Krisan Kejombloan 7
Sudah satu jam lamanya keheningan terjadi. Tidak ada yang membuka percakapan baik Kunimi maupun Oikawa. Dua manusia itu hanya memandang cangkir kosong masing-masing. Mereka tenggelam dalam pikiran masing-masing.
"Kun," panggil Oikawa memecah keheningan.
"Iya?" Kunimi membalas.
"Biasanya jam berapa kau tidur?" Tanya Oikawa.
"Entahlah," jawab Kunimi.
"Apakah kau sering begadang sampe larut begini?" Tanya Oikawa.
"Semenjak SMA aku tidak pernah begadang," jawab Kunimi.
"Hari ini kau pasti banyak pikiran," tebak Oikawa.
"Mungkin," balas Kunimi.
"Apa yang sedang kau pikirkan?" Tanya Oikawa. Ia menaruh cangkir keatas meja lalu menyandarkan punggungnya ke sandaran sofa.
"Entahlah," jawab Kunimi.
"Kau bisa curhat padaku jika kau butuh pendengar," tawar Oikawa.
"Kau memiliki mata yang bagus ya," puji Kunimi.
"Terima kasih pujiannya," ucap Oikawa.
"Sama-sama," balas Kunimi.
"Jadi mau curhat?" Tanya Oikawa. Kunimi mengangguk.
"Kemarin aku diajak balikan sama (Name)," ucap Kunimi. Oikawa yang semula bersandar langsung duduk dengan tegap. Ia memasang pendengarannya dengan baik dan wajahnya mulai serius. Kunimi yang sedikit terkejut dengan pergerakan tiba-tiba itu mulai menutup keinginan curhatnya.
"Lanjut aja, ga perlu ragu," ucap Oikawa. Kunimi pun meyakinkan dirinya.
"Aku bertanya kenapa dia mutusin aku. Dia menjawab kalau dia khilaf. Aku langsung merasa dipermainkan olehnya. Aku pun menolak permintaannya." Kunimi mengalihkan pandangannya ke segala arah.
"Menurutku keputusanmu tidak salah juga. Hanya saja, apa dia benar-benar khilaf? Mungkin saja ada hal yang ia sembunyikan. Maksudku tidak biasanya cewek minta balikan dengan cara blak-blakan seperti yang (Name) lakukan," ucap Oikawa.
"Tumben bijak," ucap Kunimi.
"Oi!" Oikawa langsung kesal. Kunimi tersenyum tipis. Kemudian ia menghela nafas.
"Lagipula ia hanya mantan. Tidak usah dipedulikan," ucap Kunimi.
"Aku tau ia mantanmu. Tapi mantan adalah seorang manusia yang masih membutuhkan perhatian orang lain, termasuk perhatianmu," ucap Oikawa.
"Kukira mantan itu sama sepertimu," ucap Kunimi membuat Oikawa bingung.
"Maksudmu? Sama apanya?" Tanya Oikawa.
"Oikawa dan mantan sama-sama seorang(?) sampah," jawab Kunimi.
"Hidoi," ucap Oikawa.
"Aku hanya bercanda," ucap Kunimi. Ia mengambil cangkir kosong miliknya dan Oikawa. Ia berkata, "lagipula aku dan (Name) punya kehidupan masing-masing," kemudian melenggang pergi menuju dapur.
"Tetaplah jomblo sama sepertiku ya," ucap Oikawa saat Kunimi kembali.
"Aku tidak ingin disamakan oleh sampah sepertimu," balas Kunimi.
"Hidoi," ucap Oikawa.
"Aku ingin tidur. Oikawa tidur disini tidak masalah kan?" Tanya Kunimi.
"Daijoubu," jawab Oikawa.
"Oyasumi," ucap Kunimi.
"Oyasumi," balas Oikawa
•...•
Kunimi terbangun dari mimpi indahnya. Baru saja matanya terbuka setengah, ia mendapatkan pemandangan yang mengejutkan.
"Njir" umpatnya. Ia meraih bantalnya dan memukulkannya pada wajah tampan Oikawa. Jika kalian berpikir Oikawa tidur disebelah Kunimi, kalian benar.
"Bangun!" Teriak Kunimi memukulkan bantalnya ke wajah Oikawa yang tertidur pulas. Caranya tidak bekerja, Oikawa tidak terganggu sedikit pun. Kunimi pun turun dari kasurnya dan mengambil gayung beserta airnya dari kamar mandinya. Ia tuangkan isi gayung tepat diatas wajah Oikawa.
"MAK TOLONG ACUU!!!" Teriak Oikawa terbangun dengan tidak elitnya. Kaki kanannya tidak mendapat pijakan, punggungnya sudah diambang batas, dan terjadilah...
BRAK!!!
Tubuh Oikawa terbentur lantai yang keras dan dingin. Oikawa segera berdiri sambil meringis kesakitan. Ia menatap Kunimi yang memasang wajah datar.
"Napa lo nyiram gue?!" Tanya Oikawa tidak santai.
"Aku yang harusnya nanya. Kenapa Oikawa-san tidur disini? Harusnya kan tidur di ruang tamu," ucap Kunimi tidak tidur.
"Ibumu yang menyuruhku ke kamarmu sejam setelah kau kembali ke kamarmu," jawab Oikawa.
"Kan ada kamar tamu. Kenapa ga tidur disana?" Tanya Kunimi.
"Jangan tanya kepadaku. Tanyalah pada ibumu," jawab Oikawa. Kunimi hanya mendengus kesal.
"Akira! Sarapan sudah siap."
"Wah, aku pengen makan!" Oikawa segera menuju pintu. Tangannya meraih gagang pintu tapi matanya tertuju pada Kunimi yang diam ditempat.
"Oiya Kunimi, sebaiknya kau menemui (Name). Sepertinya ia patah hati setelah kau menolak tawarannya," ucap Oikawa kemudian melenggang pergi. Kunimi hanya menatap kepergian Oikawa.
"Aku sudah tidak peduli dengannya Oikawa-san," ucap Kunimi pelan lalu pergi menyusul Oikawa.
•...•
Setelah diberi instruksi untuk istirahat sebentar, Kunimi secepat mungkin bersandar pada dinding gym. Meneguk sebotol air untuk menyegarkan tenggorokannya yang mulai kering. Ia melihat kepala lobak mendekat kearahnya.
"Kun," panggil Kindaichi. Kunimi hanya menatapnya bingung.
"Minta minum dong," ucap Kindaichi.
"Kau punya sendiri kan?" Tanya Kunimi berusaha menolak dengan halus.
"Punyaku habis Kun." Kindaichi memperlihatkan botol minumnya yang sudah kosong.
"Kan bisa diisi ulang," ucap Kunimi.
"Pake apa?" Tanya Kindaichi.
"Air kran" jawab Kunimi.
"Serius nih" ucap Kindaichi.
"Minta ke Yahaba-san mungkin ada" ucap Kunimi.
"Yahaba-san sedikit pelit kalau miliknya diminta orang lain" ucap Kindaichi asal. Sebenarnya dia sungkan meminta sesuatu pada senpainya.
"OI! Lo ngomong apa barusan?" Yahaba kesal langsung menjitak kepala lobak.
"Maaf Yahaba-san. Ga sengaja" jawab Kindaichi.
"Ada apa ini kok ribut?" Tanya Iwaizumi.
"Kindaichi butuh air minum" jawab Kunimi.
"Disana ada aq*a botol. Oikawa membelikannya untuk kita. Ambil saja kalau butuh" ucap Iwaizumi sambil menunjuk kardus didekat pintu gym. Kindaichi langsung ngacir.
"Oikawa-san kesambet apa?" Tanya Kunimi.
"Entahlah, alien mungkin" jawab Kindaichi.
"Bukankah dia yang alien ya?" Tanya Yahaba.
"Sampah alien lebih tepatnya" ucap Iwaizumi.
"Ada yang membicarakan alien disini?" Tanya Oikawa tiba-tiba muncul entah darimana.
"Tidak ada" jawab Iwaizumi lalu pergi diikuti Yahaba. Kunimi berdiri dan ikut pergi.
"Kok aku ditinggal sih?"
-TBC->
KAMU SEDANG MEMBACA
Krisan Kejombloan {Completed}
FanfictionKunimi Akira Seorang jomblo bahagia walaupun kebanyakan hidupnya diisi kegalauan. Eh? Haikyuu by Haruichi Furudate