Bab 28

12K 1.1K 88
                                    

Siang ini Najma tengah asik bersantai di depan televisi, menonton acara talkshow favoritnya. Tangannya sesekali mengusap perutnya, ketika si jabang bayi menendang. Najma sudah tahu jenis kelamin calon bayinya, dari hasil USG bayi yang di kandungnya perempuan.

Najma makin tak sabar untuk segera berjumpa dengan bayinya, kelak akan ia dandani anak perempuannya agar terlihat semakin imut. Najma berkhayal, ia dan anaknya nanti akan memakai pakaian serta aksesoris yang sama. Putrinya terlahir mewarisi garis kecantikannya dan akan menjadi rebutan seperti dirinya dulu.

Khayalan indahnya pecah saat ada suara ribut-ribut di depan, seorang asistennya tergopoh-gopoh menghampiri. “Bu ada perempuan ngamuk-ngamuk di luar. Dia mau ketemu sama Ibu.” Najma mengernyit dalam.

“Siapa?” Tanyanya.

“Saya tidak kenal Bu, belum pernah lihat wajahnya. Apa sebaiknya diusir saja? takutnya kalau Ibu diapa-apain,” ucap asisten rumah tangga Najma.

“Aku akan temui dia,” ujar Najma, ia penasaran siapa orang yang berani datang mengamuk ke rumahnya selain Endah ibu Pram.

Najma tercengang melihat pemandangan yang tersuguh di depan matanya, seorang wanita muda tengah meronta tangannya dipegangi oleh dua orang keamanan di rumah ini. Wanita muda itu semakin beringas saat melihat kehadiran Najma.

“Kamu wanita keparat! Kenapa kamu tidak mati saja? Gara-gara kamu aku tidak bisa memiliki Pram!” wanita muda itu Adila. Najma mengingatnya, dia menantu pilihan Endah yang waktu itu hendak Pram nikahi menjadi istri kedua.

“Cih! Kamu sedang hamil rupanya. Anak siapa itu? Aku yakin bayi yang kamu kandung bukan anak Pram, dasar wanita murahan!” ucap Adila lantang, dadanya kini naik turun. Ia kesal Pram terus-menerus menolaknya, selama ini segala cara sudah ia lakukan untuk menggoda Pram, namun hasilnya nihil.

“Aku sungguh kasihan melihatmu mengejar-ngejarnya pria beristri yang bahkan jijik terhadapmu. Apa kamu tidak bisa mencari pria lain lagi hingga kamu terus-terusan mengemis cinta pada suamiku?” ucap Najma ia berusaha tenang menghadapi keadaan terbalik ini. Seharusnya ialah yang marah pada Adila bukan malah sebaliknya.

“Kurang ajar! Beraninya kamu bicara seperti itu padaku!” Adila memberontak semakin kuat, ia berhasil melepaskan diri dari pria yang tadi menahan tubuhnya. Dengan beringas ia menyerang Najma, lengan mulus wanita itu berhasil Adila lukai dengan kukunya yang runcing.

Adila bernafsu sekali ingin menghabisi Najma, wanita lemah seperti Najma tidak pantas bersanding dengan Pram pria pujaannya. Keamanan segera menyeret Adila menjauhi nyonya besar mereka.

“Bawa perempuan ini keluar dari rumahku! Jangankan biarkan dia kembali ke rumah ini lagi,” ucap Najma, meringis menahan rasa perih di lengannya. Kuku Adila cukup dalam menggores kulitnya.

“Lepaskan aku! Bajingan kalian!” Adila memaki, namun dua keamanan di rumah ini tidak membiarkan perempuan liar itu melukai nyonya mereka lagi.

Najma saat ini merasa sangat tertekan. Demi tuhan wanita itu masih muda, usianya baru belasan tahun. Tentunya dia bisa mencari pria selain Pram yang jelas-jelas tidak mencintainya. Sungguh Najma tidak dapat membayangkan jika seadainya dulu ia jadi dimadu pasti hidupnya akan sengsara dibuat wanita itu.

“Ibu tidak apa-apa?” tanya asistennya, melihat wajah sang majikan nampak pucat.

“Bisa bawa aku ke kamar? Aku lemas sekali,” ucap Najma lirih, ia sangat shock dengan kejadian barusan.

Istri Titipan (New Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang