III

227 1 0
                                    

Frozan sudah berada di halaman belakang tanpa baju zirahnya saat Ryon berjalan mendekatinya. Sebenarnya Ryon merasa ragu melakukan duel dengan Frozan bila mengingat tekanan aura yang dipancarkan oleh Frozan, tapi perkataan seorang petarung yang sudah dilontarkan tidak boleh dijilat kembali.

“Ayo, kita mulai…” kata Frozan menyeringai saat Ryon berdiri di depannya.

“Kau takkan menang…” kata Frozan sombong.

Mendadak keraguan Ryon menghilang. Ia merasa kesal dengan kesombongan Frozan.

“Baiklah! Aku sudah siap! Aku akan mengerahkan seluruh kemampuanku!” seru Ryon lalu melakukan ancang-ancang siap menyerang.

“Baiklah… Serang aku dari mana saja,” kata Frozan masih dengan seringainya. Tanpa ragu Ryon menyerangnya dari depan dengan cepat, tapi Frozan menghindar dengan mudah. Ryon menyerangnya bertubi-tubi dengan kemampuan terbaiknya. Seluruh teknik yang diajarkan oleh gurunya, ia gunakan. Frozan bagaikan menari saat ia menghindar dari semua serangan Ryon.

“Kau jangan menghindar, pengecut!” teriak Ryon berang sambil melompat maju.

 “Hei... Sakit, kan, kalau terkena sayatan pedangmu? Siapapun pasti tidak mau terkena sayatan pedang,” kata Frozan tersenyum meremehkan.

“Huh! Aku tidak peduli!” Ryon semakin berang.

“Tunjukan kemampuanmu, pengecut!”

Lagi dan lagi Ryon menyerang Frozan hingga Ryon mulai terengah-engah, udara yang panas membuat keringat membanjiri seluruh tubuhnya.

“Buruk. Menghabiskan seluruh energimu hanya untuk menyerangku dengan serangan yang tidak berguna,” komentar Frozan sambil menatap Ryon yang terengah-engah di tempatnya berdiri. Ryon berpikir cepat, ‘bagaimana? Bagaimana caranya?! Apa yang harus kulakukan?’. Ryon menyadari kalau lawannya kali ini bukan manusia, melainkan salah satu klan terkuat di Benua Durinas. Klan mereka adalah Klan Dragwolf—campuran ras serigala dengan ras naga—begitulah seluruh makhluk di benua manapun menyebut mereka. Klan Dragwolf seluruhnya merupakan keluarga kerajaan. Entah darimana asal muasal mereka, yang jelas mereka sudah ada sejak berArcy-Arcy—sama dengan hitungan abad—yang lalu. Ryon meludah, ia mencoba menenangkan hati dan pikirannya yang kacau. Kemudian ia menyeringai, ia tidak boleh terlihat lemah di hadapan Frozan.

“Heh! Jangan menganggapku enteng! Ini belum seberapa!” Ryon melompat maju, kali ini ia mempercepat tempo serangannya dan mencari timing yang tepat, tapi lagi-lagi serangan Ryon tidak dapat menyentuh apalagi melukai Frozan.

Entah sudah berapa kali Ryon menyerang tapi Frozan tidak membalasnya sedikit pun, hanya menghindar. Inilah yang paling membuat Ryon jengkel. Ryon berhenti menyerang, dadanya naik turun, napasnya memburu. Kemudian ia mengangkat pedangnya hingga sejajar dengan bahu.

“Kau, apa sebenarnya maumu?!” teriak Ryon.

“Kau tidak serius melawanku! Lawan aku! Atau kau sebenarnya lemah, hingga kau hanya menghindar terus?”

Salah besar Ryon bertanya seperti itu. Pertanyaan itu membuat Frozan tertawa keras hingga deretan gigi lancipnya terlihat, membuat Ryon bergidik ngeri dan seolah-olah hal itu menegaskan Frozan memang bukan makhluk biasa.

“Apanya yang lucu? Aku tidak main-main!” teriak Ryon setelah menguasai diri lalu tubuhnya bergerak menyerang saat Frozan sedang tertawa. Ryon pikir serangannya kali ini akan berhasil, nyatanya Frozan tetap bisa menghindar. Ryon menyeringai saat tahu Frozan bergerak sesuai dengan dugaannya. Frozan terkejut saat Ryon mendadak di belakangnya dengan Blacker yang siap menusuknya. Frozan setengah berputar sambil mencengkeram tangan Ryon yang memegang Blackernya lalu menendang tepat mengenai tulang pipi Ryon dengan kaki kanannya. Ryon terlempar jauh. Satu serangan lagi datang dari arah samping kiri, Frozan merunduk lalu meninju perut Ryon hingga terpelanting jauh. Tiba-tiba satu kilatan pedang melukai pinggang kirinya.

DragwolfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang