Gue pikir ada satu dari semua temen gue yang percaya dengan cerita gue. Dia selalu datang nyamperin gue dan nanya soal masalah gue.
Awalnya gue gak mau ngomong kalau gue sebenarnya Indigo. Tapi tiba-tiba dia bilang "Lo indigo kan?" sontak gue terkejut dong dengan apa yang di katakannya barusan.
Namanya Hyuna. Dia menanggapi semua cerita gue itu seolah itu adalah kisahnya sendiri. Dia berbeda dari yang lain. Dia orang yang saaaangat baik.
"Lo gak usah khawatir. Gue juga punya kenalan seorang indigo sama kayak lo. Jadi gue rasa gue udah sedikit terbiasa." ucapnya ngeyakinin gue.
Sejak saat itu, gue ngasih tahu dia kalo gue bisa melihat semuanya dan dia percaya.
Sampai pada suatu sore, kami masih berada di sekolah untuk menyelesaikan tugas kelompok kami.
Meski gue sering bilang ke nyokap kalau gue gak pernah ngomong dengan mereka. Itu bohong! Gue kadang ngobrol dengan mereka yang kelihatannya baik dan mengabaikan kalau kelihatannya jahat.
Sore itu, gue ngeliat seorang siswi berseragam lengkap melewati kelas gue. Gak sengaja mata kita bertemu. Dia tidak kelihatan seperti akan berniat jahat.
"Aku mau ke toilet dulu ya, Hyun." ucap gue lalu bergegas meninggalkan kelas. Di ujung koridor, gue ngeliat dia terus natap ke dalam ruang Lab.
"Kenapa kau berdiri disitu?" tanya gue pelan. Dia berbalik dan berjalan ke arah gue.
"Jadi benar kau bisa melihatku?" tanyanya memastikan. Gue menjawabnya dengan anggukan.
"Dulu... Aku sering ke tempat ini bersama kekasihku. Tempat ini bukan seperti sekarang, dulunya ini adalah taman. Banyak pohon dan bangku di sekitar sini. Hariku di sekolah selalu aku habiskan di tempat ini." katanya sembari menatap ke dalam Lab. Tatapannya dalam, sepertinya dia senior gue beberapa tahun yang lalu.
"Bagaimana kau bisa meninggal? Kau masih memakai seragam lengkap?" tanya gue memperhatikan seragamnya yang sedikit jadul di bandingkan dengan punya gue sekarang.
"Oh ini? Aku kecelakaan saat pulang sekolah. Mobil sedan hitam melaju dan menabrakku dengan keras. Setelah itu... Yah." jawabnya.
Kalau seragamnya masih jadul seperti itu? Dan ruangan Lab masih sebuah taman, berarti itu sudah beberapa tahun yang lalu. Lalu kenapa dia masih disini?
"Kenapa kau masih di sini? Kalau kau meninggal beberapa tahun yang lalu seharusnya kau sudah--"
"Mmm... Aku tahu. Aku juga bingung kenapa aku belum bisa pergi dari sini. Aku bahkan tak ingat siapa orang tuaku dan dimana rumahku. Satu-satunya yang aku ingat adalah sekolah ini."
Gue ngangguk paham mendengar cerita gadis itu. Yang gue baca di buku, kalau roh masih belum bisa pergi berarti masih ada hal yang harus di selesaikannya di dunia. Itulah alasan kenapa dia belum bisa meninggalkan tempat ini.
"Aku akan bantu membantumu."
"Kenapa? Tidakkah kau takut padaku?"
Gue terkekeh pelan "Tidak. Aku udah biasa seperti ini sejak kecil."
"Makasih. Makasih karena kau sudah sangat baik padaku."
Gue harus segera kembali. Gue gak enak ninggalin Hyuna dan yang lain mengerjakan semua itu sendiri.
"Aku harus pergi. Tapi siapa namamu?"
"Sohyun. Namaku Sohyun. Kau sendiri siapa?"
"Aku Nara, Jung Nara. Aku pergi dulu. Sampai bertemu lagi, Sohyun-ah." ucap gue lalu kembali ke kelas.
Sesampainya gue di kelas, teman-teman gue natap gue aneh. "Ada apa? Kenapa kalian ngeliat aku kek gitu?" tanya gue heran.
"Gak, gak ada. Kami pulang duluan ya, Nara. Nyokap gue udah nelfon tadi." kata Hyuna.
"Kami juga. Orang tua kami pasti udah nyariin kami juga." sambung teman gue yang lain. Hanya tertinggal gue sendiri di dalam kelas. Gue bingung kenapa mereka pergi dengan terburu-buru seperti itu.
Gue membereskan semua tugas kami yang berserakan dan bergegas pulang.
---
6:55 am
"Pagi Hyuna!" tegur gue nepuk punggung Hyuna yang tengah sibuk menulis sesuatu di bukunya. Hyuna berbalik dan juga natap gue.
"Hai." sapanya lalu pergi. Gue ngeliat sekitar gue semua orang natap gue aneh. Ada apa ini? Kenapa mereka ngehindarin gue?
Gue ke toilet sebentar untuk membasuh wajah, mungkin saja ini gak nyata. Gak lama gue mendengar suara Hyuna dan teman-temannya berjalan memasuki toilet. Gue pun segera bersembunyi di dalam bilik toilet.
"Kalo udah tau dia aneh, lo kenapa masih mau berteman dengan dia?" tanya salah satu teman Hyuna.
"Yah... Awalnya gue kasian sama dia, dia kemana-mana sendiri mulu. Gue pikir dia indigo-indigo biasa. Tapi dia bener-bener aneh. Lo liat juga kan dia ngomong sendiri kemaren." kata Hyuna.
"Mmm... Gak usah di bahas lagi ah. Serem."
Akhirnya gue sadar, gak ada orang yang benar-benar tulus di dekat gue, kecuali ibu.
Gue benci kelebihan gue, kenapa gue harus punya kelebihan seperti ini? Kelebihan yang lebih tepatnya seperti musibah bagi gue.
Kenapa hanya gue yang berbeda? Sebenarnya apa yang salah dengan gue? Gue juga ingin punya banyak teman kayak yang lain. Tertawa, bercanda, bermain dan bahkan saling memukul seperti mereka. Saat gue bilang gue punya banyak teman itu bohong, hanya gue yang menganggap mereka temen gue, tapi gak dengan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Who are you? | Hwang Hyunjin
FanfictionIni bukan sekedar halusinasi, tapi dia memang benar-benar ada.