《19B》 Dancing With Our Hands Tied

3.6K 541 220
                                    

"I, I loved you in spite of
Deep fears that the world would divide us
So, baby, can we dance?
Oh, through an avalanche? And
Say, say that we got it"—T. Swift, Dancing With Our Hands Tied

𝖗𝖊𝖕𝖚𝖙𝖆𝖙𝖎𝖔𝖓

"Kukira kau mengerti apa yang kumaksud, Guanlin"

Jihoon mengucapkan itu dengan nada datar, sedikit terlalu tenang untuk ukuran orang yang seharusnya marah.

Mereka kini sedang berada di dalam kamar Jihoon—Jihoon segera menyeret Guanlin masuk ke dalam kamarnya saat pria itu datang ke mansion-nya setelah menjemput Yerim.

Timing yang sangat pas, karena kebetulan guru privat membaca dan menulis Yerim datang tak lama setelah Jihoon menyeret pria itu masuk.

Guanlin hanya mengulas sebuah senyuman seraya ikut duduk di pinggir ranjang, di sebelah istrinya itu. "Aku mengerti" jawabnya.

Jihoon menggeram pelan sebelum akhirnya menoleh untuk menatap Guanlin, dengan tatapan marah yang seharusnya mengerikan—tentu saja tidak. Sejak kapan Jihoon pernah terlihat mengerikan bagi Guanlin?

"Jika kau mengerti, mengapa kau tetap kemari?"

"Hey, aku hanya mengantar putriku pulang ke rumah Ibunya, apa salah?" Jawab Guanlin, balik bertanya seraya mengulas sebuah senyuman tidak berdosa di wajahnya. "Lagipula aku tidak ingat pernah menjawab iya"

Jihoon menghela napas berat dan balas menatap Guanlin, tatapan matanya kini telah melemah. "Bukan itu, Guanlin, aku hanya—"

"Kau hanya terlalu banyak berpikir, Jihoon" jawab Guanlin seraya melingkarkan lengannya pada pinggang ramping istrinya itu. "Kita jalani saja seperti biasa, okay? If things gone wrong, then so be it. Perasaan ini milik kita—hanya kita berdua, dan mungkin kini menjadi milik Yeri juga, bukan milik mereka semua"

Kali ini Jihoon tidak menjawab. Pria manis itu hanya diam seraya menatap kedua manik mata suaminya yang terlihat seolah berwarna cokelat terang karena cahaya matahari siang hari yang menelusup melalui jendela yang terbuka sebelum akhirnya kembali menatap dengan pandangan kosong ke depannya.

Jihoon telah menyetujui tawaran Guanlin semalam, dan sungguh, Jihoon tidak menyesal. Yang jadi masalah hanyalah, Ia mengajukan syarat, dan Guanlin seolah tak mau mengerti syarat yang Ia berikan itu.

Padahal, baginya syarat itu sangat penting agar kejadian 5 tahun lalu tidak terulang lagi.

Dan begitu saja, tanpa Ia sendiri sadari, benaknya kembali tertuju pada apa yang Ia dan Guanlin bicarakan semalam.

"Park Jihoon, kembalilah bersamaku, ayo kita besarkan Yeri bersama"

Tak dapat dipungkiri, tawaran itu terdengar menggiurkan. Jihoon sendiri sudah menyatakan semuanya pada publik, kan? Bahwa apa yang Ia rasakan dan Guanlin rasakan itu nyata dan benar adanya. Dan sepertinya pada tahap ini, publik pun sebenarnya sudah mengetahui adanya Yeri, hanya saja di industri entertainment yang dinamis ini, rasanya lebih seru memberitakan mengenai Ahn Hyungseob yang telah dirawat di sebuah rumah sakit jiwa selama 5 tahun belakangan daripada anak dari Guanlin dan Jihoon yang bahkan tak pernah terlihat bersama lagi sejak 5 tahun yang lalu.

Tapi bukan itu alasan mengapa Jihoon dulu melepaskan Guanlin. Jihoon tahu, Ia merupakan pengaruh buruk bagi karier pria itu, dan seumur hidup Jihoon tak akan pernah sanggup melihat Guanlin kesulitan karenanya.

Jihoon selalu berpikir panjang ke depan, dan Guanlin tidak. Mungkin itulah mengapa mereka bisa cocok dengan satu sama lain—karena mereka saling melengkapi.

Reputation // pjh+lglTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang