4- Titik Celah

315 34 5
                                    

Sebelum baca boleh lah yaa vote dulu..

Happy reading, maaf kalau masih ada banyak typo

Setelah mengalahkan pasangan Tiongkok di babak pertama, nama Kevin langsung melejit pesat. Beritanya di muat di berbagai media massa, dan juga tiba-tiba saja penggemarnya membludak.

Kalian mau tahu apa reaksi laki-laki itu? Jam setengah 2 pagi, Ia menelponku yang mau tak mau harus Aku angkat karena tidak biasanya laki-laki itu menelpon ku sepagi buta itu. Beberapa saat aku sempat mengkhawatirkan keadaannya, sebab menelpon orang di pagi buta hanyalah hal-hal yang penting bukan? Tapi dengan sepersekian detik rasa khawatir ku hilang begitu saja dengan di gantikan dengan rasa kesal yang luar biasa. Bahkan detik itupun rasanya ingin sekali aku menyampari Kevin dan langsung menjedotkan kepalanya ke tembok.

Jam setengah 2 pagi, laki-laki itu menelepon ku hanya karena notif instagramnya yang selalu berbunyi. Bisa kalian bayangkan betapa memuncaknya amarah ku? Bahkan sepersekian detik setelah Ia mengatakan hal tersebut aku langsung menutup teleponnya secara sepihak.

Dan di sinilah kami, aku dan Kevin. Aku yang malas berbicara dengannya sedangkan sedari tadi dia mengajak ku berbicara. Aku muak dengan sikap dia yang terus-menerus mengusik ku.

"Ta gue bentar lagi tanding, Lo nggak mau ngomong sama gue apa?" Kevin masih terus membujuk ku, sepertinya laki-laki itu sedikit menyesalkan apa yang telah ia lakukan pada ku, tapi bodoh amat, aku tetap mau marah padanya.

"Taaaa.... Maaf, gue emang risih karena notif instagram gue bunyi terus. Orang-orang kenapa pada follow gue dah"

"Menurut nganaa?" aku akhirnya mengeluarkan suara ku, sebenarnya aku ingin sekali untuk tidak berbicara dengan dia tapi sepertinya keceplosan, dan juga rasanya aku tak bisa lama-lama untuk membalas omong kosong laki-laki gila itu.

"Ya maaf Ta, Lo kok gitu aja marah"

Apa katanya? Begitu aja marah? Memang otak laki-laki itu sudah gila, bisa-bisanya dia bilang menelepon orang di pagi buta adalah hal yang sepele, benar-benar aku ingin menjedotkan kepalanya ke tembok sekarang juga.

"Udah lo diem dah, rilex, fokus. Lo itu mau tanding, jangan banyak bacot sama Gue" Aku memilih menyudahi omangan tidak jelas kami, untuk kali ini aku biarkan Kevin untuk tidak terus-menerus membahas kegilaanya.
"Justru itu Ta, adu bacot sama Lo itu bisa bikin Gue rilex" balasnya sembari tersenyum aneh ke arah ku.

"Gila beneran Lo sekarang, heran gue"

"Gilanya kan karena kamu" Kevin benar-benar tengah menggodaku sekarang ini.

"Malas Gue sama Lo, mending gue ke kak Pia aja sekarang" ucap ku dengan aku yang siap-siap untuk beranjak.

"Gue main nanti di partai ke-6, awas lo kalau nggak nonton"

"Iyaaaa Vin, Gue jauh-jauh dari asrama juga kan buat nonton lo kan?"
"Sweet banget Lo Ta, makin sayang Gue" Ucapnya begitu saja. Sialan, jantungku rasanya berpacu begitu cepat, apa katanya tadi? Sayang? Harus ku akui, semakin hari aku semakin aneh.

Aku hanya mengangguk cuek sekilas, tidak mau berlama-lama berada di dekat Kevin. Akan terjadi hal-hal yang tak diinginkan jika aku tidak segera beranjak dari tempat itu, jadi sebaiknya aku pergi saja.

***

Aku berdiri celangak celingik di area stand makanan, Indonesia Open kali ini ada beberapa stand makanan jadi rasanya semakin seru karena selain nonton bulutangkis, bisa juga sembari kulineran. Sedari tadi aku menunggu kak Pia, seharusnya kami bertemu di player area, tapi karena Kak Pia harus menemui pacarnya jadi di sinilah aku, berdiri sambil mencari di mana dua sejoli itu.

Love, patience and pain (kevin sanjaya fanfic) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang