"My Destiny"

127 67 4
                                    

Selalu dalam mimpi yang sama, sebuah wajah yang asing dan dalam waktu yang ditangguhkan, kau dan aku bertemu secara kebetulan. Kurasa aku merasa sedikit takut. Aku takut itu hanya akan menjadi mimpi selamanya.

      Pagi yang cerah setelah sarapan, Shima berjalan ke arah kolam renang, betapa rindunya dia dengan teman teman dan tempat tinggalnya, ingin rasanya ia berenang kembali. Ternyata Johan berada tepat dibelakang Shima, dia memeluk Shima dari belakang, Shima yang tidak ingin menunjukkan kerinduannya pada dunia bawah lautnya langsung melepaskan pelukan dan menuju keruang tamu.
     "Apa kamu ingin berenang? Kau pasti rindu dengan teman temanmu. Dimana senyummu, aku tak ingin melihatmu seperti ini. Cepat ganti pakaianmu, kita akan keluar sebentar" perintah Johan sambil meninggalkan Shima.
     Shima yang kebingungan dengan Johan kemudian menuju kamar dan mengganti pakaiannya, tak lupa Shima menaruh riasan diwajahnya supaya dia terlihat sepadan dengan Johan yang tampak keren dan rapi. "Apa kau sudah siap, ayo kita harus segera sampai kesana sebelum matahari terbenam" bujuk Johan dengan merangkul Shima. "Apa ini sebuah kejutan lagi? Aku tidak sabar untuk kesana, ayo Johan cepat" ucap Shima sambil menarik jas Johan. Kemudian Johan tersenyum, dan mereka masuk ke mobil untuk melakukan perjalanan.
     "Sebentar lagi kita akan merayakan tahun baru, apa harapanmu untuk tahun yang akan datang?" tanya Johan.
      "Di laut, tidak ada yang merayakan seperti itu, kembang api di langit, suara gemuruh orang orang, kami tidak pernah melakukannya di bawah laut. Tapi aku berharap akan merayakannya denganmu di tahun ini, di tahun besok, dan ditahun tahun berikutnya" jawab Shima dengan melentangkan tangannya sambil tersenyum "lalu apa yang kamu harapkan untuk tahun yang akan datang Johan?" sambung Shima.
      "Aku berharap kita akan terus bersama, dan aku ingin dipertemukan dengan orang yang telah melahirkanku" jawab Johan sambil memejamkan matanya.
      Setelah sampai di tepi pantai, Shima sangat kebingungan dengan apa yang akan dilakukan mereka disini. "Kenapa Johan mengajakku ke sini? Apa dia ingin aku kembali ke tempat asalku? Apa dia sudah bosan denganku, aku sangat bingung dengan apa yang dia lakukan" ujar Shima dalam hati.
     "Apa kamu mengatakan sesuatu? Apa kamu sudah lupa kalau aku bisa mendengar suara mu itu" ucap Johan sambil tertawa. Kemudian Johan mengandeng tangan Shima dan menariknya untuk menikmati pemandangan pantai.
     "Jika kamu benar benar merindukan teman temanmu, kau boleh mengunjunginya, tapi jangan lupa kembali karena aku tidak bisa hidup tanpamu" ucap Johan sambil menatap lurus kepantai.
 

