadisku yang menggemaskan."
Seongwoo menyimpan motornya di halaman rumah Dahyun. Ia langsung menaiki tangga teras dan langsung memencet bel rumah Dahyun.
Seongwoo membuka ponselnya dan mengirimkan pesan pada Dahyun untuk memintanya membukakan pintu. Saat terkirim, pesannya langsung di baca, akan tetapi, Dahyun tak kunjung membalas pesannya. Ini aneh.
"Baiklah, aku tahu pasword rumahmu." Seongwoo mengetikan kata sandinya sampai kunci pintu terbuka. Tenang saja, ia sudah mengirim pesan pada Dahyun dan sudah Dahyun baca.
Seongwoo masuk ke dalam rumah dengan leluasa. Rumah Dahyun begitu gelap.
"Dahyun? Kau dimana?"
Tiba-tiba, Seongwoo mendengar suara tangisan di ruangan dapur. Seongwoo menyalakan lampu terlebih dahulu dan langsung berjalan ke dapur.
Seongwoo terkejut saat menemukan Dahyun yang tengah duduk di lantai dan bersandar pada tembok. Pisau tajam yang berlumur darah berada di lantai, darah keluar dari tangan Dahyun yang Dahyun genggam erat.
"Ong... Sakit..." Dahyun menangis sejadi-jadinya, menahan rasa sakit akibat ulahnya.
Seongwoo menghampiri Dahyun dengan wajah khawatirnya. Ia pergi ke kamar Dahyun, mengambil kaos dan kembali ke dapur.
Ia menalikan kain kaos itu di tangan Dahyun dan langsung membawa Dahyun ke rumah sakit.
Dahyun hanya menangis. Di motor, ia terus memeluk Seongwoo, hatinya tenang sekaligus takut dalam waktu yang bersamaan.
Sekarang Dahyun tidak mau mati. Rasanya sakit saat pisau itu menggores kulit tangannya. Dahyun tidak mau melakukannya lagi. Itu sakit, sangat sakit.
Di rumah sakit, Dahyun langsung ditangani dokter karena Seongwoo terus berteriak untuk langsung menangani Dahyun.
Saat Dahyun sedang di periksa, tangan kanan Dahyun tidak mau melepaskan tangan Seongwoo. Dahyun ketakutan. Ia tidak suka rumah sakit, apalagi jarum suntik dan bau obat-obatan. Itu menyiksanya.
"Mengapa ini bisa terjadi? Siapa yang melakukannya? Beri tahu aku Dahyun, aku harus menghajar orangnya."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Dahyun hanya diam. Dalam hati ia menjawab pertanyaan Seongwoo, apa jika ia mengatakan dirinyalah yang melakukannya, apa Seongwoo akan benar-benar menghajarnya?
Seakan tidak pernah lelah, mata Dahyun terus mengeluarkan air mata.
"Atau jangan-jangan... Kau?" Seongwoo berpikir jika Dahyun akan bunuh diri. "Apa benar?"
Dahyun lagi-lagi hanya diam, air matanyalah yang menjawab.
Seongwoo menghela napas kasar. Ia menatap Dahyun serius. Dahyun bahkan sampai ketakutan dan melepaskan genggamannya pada tangan Seongwoo.
Dokter bilang, luka Dahyun tidak begitu dalam, ia hanya membutuhkan beberapa jahitan.
Setelah itu, Dahyun diperbolehkan pulang. Seongwoo mau pun Dahyun tidak banyak berbicara. Seongwoo terlihat marah.
Dahyun menaiki motor dengan ragu.
"Naik! Pegangan, jangan sampai jatuh," ujar Seongwoo dengan tegas.
Dahyun memeluk Seongwoo dengan ragu karena takut.
Seongwoo langsung membawa Dahyun pulang.
"O-ong... Ini bukan jalan menuju rumahku."
Seongwoo tetap diam tanpa mempedulikannya. Ia memang ingin membawa Dahyun pulang ke rumahnya, ia tidak ingin gadisnya itu melakukan hal yang tidak-tidak lagi.
Keadaan tidak berdaya Dahyun begitu membunuh Seongwoo. Jika Dahyun mati, itu sama saja dengan Dahyun membunuh Seongwoo. Seongwoo akan merasa jika dirinya benar-benar mati karena ia gagal menjaga Dahyun. Ia telah mengikrarkan dua janji. Ia tidak mau melanggar janjinya.
Janji pertama, ia bersumpah untuk selalu melindungi dan menyayangi Dahyun selalu. Bahkan jika Dahyun merupakan milik orang lain, hal itu akan selalu ia lakukan. Ia hanya akan menjadi perisai yang tak akan ditunjukan dimata Dahyun.
Janji ke dua, ia bersumpah untuk tidak melanggar sumpah yang pertama.
Seongwoo benar-benar gila saat ini. Apa lagi jika menyangkut apa pun tentang Dahyun.