PARA(F)RASA

13 0 0
                                    

Debur ombak memecah lamun pagi
Embun meresap disela pori
Serupa derap, langkahmu yang pongah tersapu ombak
Tak diberinya ampun tuk sekadar membekas
Layun perangai, pun kibar pasminamu tak nampak wujud
Hei duka... Adakah kau tak ingin mampir? Selagi dadaku luas, mampirlah barang sekejap
Seperti dulu kala saat kuhidangkan doa dan semangkuk air mata

Aku merindu ketika kau tancapkan pisau berkarat tepat di ubun-ubun, adakah itu bisa kau ulang?
Meski sakit, tapi dulu aku rela asal kau yang melakukannya

Oh, iya...
Aku masih ingat betul senyum puasmu kala itu
Ketika kau cabut pisau penuh karat, lalu membiarkan rindu mendarah-darah bagiku

Hei
Masih kau ingat itu?

Serumpun Doa Untuk Sebuah KehilanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang