Chapter 12

1.5K 108 0
                                    


Happy Reading….

=========

“Ji-Jimin?” tanyanya memastikan. Eommanya mengangguk.

“Yah, Jimin. Jimin yang menyelamatkan Eomma, Eomma sempat berpikir kalau dia juga adalah salah satu kawanan dari para penculik, tapi saat Eomma melihat dia membunuh pencuri itu, ia memakai pakaian pencuri itu lalu membawa Eomma dan mengatakan kalau Appamu yang mengirimnya untuk menyelamatkan Eomma.” Ny. Kim tersenyum di akhir ceritanya, berbeda dengan Baby hatinya mencelos seluruh tubuhnya melemas.

Sudah seharusnya dia menanyakan kebenaran ini sejak dulu pada Eommanya, dan tidak menyalahkan dan membenci orang yang salah selama ini. Hal ini sudah terlambat untuk disesali. Sangat-sangat terlambat, ia sudah terlanjur menyakiti orang itu yang tidak lain adalah Jimin yang selalu ada padanya. Ia membenci pria itu tanpa tau kebenaranya dan tak memperdulikan apa yang pria itu ucapkan. Jimin bukan pelaku dari semua ini bahkan dialah yang telah menyelamatkan Eommanya dan selalu menyelamatkan dirinya saat dalam bahaya, tapi apa yang dia lakukan pada pria itu yang selama ini memperlakukannya dengan tulus?

Sekarang Baby hanya bisa membungkam, lidahnya kelu saat kebenaran itu menyambar menyadarkan kesalahan yang ia perbuat. Seperti batu besar yang menghantam dirinya, diam menahan sakit atas perbuatannya. Matanya mulai terasa panas, ada sesuatu yang ingin mengalir tapi ia mencoba menahanya.

Nyonya Kim menatap putrinya yang diam, dan baru ia sadari ada sesuatu. Yah Ny. Kim sadar melihat perban di kepala Baby.

“Byy, apa yang terjadi padamu? Kenapa dengan kepalamu itu?” suara kekhawatiran Ny. Kim menyadarkan Baby dari dunia penyesalanya sejenak. Baby mengangkat kepalanya melihat Ny. Kim menatapnya khawatir.

“Aa- ini… em ini tidak apa-apa Eomma, kemarin aku tidak sengaja terjatuh karena tidak hati-hati. Ini hanya luka kecil jadi Eomma tidak perlu khawatir,” Baby berusaha tersenyum.

“ Syukurlah, tapi tetap saja itu membuat Eomma khawatir. Eomma tidak ingin terjadi sesuatu padamu dan Appamu kalian berdua sangat berharga buat Eomma.” Nyonya Kim memeluk putrinya dan mengusap surai panjang Baby lembut.

“Em, sayang. Apa kau sudah bertemu dengan Jimin? Semalam Appamu bilang kau bersamanya dan mana dia, kenapa tidak kembali kemari bersamamu?” tubuh Baby menegang, bagaimana dia mengatakan pada Eommanya tentang semua ini, kalau dia baru saja menyuruh Jimin menjauhinya sebelum ia mengetahui semua kebenaran itu. Baby meremat ujung kemeja Jimin.

“Di-dia sedang sibuk Eomma.” Bohongnya. Baby berusaha mengulas senyuman di bibirnya, ia menunduk dan menatap kosong ke arah lantai. Pikirannya berkelana memikirkan kesalahanan yang ia perbuat selama ini.
.
.
-----

Langkah demi langkah serasa berat saat Baby ke kamarnya dengan tatapan kosong, tangan hampanya meraih gagang pintu dan membukanya. Baby menutup pintu dari belakang tubuhnya, bagai tak punya ruh dan tulang tubuhnya merosot ke lantai dengan lemas, kedua kakinya tidak mampu menopang tubuhnya yang dipenuhi rasa bersalah.

Kedua bahu lemas itu bergetar, napasnya tersendak, cairan bening menggenang dipelupuk mata luruh begitu saja bersamaan dengan isakan. Menangis karena penyesalan, kalaupun waktu bisa diputar kembali mungkin dia tidak akan menyuruh Jimin meninggalkannya dan mereka pasti bersama sekarang. Ia menyesal dan menangis, hanya itu yang mampu Baby lakukan.

Baby menangis dan memukul-mukul dadanya yang sesak dan dengan air mata yang terus membasahi pipinya.

“Mianhae … hiks … hiks … maafkan aku, karena tidak mempercayaimu, maaf hiks … hiks…,” lirihnya di tengah isakan. Baby mengangkat tangan kanannya untuk memukul dadanya lagi, tapi terhenti saat dia sadar akan sesuatu. Cincin pernikahannya, cincin pengikat janji suci mereka saat Jimin memakaikan di jari manisnya kini tidak ada.

Bad GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang