Chapter 27 ( Thank you, I miss you )

1.3K 58 1
                                    

Aku membuka mataku secara perlahan, masih terlihat kabur dan berbayang. Samar samar tempat ini terlihat seperti ruangan yang sangat cantik karena cat dinding yang berwarna kuning terang.

"Hey tuan besar, time to wake up!" Teriak suara Andrew yang sangat jelas ku dengar

"Ahh, dimana ini?" Tanyaku dengan nada pelan dan sedikit menahan rasa sakit dan mengapa aku di kelilingin banyak orang.

"Just open your eyes, and look around you." Andrew menyiram sekujur tubuhku dengan wine yang sudah ada di tangannya.

Aku melebarkan pandanganku sambil sesekali mengedip ngedipkan nya karena terhalang oleh wine yang dia tumpahkan. Kaget dan tercengan adalah reaksi pertamaku saat ku buka mataku dengan benar.

"Damn, he very sick." Ruangan ini sangat cocok dengan warna kotak kado yang setiap hari sering di berikan di kantor. Kuning dengan sentuhan hitam. Dan yang membuatku tambah menganga adalah foto Neivel yang bergelantungan dengan jumlah yang sangat banyak.

"Biar ku jelaskan, semua foto ini adalah foto kekasih yang sudah aku pacari sejak kita duduk di bangku sekolah menengah pertama sampai dia izin padaku untuk melanjutkan kuliahnya di Paris. Lama bukan?" Andrew membuka sebuah lemari dan membawa sebuah kotak kecil berwarna merah.

"Dia sangat keras kepala untuk kuliah di sini, sampai sampai dia akan menggerek leher dan tangan nya kalau sampai aku tidak mengizinkan nya. Aku tak punya pilihan lain dan segera mengikatnya dengan cicin sialan ini." Andrew mendekan dan memperlihatkan ku dengan jelas cicin tunangan mereka.

"Bahkan aku mengukir namanya disana. Neivel Sanjaya, cantik bukan?" Wajahnya tampak senyum karena kembali mengingat momen kebersamaan nya dengan Neivel.

"Tapi apa yang ku dapat, saat di universitas dia bertemu denganmu. Karena takut akan hal ini aku berangkat ke Paris untuk memastikan bahwa perkataan temanku itu tidak benar!" Dia menutup kotak merah itu dengan keras dan membantingnya

"2 minggu sebelum pernikahan itu aku datang menemuinya, kita membuat janji untuk berbicara di hotel tempat aku menginap di Paris. Dia bilang kalau dia sudah muak denganku yang sangat pas pas san ini dan dia lebih mengincarmu karena latar belakang keluargamu yang super duper hidup dalam tarikan nafas yang mewah." Sesekali dia berjalan dan mengambil foto foto Nivel yang di pajang dengan rapih.

"Dia membawa wine kesukaan kami berdua di dalam ranselnya, dia bilang ingin minum bersama untuk terakhirkalinya. Dan karena sangat mabuk, aku sudah tak ingat kejadian ini dengan jelas tapi pastinya Neivel akan hamil anak ku karena malam itu. Yang ku ingat hanya begaimana kami bermain malam itu, kami lepas kendali dan sangat menikmatinya." Dia berbalik kearahku sambil memegang bingkai foto Neivel yang dia ambil di atas meja.

"Bayangkan bagaimana rasanya Orviller, saat kau punya kekasih yang sedang mengandung anak mu tapi kau tak bisa bersamanya, tidak bisa merawat mereka berdua, tidak bisa berada di sisi mereka bahkan tak bisa menyentuh mereka. Apa itu adil? Anak itu anak ku juga! Anak itu bukan anak mu! Dia darah dagingku dasar keparat!"

Dia mendaratkan pukulan yang sangat keras di wajahku hingga bibir sampingku berdarah dan tidak seseksi sebelumnya.

Bajingan kurangajar, bagaimana kalau tiba tiba aku bertemu dengan Quinziiy saat bibirku sudah seperti ini. Batinku sambil melihat kearahnya.

"Karena itu kau harus membayar rasa sakit yang kau ciptakan ini tuan Orviller." Dia mengeluarkan sebuah pistol hitam dari saku celananya yang sekarang sudah dia arahkan kepadaku.

Jelas kalau jari telunjuknya akan menekan pelatuk pistol itu dan bye kalian akan melihat episode terakhir dari cerita ini. "Tinggal lah di neraka Dave!"

A Beautiful Revenge For QuinziiyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang