Semuanya terdiam, semuanya terkejut, semuanya terpaku melihat dua sosok yang sama persis saling berhadapan. Terlebih lagi Runia saat ia, bersama Inko, Frozan dan para Draconouts tiba di area pertarungan dan melihat Ryon dan seorang lagi dengan berwajah sama.
"Tidak mungkin...!" sergah Ryon terperangah, begitu juga dengan yang lainnya. Sorant juga ikut terkejut setelah ia berhasil mengalahkan Zyrocex yang terakhir. Mereka tidak percaya apa yang mereka lihat.
"Ha Ha Ha Ha! Kaget? Tentu saja... aku juga terkejut saat melihatmu pertama kali... tak kukira kau lebih terkejut saat melihat wajahku ini.. Ha Ha Ha Ha!" kata orang itu seraya berdiri. Orang itu mendekati Ryon perlahan sambil memegangi luka di wajahnya. Orang itu menyeringai jahat. Ryon tidak percaya apa yang dilihatnya. Orang itu bagai cermin di depannya. Orang itu sangat mirip dengannya. Terlintas mereka seperti saudara kembar. Ryon masih menatap tidak percaya, Ryon merasa ialah yang membunuh Thora, bukan lelaki misterius dengan menggunakan topeng. Sesaat Ryon melihat perbedaannya, mata mereka berbeda. Mata orang itu berwarna biru keperakan dan dingin. Ditambah lagi wajah itu terluka, dengan segaris darah miring ke kanan di wajahnya.
"Katakan padaku! Siapa kau?" tanya Ryon berteriak.
"Namaku Lyon. Aku adalah dirimu, dan kau adalah diriku!" katanya menyeringai, ia ingin melihat reaksi Ryon mendengar kata-katanya.
"Diam!! Aku bukan kau!! Walau wajah kita mirip, tapi aku bukan kau!!" sergah Ryon marah.
"Hei tenanglah... sadarlah... ini adalah kenyataan.. Ha Ha Ha!" Lyon terus menyeringai, ia benar-benar menikmati reaksi Ryon. Ryon berusaha tidak terpengaruh dengan kata–kata Lyon. Lyon mendekati Ryon, sesaat Ryon mau mundur tetapi badannya tidak bisa bergerak. Sepertinya Lyon menggunakan sihir padanya. Dengan kecepatan kilat, Lyon sudah berada di depan Ryon. Lyon mendekatkan mulutnya ke telinga Ryon,
"Bergabunglah denganku..." bisiknya lembut dan licik, tiba-tiba ia menusuk Ryon dengan Dragofenra. Seketika Ryon terbatuk memuntahkan darah,
"Tidak!!" jerit Runia histeris, ia tidak bisa ke tempat anaknya karena Frozan menahannya.
"Ryon!" Sorant segera menyerang Lyon, tapi bisa ditangkis. Lyon menyerang balik hingga membuat Sorant terlempar.
"Akh....hsh...hsh...hsh..." Ryon terengah–engah menahan sakit. Inderanya seketika melemah, ia tidak bisa berbicara, pendengaran dan penglihatannya mulai samar-samar
"Tapi.. untuk saat ini kau tidak bisa membawamu... kali ini kubiarkan kau hidup untuk menjadi lebih kuat....jadilah kuat untukku..."
"Hsh...hsh...hsh...Ja-jangan be-bermimpi...! Hsh...hsh...hsh..." seru Ryon terputus-putus. Lyon menarik pedangnya. Ia menyeringai kejam saat Ryon memegang perutnya yang berdarah lalu jatuh tersungkur. Tangannya menggapai–gapai jubah Lyon, tapi ia hanya menggapai sesuatu yang kosong. Ryon tidak bisa bersuara, tidak bisa membalas. Hanya menatap Lyon dengan marah. Lyon menyeringai jahat sambil menatap Ryon yang meringis kesakitan, lalu matanya beralih pada pedang Fenragon di tangan Ryon. Saat Lyon menyentuhnya, tiba–tiba saja tangannya seperti tersengat listrik yang dasyat.
"Akh!! Sial!" Lyon begitu terkejut, ternyata pedang itu tidak bisa tersentuh olehnya.
"Kau tidak bisa menyentuhnya.. pedang itu sudah menjadi milikku...." kata Ryon pelan sambil tersenyum mengejek. Ia merasa menang dari Lyon.
Ryon berusaha berdiri dengan sempoyongan. Lyon mendengus, "Ternyata kau masih kuat rupanya," Lyon tersenyum kejam. Lalu ia menggunakan sihirnya pada Ryon. Tangan monsternya keluar dan bersiap menggorok leher Ryon.
"Seharusnya kau mati!"
"Jangaaaan!!" teriak Runia, ia mengeluarkan bola api dan mengenai Lyon. Lyon terkena dan terlempar cukup jauh, Ryon pun terduduk lemas. Lukanya semakin parah, ia terlihat pucat karena mengeluarkan banyak darah.