[Season 2] Part 27: Another Terror

970 45 5
                                    

Hari Selasa yang mendung. Awan gelap mulai menggantung di langit dan hembusan angin kencang mulai terasa di pagi hari itu. Deru mobil memecah keheningan pagi dan parkir di depan rumah Nayla. Nayla tidak segera keluar, karena ia tau itu bukan Brian, melainkan salah satu rekan kerja Yahya. Nayla masih sibuk menyiapkan perlengkapan sekolahnya tapi akhirnya, ia dipanggil oleh Yahya untuk ke ruang tamu. Nayla segera berjalan ke ruang tamu, dan pandangan matanya langsung jatuh pada cewek yang sedang duduk di kursi di sebelah Yahya.

"Nayla, ini bos Papa. Mau bicara proyek. Sama anaknya yang cantik ini. Seumuran kamu nih. Sekolahnya di SMA Garuda." kata Yahya. Nayla mengambil nafas, menahannya sebentar melihat kehadiran Sinta dan Bramantyo yang terkesan tiba-tiba.

Apalagi yang membuat pikirannya kalut adalah fakta bahwa Bramantyo adalah bos Papanya. Bagaimana bisa Nayla baru tau itu? Nayla merutuki dirinya sendiri karena masalah akan makin runyam jika Sinta...

Ah tidak tidak. Nayla segera mengusir kemungkinan kemungkinan terburuk yang muncul begitu saja di kepalanya.

"Kok diem? Ayo salaman dulu, sayang." tegur Yahya yang membuat lamunan Nayla buyar.

"Eh.. iya..." Nayla maju beberapa langkah dan menyalami kedua tamunya. Nayla agak merasa sedikit canggung berhadapan dengan mereka berdua.

"Siapa nama lo?" tanya Sinta sambil tersenyum. Senyum yang licik menurut Nayla.

"Nayla." jawab Nayla singkat.

"Oh, cantik ya," Bramantyo tersenyum. Senyumnya tidak lebih licik dari Sinta. Bramantyo sudah tau Nayla, begitu pula Nayla. Tapi Nayla tau drama 'tidak kenal' yang mereka mainkan di ruangan itu. Nayla segera pamit undur diri untuk menyiapkan perlengkapan sekolah karena waktu sudah menunjukkan pukul 06.10.

Nayla meminta Petra mengantarnya. Semula Petra menolak dengan alasan masih mengantuk. Tapi, saat Nayla mengatakan seberapa mendesak situasi yang ia alami, Petra akhirnya setuju.

"Pacar lo kemana sih gak pernah jemput?" dengus Petra sambil naik ke motornya.

"Gak niat nganterin nih?" tanya Nayla.

"Niat. Udah ayo naik." kata Petra. Nayla segera naik dan Petra mengantarnya sampai sekolah. Nayla mencium tangan kakaknya, lalu masuk ke lingkungan sekolah. Nayla melirik jam tangannya. Pukul 06.38.

"Gio!" panggil Nayla. Gio menoleh dan mengangkat alisnya tanda menanyakan ada apa.

"Info ke grup ya nanti rapat. HP gue mati." kata Nayla.

"Oke siap, Bu Nayla." kata Gio. Nayla langsung masuk ke kelasnya dan meletakkan buku paketnya di laci, saat dia​ sadar ada sesuatu di lacinya. Selembar kertas. Nayla menariknya keluar dan mengamati sejenak. Itu seperti...

Nayla segera membukanya dan menemukan surat yang ditulis dalam huruf bold dan ditulis seperti bait puisi.

Beberapa minggu ini gue emang gak pernah kirim lo surat.

Ah, gapapa lagipula surat yang gue bilang terakhir itu nyatanya bukan yang terakhir.

Ceritanya sih, gue bakalan makin deketin Brian beberapa minggu ini dan lo harus terima kenyataan ya kalo seumpama Brian deket gue?

Kenapa murung gitu? Apa gue kejam? Apa lo tanya siapa gue? Gue gak akan ngaku, Nay karena lo harus cari tau sendiri kalau penasaran.

Nayla mengamati setiap awalan kalimat yang bertuliskan "Back". Nayla menoleh kesana-kemari. Bisa-bisanya di surat tertulis dia murung padahal tidak sama sekali. Nayla menyimpan kertas itu ke dalam tasnya, saat panggilan Hera mengagetkannya. Hera berlari pontang-panting ke arah Nayla sambil menunjukkan sebuah kertas.

Bitter Sweet [Season 1 dan 2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang