Enjoy, and Happy Reading..
Kicauan burung yang sangat jarang di dengar terkesan amat merdu diselingi angin-angin menerpa hangatnya matahari penuh kebahagiaan memenuhi isi hatinya yang amat ikut bahagia juga. Siapa lagi kalau bukan Nila? Kini dirinya sedikit berkurang "introvert"nya. Mau bagaimana lagi? Seorang psikolog harus memiliki jiwa sosial yang tinggi dan dapat menerima rangsang atau respon terhadap orang lain sebagai lawan bicaranya.
Dan yang pasti, dirinya semakin dekat dengan pria yang dulu sempat ia damba-dambakan. Adnan. Morena membuat mereka semakin dekat karena kejadian di toko serba pink itu tiga hari yang lalu. Mereka mencoba untuk tidak menyembunyikan perasaannya masing-masing. Adnan memang sudah menyatakan bahwa ia menyukai gadis seperti Nila, namun Nila masih saja ragu. Bukan berharap ingin yang spesial darinya, tetapi ia takut pria itu tidak tulus mengucapkannya.
Rutin bagi mereka sering keluar jalan-jalan dan berbagai aktivitas lainnya bersama-sama hingga orang-orang yang melihatnya pun menyimpulkan bahwa mereka benar-benar sepasang kekasih, padahal hanya sebatas teman yang tidak memiliki status spesial.
Tuk tuk tuk,,
Suara ketukan pintu terdengar membuat gadis berkuncir kuda menoleh ke sumber suara.
"ada bel juga. Malah masuk-masuk." Nila bermonolog sembari berjalan menuju ketukan pintu itu.
Cklek,
Nila bukakan pintu dan apa yang ia temukan?
Yap, Adnan.
Senyum mengembang di kedua sisi bibirnya. Meski berkerut namun tak ada yang bisa membantah, Adnan tetap manis.
Melihat pemandangan itu, Nila ikut tersenyum. Perasaannya campur aduk antara kesal, curiga, dan ingin tertawa. Sebab entah dari mana cowok itu bermain. Aroma badannya sangat bau ikan asin.
Nila menutup hidung dan mulutnya setelah sadar dari aroma tersebut.
"dari mana?!" bentak Nila dengan suara bindeng.
Dia hanya menyengir kuda tanpa sadar akan dosanya. "beli ikan. Nih, hehe.." jawabnya sembari menunjukkan ikan-ikan yang masih hidup dalam bak besar.
"buat apa?"
"bakar-bakaran"
Nila menggelengkan kepalanya. "pasti diliatin orang-orang"
"ck, iya. Apaansi ibu-ibu, kan ako jadi sebel diliatin.. Gara-gara ganteng kali nih ah. Nanti ke rumah Dodo lah, itung-itung minta resep jelek." Adnan percaya diri membuat Nila sangat jijik seketika ingin muntah. Ya memang ganteng sih.
"udahlah! Masuk aja, nanti Nila panggilin abang bantuin masukin ikannya."
Nila melenggang pergi tinggalkan Adnan di depan pintu bersama ikan-ikannya yang membuat cowok itu tersenyum geli sekaligus jahil.
Tak lama, Firrel datang masih dengan wajah bengap khas tidur serta mengenakan sandal tidur. Melihat itu Adnan menyapanya dengan bahagia.
"selamat siang, putri tidur.. Gaun yang cantik." gerakan Adnan layaknya dayang-dayang yang dibalas geplakkan spesial dari Firrel.
Tanpa babibu, kakaknya Nila itu langsung saja beralih mencomot ikan-ikan itu dengan percaya diri ke dalam bak yang lebih kecil.
Satu sampai dua ikan selamat masuk bak kecil itu. Hingga ikan yang ketiga saat Firrel mencengkeram kuat perut ikan itu, tiba-tiba tangannya tak kuat menahan tubuh licin serta gerakan kesana-kemari ikan itu. Alhasil ikan tersebut lepas dari pegangannya membuat Firrel menjerit histeris.
KAMU SEDANG MEMBACA
INTROVERT - destiny
Novela JuvenilAntara cinta dan kebutuhan. Mana yang harus dipenuhi? Murni cinta, atau membutuhkan "cinta"? Mengenal cinta, mengapa begitu sulit? Di satu sisi, Nila sangat mencintai seseorang yang sudah lama menjadi sahabatnya, dan Nila memerlukan cinta itu. Di...