Beberapa bulan kemudian.
Shanum telah mengikuti test SBMPTN di Universitas yang ia idam-idamkan.
Degup jantungnya kian tak karuan ketika melihat layar komputer di depannya. Hari ini adalah hari penentuan, apakah dirinya di terima atau tidak.
Hari ini adalah hari yang sangat ia tunggu-tunggu. Pasalnya ada seorang wanita yang berusaha ia bahagiakan mati-matian saat ini.
"Gimana nak hasilnya?"
Bu Ayna yang berada di belakang Shanum pun juga ikut penasaran dengan hasil yang Shanum dapatkan.
"Bu, saya gak berani bukanya. Ibu aja" Shanum berdiri dan mempersilahkan untuk Bu Ayna duduk.
"Dimana mana biasanya murid itu penasaran sama hasilnya, dan pengin buka sendiri. Kenapa kamu engga, Shanum?"
Shanum hanya tersenyum kecil.
"Ini saya murid versi yang lain bu. Toh saya atau ibu yang buka 'kan hasilnya sama aja"
Bu Ayna hanya menggelengkan kepalanya kecil, dan segera menduduki kursi tersebut. Jantungnya ikut berdegup melihat layar komputer di hadapannya. Ia jadi teringat masa-masa perjuangannya saat akan masuk ke Perguruan Tinggi.
Bu Ayna berdecak lirih, saat melihat tulisan eror di layar tersebut. Begitu pun juga Shanum, yang langsung menghembuskan nafasnya dengan berat.
"Kalo awal gini emang pasti rame banget yang buka web. Jadi kudu sabar. Atau mungkin agak nanti di buka lagi"
Shanum hanya mengangguk kecil, tubuhnya lemas. Eskspetasinya untuk segera membawa hasil tersebut pada sang ibu, tidak bisa di lakukan untuk saat ini.
***
Setelah menunggu beberapa saat, dengan di iringi deguban jantung yang semakin tak terkendali. Shanum memberanikan diri untuk mencoba melihat hasilnya. Bu Ayna juga terlihat sibuk membantu siswa-siswanya yang lain untuk melihat hasilnya.
Shanum menghela nafasnya gugup. ia takut mengecewakan ibunya. Ia takut tidak bisa membahagiakan ibunya. Harapan sang ibu untuk melihatnya memakai almamater kampus sangatlah tinggi. Ia tidak mungkin mematahkan harapan itu begitu saja.
Anda dinyatakan lulus pada seleksi SBMPTN 2018 pada program studi :
456231 - PSIKOLOGI, UNIVERSITAS AShanum hampir saja meneteskan air matanya, setelah membaca layar di hadapannya. Ia sungguh tidak menyangka. Bahkan juurusan yang ia terima, membuatnya terkejut. Bagaimana bisa, ia justru berkecimpung di dunia orang gila? Pikir Shanum merinding.
"Alhamdulillah, masuk jurusan psikologi. Nanti jadi guru BK kaya ibu yah" Shanum menatap Bu Ayna dengan bingung. Bagaimana bisa jurusan psikologi bisa jadi guru BK?
"Pasti kamu mikirnya Psikologi itu cuman menangani orang gila aja yah? Padahal Psikologi sendiri itu luas sekali ruang lingkup kerjanya. Kamu bisa membuka peluang bekerja sebagai konseling di jenjang pendidikan. Atau bahkan sebagai HRD di jenjang industri. Ngga melulu tentang orang gila kok, kalo itu yang kamu takutkan" Jelas Bu Ayna.
Shanum terdiam, di bayangannya mulai tersusun apa saja yang harus ia cari tahu. Membuang semua planningnya jika diterima di jurusan Manajemen kemarin.
"Kamu nanti akan paham sayang, kenapa Ibu justru menyarankan kamu mengambil jurusan ini. Ibu berharap, kamu ngga hanya bisa membantu menyembuhkan oranglain. Melainkan juga bisa menyembuhkan diri kamu sendiri. Ibu yakin, suatu saat nanti kamu akan jadi orang yang sukses. Kamu akan menjadi orang yang di tunggu-tunggu kehadirannya dengan orang lain. Kamu akan menjadi anak yang membawa perubahan bagi orang-orang di sekitarmu. Dan ketika mimpi ini tidak terwujud, Ibu akan siap membantu kamu mewujudkan mimpu yang lain. Kamu harus optimis dan berusaha lebih keras lagi yah. Sedikit sulit, tapi ini nantinya yang akan membuat kamu bersyukur telah berjuang semaksimal ini" Bu Ayna memeluk Shanum dengan sayang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Tak Bersyarat
SpiritualShanum adalah gadis yang cantik, di balik ketegaran jiwanya. Ada sesuatu yang berusaha ia sembunyikan. Tentang kesedihannya, ia tak pernah mengizinkan orang lain untuk melihatnya. Ketika beban di pundaknya terasa terlalu berat, hingga terkadang mem...