Luna berjalan tertatih-tatih, otot-ototnya terasa sakit karena terlalu banyak berlari dan kepalanya terasa pening. Entah sekarang ia berada di mana. Gara-gara ia kepikiran perkataan Ryon, membuatnya terus berlari bukannya bersembunyi. Kini ia sangat lelah, matanya berat, haus dan lapar.
“Kya..!” jerit Luna, tubuhnya mendadak kehilangan kesimbangan. Luna terjerembab akibat tersandung akar. Luna mencoba berdiri, tapi badannya terlalu lelah dan sakit. Matanya berkaca-kaca menahan tangis, ia sudah tidak kuat lagi. Kini ia sendirian di hutan yang tidak ia kenal dan tersesat. Kata-kata Ryon terngiang di telingannya, ‘kau hanya menyusahkanku saja!’. Mendadak ia merasa marah jika mengingatnya.
“Dasar Ryon bodoh!! Aku benci!!” teriaknya kesal, suaranya menggema ke seluruh hutan. Luna mencoba berdiri dengan susah payah dan berhasil walau sepoyongan. Lalu ia membersihkan tanah yang melekat di pakaiannya. Ia berjalan lagi dengan tertatih-tatih. Seberkas cahaya hangat mengenai kepalanya, Luna menyadari pagi sudah datang. ‘Bagus… Aku tidak tidur semalaman!’ pikirnya kesal. Luna mengedarkan pandangannya ke sekelilingnya. Di daerah hutan kali ini, cahaya matahari bisa masuk lebih banyak daripada daerah lain, walau begitu tetap saja mengerikan. Masih saja di penuhi kabut dan hawa terasa dingin sekali. Seperti tidak terlihat ada tanda-tanda kehidupan.
Dari kejauhan, Luna bisa melihat sesuatu yang samar. Sebuah pohon besar yang memiliki lubang di tengahnya. ‘Mungkin di sana aku bisa tidur…’ pikirnya senang. Rasanya ia ingin segera berlari ke tempat itu tapi kakinya tidak kuat berlari. Ia hanya bisa berjalan dengan pelan dan sabar. Ia semakin mendekati pohon itu. Kedua tangannya terjulur berusaha menggapai bibir lubang itu. Penglihatannya mulai samar-samar, tapi Luna terus berjalan. Pada akhirnya ia berhasil menggapai bibir lubang itu. Belum sempat ia memasuki lubang itu, mendadak ia terjatuh. Kesadarannya menghilang, ia sudah tidak ada kekuatan lagi.
*
Gelap. Ia merasa seperti ditelan oleh kegelapan. Ia merasa kedinginan yang amat sangat. Ia mengedarkan pandangannya mencoba mencari tahu, dimanakah ia sekarang? Tubuhnya berputar, mencari arah. Dia terdiam, entah mengapa ia merasa takut. Ia bisa merasakan seluruh tubuhnya berangsur terasa kaku. Akhirnya matanya menangkap sebuah titik putih yang sangat jauh. Tanpa ragu lagi ia berlari menuju titik putih itu. Samar-samar di sekelilingnya berubah membentuk dinding dengan permukaan yang kasar dan berkilau-kilau. Setengah perjalanan ia baru mengerti, ia berada di lorong gua yang sangat besar dan titik putih itulah jalan keluarnya.
Ia terus berlari seolah ia tidak merasakan lelah tapi tetap saja merasa kaku kedinginan. Lorong gua itu makin lama makin terang. Dinding–dinding gua dipenuhi obor yang menyala seiring langkahnya, kini permukaannya terlihat di penuhi kumpulan batu yang kasar dan tajam. Titik putih itu berubah membentuk lingkaran besar. Ia mempercepat larinya. Semakin lama ia bisa melihat sesuatu di dalam lingkaran putih itu.
Ia melihat sebuah pintu besar. Ia terhenti sambil menatap kagum pintu yang terdapat suatu ukiran yang indah. Ukiran berbentuk tulisan dan gambar–gambar yang menggambarkan suatu kejadian, entah apa arti gambar itu. Saat ia menyentuh ukiran itu, tiba–tiba ia merasakan tubuhnya dirasuki sesuatu. Mendadak tubuhnya mulai menghangat. Kehangatan itu mengalir melalui nadinya. ‘Apa itu?’ pikirnya.
‘Tidurlah… Sekarang kau sudah baik-baik saja….’ Sebuah suara asing yang lembut seperti nyanyian mendadak menggema di sekelilingnya. Ia terkejut, tapi suara itu kini tidak membuatnya takut. Berangsur-angsur ia merasa kegelapan mulai menelannya lagi, ketakutan mulai meracuni benaknya.
‘Tenanglah… Kau sudah aman…’ Suara lembut itu menggema lagi dan ia membiarkan dirinya di telan oleh kegelapan.
Ryon mendadak terduduk dari tidurnya, kepalanya terasa pening. Ia memandangi sekitarnya, tidak ada pintu besar itu, tidak ada apapun seperti yang ia lihat barusan. Hanya pepohonan yang besar dan lebat beserta kabut tipis. ‘Ternyata itu hanya mimpi…’ pikirnya sadar. Setelah cukup baikan ia mulai menyadari di mana ia berada. Ia baru ingat, ia masuk ke hutan bersama Luna.