9 - Pemecahan Masalah

2.5K 142 0
                                    

Semua orang menatap Fathan , Raka Riki pun mematung tak percaya apa yang sudah mereka dengar...

"Raka coba panggilkan Umi dan Anin kesini kita bicarakan" Suruh Abi.

"Baik Abi..." Raka pun menurut dan langsung menuju kamar Anin.

"Umii... Buka pintunya ini Raka" Raka sambil mengetuk pintu


Umi pun membuka pintu, Raka melihat Anin menangis di kasurnya yang sebra pink itu berbalut selimut hello kitty favorit adik bungsunya.

"Umi di panggil Abi sama Anin juga suruh ikut..." jelas Raka

"Tuhhh kan Umi pasti Abi marah Anin takut.... " Rengek Anin melai mengeluarkan air matanya

"Jangan begitu sayangg.. Ayoo turun dulu... Nanti kalau abi marah Umi nanti belain Anin karena Umi tau Anin engga salah " jelas Umi sambil memeluk Anin.

Anin pun bergegas memakai kerudung dan memeluk Umi sambil berjalan menuju ruang tengah.

"Anin sini duduk sama Abi nak.." Jelas Abi


Anin pun menoleh Umi , Umi menggaguk tanda membolehkan . Anin berfikir kenapa Abi ko engga marah, karena semua penghuni ini tau bahwa sosok Abi adalah orang yang sangat tegas.

"Ayoo sini duduk" suara Abi menyadarkan kediaman Anin

Anin menghampiri Abi duduk di sofa , sedangkan yang lainnya diam tak percaya RAka Riki pun diam. Riki yang selalu bercanda kali ini diam mematung.

"Nak kamu sedih tadi auratmu terlihat oleh yang bukan mahrommu"

"Sedih Abii mafin Anin engga sengaja" isak Anin.

"Fathan katanya siap bertanggung jawab"

"Bertanggung jawab gimana Abi ?" Anin mulai merasa mencium perasaan aneh.

"Nak Fathan mau menikahimu..."

Anin mematung tak percaya apa hanya karena melihat Aurat Anin sampai segitunya Fathan ingin bertanggung jawab . Apa Fathan hanya sekedar kasihan saja?

"Pak Fathan jangan gara gara ngerasa bersalah sama Anin jadi bapa mau nikahin Anin . Anin engga suka begitu ... Ini semua kesalahan Anin ..." Jelas Anin

"Saya jatuh cinta sama kamu Anin sejak lama.. maaf Abi saya lancang langsung berbicara untuk langsung menikahi Anin .. Tapi ini jalan yang terbaik yang saya pikirkan.. Bukan kah obat dari jatuh cinta adalah menikah... Sejak lama saya berfikir bagaimana mengobati hati ini mungkin ini jawabannya"

Jelas Fathan dengan lantang.

Anin diam masih tak percaya Umi pun sama diam tak percaya. Semuanya hening bagaikan patung.

"Anin Abi serahin semuanya sama kamu ... Kamu sudah dewasa nak ..." Abi memegang tangan Anin.

"Pak Fathan boleh Anin minta waktu dulu untuk menjawab"

"Silahkan Anin saya menunggu "

"Nin tapi jangan kelamaan kasian mas Fathan nunggunya..." Cerocos Riki mencairkan suasana.

Anin pun menduduk malu telihat seklai pipi anin memerah, memang Kakanya yang satu itu pintar meledek.

"Saya tunggu sampai kamu siap menjawabnya Anin.." Ucap Fathan sambil tersenyum , senyum yang tak pernah Anin liat di saat Fathan mengajar senyum tulus Fathan.

******

Anin sekarang masih belum terlelap masih tak percaya akan kejadian tadi. Setelah Unhkapan Fathan padanya Fathan dan Fikri pun undur diri mungkin merasa tak enak pada keluarga Anin.

Tokk.. tokk... tokk

"Sayang sudah tidur" Suara umi dari balik pintu.

"Belum umiii masuk aja..." jawab Anin

"Sayang boleh Umi ngomong sesuatu..."

"Iyah Umi boleh..."

"Sayang kalau kamu bingung terus minta yang terbaik buat kamu... Umi ikhlas kalau kamu sudah siap menikah.. Umi kaget pastinya tapi Umi rasa kamu juga udah dewasa tapi Umi masih anggepnya kamu tuh bayi kecilnya Umi..." Umi menjelaskan dengan berkaca kaca sambil mengusap rambut Anin

"Aninnn sayang Umiiiii..." Tangis Anin pun pecah...

"Ehh ko jadi nangis gini..."

"Umii tidur sama Anin mala mini ya Umi.... " rengek Anin

"Iyah iyahh ayo buruan tidur.."

Anin pun tidur sambil memeluk Umi erat.....

******

"Raka Riki saya sma Fikri undur diri pulang ... Maafkan kedatangan saya buat kalian kaget... Tapi saya serius dengan ucapan saya..." Jelas Fikri

Raka Riki pun terdiam , benar mereka sangat syok tiba tiba adik kesayangannya mereka di lamar orang dengan cara yang mengejutkan.

"Ah mas tidak apa - apa memang kami kaget sebetulnya... Semoga Allah meridhoi jalan yang mas inginkan , kami sudah mengenal mas baik buruknya.. Tapi mas adik saya itu bagaikan berlian untuk kami .. Kami yang membesarkan dan tak pernah sekalipun kami sengaja menyakitinya.. Dia adalah segala - galanya untuk kami.. semoga mas mengerti dengan ucapan saya... Jika allah berkehendak maka saya tak bisa apa - apa... Tolong jaga adik saya mas jika mas memang serius" Jelas Raka dengan tegas.

"Saya sangat serius dengan ucapan saya Raka teanag saja .. Saya akan buktikan keseriusan saya... Saya pamit undur diri Raka Riki " Fathan tersenyum.

"Iyah Mas hati - hati " Jawab Raka Riki kompak.

"Asslamualaikum ..." Fathan menaiki mobil

"Saya juga Rak rik terimakasih Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam"

*****

Fathan sudah berada di kamarnya sekarang, dia memandang langit langit kamarnya. Kamar yang di dominasi dengan warna hitam dan biru langit. Dia merasa tak percaya akan keberanian dirinya dengan spontan mengutarakan persaannya dan niatnya pada saat itu juga. Dia berfikir cemas apakah Anin akan menerimanya... Besok dia akan menjelaskan pada Mamah dan Ayahnya. Pasti kedua orangtuanya sangat kaget dengan keputusannya.











Created by Rika Maulina 💜💜💜

Qualitative  Research of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang