"JEON JUNGKOOK DATANG!" Teriak Seokmin dari tempatnya. Sontak, semua murid yang tadi sedang sibuk dengan urusannya masing-masing mengalihkan fokus mereka ke pintu kelas. Dimana Jungkook masuk masih dengan tas di punggungnya.
Yein melirik Seokmin geram. Yang dilirik sadar, namun berusaha mengabaikannya. Dan Yein pikir, sia-sia saja menegur pemuda Lee itu.
Sudah empat hari ia bersekolah di sini, dan dua hari kemarin, Jungkook tidak masuk sekolah. Jujur saja ada sedikit perasaan khawatir di lubuk hati Yein. Bukan apa-apa. Ia hanya takut jika si berandal Yugyeom kembali menyerang Jungkook di luar sekolah yang menyebabkan Jungkook harus dirawat di rumah sakit. Tapi nyatanya tidak. Pemuda itu terlihat baik-baik saja.
Saat Jungkook duduk di tempatnya, Yein tidak lagi melirik. Ia menoleh sepenuhnya dan mengamati Jungkook lamat-lamat.
"Fyuh, syukurlah," gumam Yein ketika dirinya tak mendapati luka sedikit pun di tubuh Jungkook.
"Syukurlah? Untuk apa?" Tanya Jiho yang rupanya memperhatikan gerak-gerik Yein sedari tadi.
"Eh? Tidak, tidak apa-apa."
Tepat setelah Yein menyelesaikan kalimatnya, si berandal Yugyeom kembali berulah. Meski tidak menghampiri di tempat. Namun bagi Yein ucapan itu membuatnya sakit hati. Juga.. bingung.
"Hai Jungkook. Kemarin kemana saja? Menjual tubuhmu di bar gay kah?" Sapaan santai Yugyeom disambut gelak tawa seisi kelas. Pengecualian untuk Eunwoo, Jaehyun, Eunha, Yein dan si gadis yang duduk di pojok kelas. Dan tentu saja Jungkook tidak ikut tertawa.
Pemuda Jeon itu hanya diam sambil mengeluarkan beberapa buku untuk pelajaran yang akan segera dimulai.
"Yeah, apa yang membelimu di Selasa malam adalah seorang yang kasar? Sampai-sampai kau harus tidak masuk kemarin?" Timpal Seungkwan.
Jungkook masih tetap diam. Namun tanpa ada yang melihat atau mungkin lebih tepatnya tanpa ada yang menyadari, tangannya sudah terkepal kuat hingga buku-buku jarinya memutih. Rahangnya mengeras dan tatapan matanya semakin tajam.
Dan Yein.. melihatnya. Ia melihat seluruh respon yang pemuda itu berikan.
Dan Yein tidak bisa untuk tidak semakin penasaran.
Jeon Jungkook, siapa dia?
×××
"Bisa kita bicara?"
Tidak ada respon. Tapi bagi Yein itu berarti, iya.
Maka ia mulai duduk di hadapan seorang gadis yang kini tengah menyuapkan makan siangnya. Lima menit mereka habiskan dengan keheningan. Gadis itu yang sedang sibuk makan dan Yein yang sibuk berkutat dengan pikirannya.
Haruskah ia menanyakan semua pertanyaan yang menumpuk di kepalanya?
Sesaat ia ragu. Ini semua bukanlah urusannya. Kenapa ia harus mempersulit hidupnya untuk pemuda itu?
Namun di detik berikutnya ia menggeleng keras.
Tidak! Tekadnya harus lebih dibulatkan. Ia hanya ingin tau dan jika ia bisa, ia akan membantu.
"Jika tidak ada yang dibicarakan bisa aku pergi sekarang?"
"Tunggu! Iya, kita bicara sekarang."
Gadis itu hanya bergumam. Menandakan jika dirinya setuju.
"Tentang hal yang kamu ucapkan di hari pertama aku masuk.. Jeon Jungkook, siapa dia?"