   "Aku pasti akan mengunjungi mereka tapi hanya setelah aku menikah denganmu, setelah itu aku akan pulang untuk beberapa saat agar aku bisa menceritakan saat saat aku bertemu denganmu" jelas Shima kepada Johan sambil mengusap usap rambut Johan.
      Mereka saling beradu pendapat dan merancang hari pernikahan mereka sambil menikmati matahari terbenam. Tiba tiba Johan terdiam dan memulai pembicaraan dengan serius.
     "Shima, jika aku akan menikahimu, apa aku tidak memerlukan restu dari orang tuamu? Dimana aku dapat meminta restu mereka?" tanya Johan. Shima adalah seorang Putri duyung, dia tidak dilahirkan, jadi dia tidak tahu apa itu orang tua.
     "Kenapa harus orang tua, kau bisa meminta restu teman temanku. Apa itu orang tua?" tanya Shima dengan tatapan bingung.
     Johan benar benar heran dengan apa yang dikatakan Shima, karena sejak kecil dia hanya tahu lahirnya seseorang hanya karena orang tua, tapi Shima benar benar berbeda. "Apa kau ini, kamu tidak tahu apa itu orang tua? Orang yang telah melahirkan mu, dan yang telah membesarkanmu. Ibu dan ayahmu? Kamu tidak punya?" tanya Johan dengan sangat heran.
      "Orang tua? Aku tidak punya. Apa jika aku memiliki orang tua dan memiliki latar belakang, kamu mau bersamaku? Apa aku ini seperti orang aneh?" tanya Shima dengan sedih sambil menundukkan kepalanya.
      Johan kemudian memegang pundak Shima dengan tujuan meminta maaf apabila perkataannya menyinggung perasaan Shima. "Tidak, bukan seperti itu maksudku, mungkin memang sebagian orang tidak memiliki orang tua. Ayahku , dia meninggal saat aku berumur 5 tahun, setahun setelah itu, ibuku meninggalkanku sendiri di tepi pantai. Oleh karena itu, aku suka pemandangan pantai dengan harapan ibuku menjemputku kembali dipantai, tapi hari itu tak pernah datang" jawab Johan sambil berkaca kaca dan masih menenangkan Shima.
     "Maaf Johan jika aku membuatmu sedih, aku akan membantumu untuk mencari ibumu" ucap Shima sambil tersenyum.
      Kemudian mereka berdua menuju mobil untuk pulang ke rumah karena udara sudah sangat dingin dan jam sudah menunjukkan pukul 20:00.
      Saat mereka sudah sampai kerumah, diruang tengah sudah ada Daniel yang menonton TV. "Dimana Ray? Apa kalian sudah makan? Aku dan Shima tadi sudah makan diluar" ujar Johan bertanya kepada Daniel. "Ya, kami sudah makan dan sekarang Ray ada di kamarnya. Kamu sepertinya sudah memiliki duniamu sendiri, apa kita tidak punya rencana untuk menipu seseorang lagi? Uang kita sudah mulai menyusut" ucap Daniel dengan nada sedikit marah. Johan yang tidak ingin Shima tau tentang pekerjaannya memilih mengabaikan Daniel dan menuju ke kamarnya. Shima juga langsung menuju ke kamarnya yang berada di atas kamar Johan.
      "Apa Daniel tadi marah terhadap Johan?  Apa yang dimaksud dunianya sudah berubah? Apa itu karena aku... Tapi apa yang harus aku lakukan agar mereka kembali baikkan?" ucap Shima dalam hati.
      "Jangan lakukan apapun, aku bisa mendengar suaramu itu. Mungkin Daniel sedang banyak pikiran, sekarang tidurlah" perintah Johan.
      Shima yang tidak tenang kemudian memutuskan untuk mencari Daniel di ruang tengah, karena biasanya Daniel masih menonton TV. Shima yang merasa bersalah berusaha menyapa Daniel di ruang tengah dan memulai pembicaraan.
     "Kamu belum tidur, sebenarnya aku ingin menanyakan sesuatu padamu"ucap Shima terhadap Daniel.
      "Aku memang belum tidur jika aku belum benar benar mengantuk, apa yang akan kamu tanyakan?" tanya Daniel sambil mendekati Shima.
      "Apa kalian sedang marah? Maksudku kamu dan Johan. Tadi kamu terlihat marah saat bicara pada Johan, tidak biasanya kamu seperti itu. Apa itu mengenai pekerjaan? Apa aku menghambat pekerjaan kalian?" tanya Shima.
      Daniel yang terkejut dengan pertanyaan Shima mencoba membuat Shima tidak penasaran lagi. "Apa kamu benar benar penasaran? Sebenarnya sebelum Johan bertemu denganmu, dia adalah teman baikku dan Ray. Kami adalah sekelompok orang yang bisa dibilang cerdas, kita bekerja untuk mengumpulkan uang dari orang orang kaya dengan cara menipu. Sebenarnya kita menipu dengan cara yang baik, menipu orang yang juga suka menipu seperti para pejabat, jadi kita tidak asal memilih korban" jelas Daniel.
      "Sama saja itu menipu, dan itu tidak baik. Bisakah kamu memaafkan Johan, kalian adalah teman baik. Aku tidak ingin kalian saling bertengkar" jawab Shima dengan menatap Daniel.
     Daniel yang memiliki sebuah ide kemudian menarik tangan Shima untuk menuju ke teras rumah. "Apa kamu benar benar ingin aku memaafkan Johan? Kalau begitu kau harus melakukan sesuatu untukku dan juga untuk Johan" ucap Daniel dengan tertawa kecil. Kemudian Daniel membisiki sesuatu ditelinga Shima dan Daniel sedikit tersenyum dengan mata yang berbinar binar.
      "Baiklah, aku akan melakukannya dengan baik" jawab Shima.
      Kemudian Shima kembali ke kamarnya dan tidur, sementara Daniel masih tidak percaya jika Shima menyetujui permintaannya.

Sekarang, bahkan saat aku membuka mataku, ada kamu. Aku tak bisa bersembunyi. Kedua mataku yang hanya melihatmu. Aku tidak bisa menutup mataku. Ini luar biasa.

Bersambung.....
Vote & komen...
Ikuti ceritanya dan tinggalkan jejaknya
Salam : GhostLister.

You Are My DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang